
"Apik! Apik kui!" (Bagus! Bagus itu!) tawa laki-laki itu masih terdengar. Membuat seseorang yang duduk di depannya tersenyum bangga.
"Terus aku kudu pie, Mbah?" (Lalu aku harus bagaimana, Mbah?) Pertanyaan dari pelanggannya itu membuat si Mbah dukun terkekeh pelan.
Laki-laki tua itu mengambil beberapa barang dan diserahkannya ke seseorang di depannya. Beberapa helai benang merah, beberapa jarum dan sebuah kain kafan ia serahkan yang langsung diterima dengan tangan terbuka.
TANDA TUMBAL
26
2
24
Selesai
Berawal dari pesan masuk di Facebook, ia (narasumber) menceritakan pengalaman hidupnya. Namun untuk menuliskan ceritanya tidak semudah yang dibayangkan.
Akan ada kontroversi dari segi tempat yang bisa dibilang tidak bisa disinggung oleh khalayak umum.Hanya ada satu cara untuk menyampaikan ceritanya, dengan merubah jalan cerita agar tidak terlalu sama, seting waktu dan tempat, serta penambahan bumbu untuk memperindah ceritanya.Namun Inti dari ceritanya tetap sama, dan nyata atau tidaknya cerita ini, yang terpenting akan diceritakan lewat tulisan.Untuk ceritanya sendiri, akan Rama update duluan di
@karyakarsa_id
Jadi mohon dukungannya buat teman-teman sekalian, agar Rama makin bersemangat.
1,088 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
#4 TANDA TUMBAL - Part 4 (Misteri)
2
1
Opo sing koe lakoni nang kene?! (Apa yang kamu lakukan di sini?!)Suara tinggi Bu Dian berhasil membuat Fatiya terkejut. Sontak perempuan itu menoleh, mendapati Bu Dian yang berjalan tergesa-gesa ke arahnya, menarik tubuhnya untuk menjauhi lemari dan menutup keras lemari tersebut.Bu dupa mbek kembang mau kae kanggo opo? (Bu dupa sama bunga tadi itu buat apa?) tanya Fatiya.Iku odo urusanmu! Metu seko kamarku! (Itu bukan urusanmu! Keluar dari kamarku!)
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan