Warning : Cerita Dewasa (21+)

“ Heh bangun ! “ kata Gerrald ketus menguncang kasar pundak Aninna, pria itu terus meneliti wajah Aninna yang bereaksi pelan dan lemah. Gadis itu mengumam tak jelas dalam rintihannya.

Sayup-sayup suara terdengar, membuat tidur Aninna merasa terganggu. Apa seseorang telah menemukannya pikir Aninna, tapi akhir-akhir ini dia seringkali berhalusinasi. Takut-takut gadis itu membuka mata dengan perlahan. Kepalanya terasa pusing dan berat, dia tidak sanggup untuk sekedar melihat dengan benar. Dia meringis, perutnya terasa nyeri dan tenggorokannya kering. Aninna memilih menutup matanya kembali.

“ Bangun jalang ! kau menyiksa tubuhmu sendiri, belum waktunya kau mati ! “ Desis Gerrald di teliga Aninna. Dia meneliti rambut Aninna yang terurai di bantal, gadis ini benar-benar tidak terurus pikirnya. Siap yang sudi bercinta dengan tubuh kotor miliknya.

Sadar jika yang berbicara dengannya adalah pria yang telah menculiknya, membuat Aninna memaksakan membuka mata. Tatapan mata Aninna kosong, berpendar tak jelas. terlihat sayu dalam getaran yang lemah. Bibirnya yang kering berkata dengan pelan nyaris tidak terdengar.

“ Apa, kau tidak jelas bodoh ! “ umpat Gerrald kesal, mau tidak mau dia mendekatkan telinganya ke bibir Aninna.

“ Tolong ! “ kata Aninna lemah.

“Aku tidak peduli, kau harus bagun. Satu-satunya cara kau hidup dengan melayaniku ! “

Mendengarnya perkataan kasar pria itu, bulir bening mengalir dari mata Aninna meleleh ke pipinya. Gadis itu mennaagis tanpa terisak karena tidak memiliki tenaga. Dia kembali memejamkan mata merasa pasrah.

“ Heh kau tidak dengar ya ! “ Gerrald kembali menguncang tubuh Aninna, karena gadis itu kembali memejamkan mata tanpa mau menatap dan menyadari keberadaanya. Gerrald merasa disepelekan. Gadis ini keras kepala dan tidak ada takut-takutnya.

“ Jalang bangun atau kau kubunuh sekarang juga ! “ kata Gerrald tajam dengan rahang mengeras, matanya berkilat menatap Aninna penuh amarah.

Menengar pilihan yang dikatakan pria itu, dia lebih baik memilih mati. Dan Aninna memutuskan untuk tidak bergerak apalagi bangun. Mati lebih baik daripada tubuhnya menjadi pemuas nafsu pria biadab yang tidak dikenalnya sama sekali.

“ Sialan ! bangun jalang ! “ umpat Gerrald kesal, karena anacamannya sama sekali tidak dihiraukan oleh Aninna.

Gerrald frustasi, menyugar rambutnya dengana kasar. wajahnya memerah dengan urat mengencang di keningnya. Meninju bantal di belakang kepala Aninna yang lansung terkejut, tapi gadis itu tetap tidak bergeming. memeluk lututnya erat dengaan tubuh bergetar ketakutan, meraskan aura panas menegrakan amarah pria di belakangnya.

“ Shit...aku tidak meniduri patung hidup sepertimu...lebih baik kau mati saja “ Kata dingin Gerrald dengan napas tersegal. Gadis itu benaar-benar membuat emosinya tersulut. Walaupun Aninna tidak melawan dan memberontak seperti biasanya. Melainkan dengan kondisi yang sangat memperhatinkan.

“ Sepertinya mati memang pilihanmu saat ini “ Gerrald menyeringai masam dengan kilatan mata tajam menusuk.

“ Ayo...ikut aku ke kandang Storm...mungkin disana kau bisa bicara “ Gerrald kini mengancam Annina yang kini tubuh polosnya bergetar takut. Storm merupakan tiga serigala abu-abu liar bertubuh kurus dan kotor, hewan itu ditemukan salah satu penjaga Mansion ini dalam perangkap kelinci ketika berburu dan uji coba senjata di dalam hutan belantara beberapa minggu lalu. Kawanan serigala itu sangat buas dan mematikan karena pemakan segalanya termasuk manusia. Gerrald menyeringai, Melemparkan tubuh Aninna ke dalam kandang serigala, mungkin disana gadis itu dapat mengeluarkan suara, Gerrald dapat mendengar jeritan ketakutan gadis itu untuk terakhir kali, tanpa harus mengotori tangannya sendiri. Dan semuanya selesai, gadis itu akan mengakhiri penderitaan dan dendamnya sudah terbalas. Dia akan hidup tenang setelah ini.

Aninna tidak memiliki tenaga untuk melawan, mendengar pria itu akan membunuhnya membuatnya gadis itu tidak bisa melakukan apapun selain diam dan menerimanya begitu saja. Artinya dia akan mati, gadis itu memejamkan mata melafalkan segala doa di penghujung hidupnya yang masih bernafas lemah. Ini pilihan hidupnya. Saat Gerrald melilitkan selimut ke tubuhnya yang polos, tangan Anina bergerak mengeratkan simpul kain selimut itu agar melilit di tubuhnya.

Melihat itu Gerrld memicing menekuk wajahnya, ddanya semakin panas mendidih. dia mersa dipermalukan dan ditolak oleh gadis itu. Dia semakin murka.

“ Tak kusangka kau lebih memilih mati daripada melayaniku...” desis Gerrald tajam, ditelinga Annina. Tubuh gadis itu semakin bergetar. Ketakutan.....menantikan denga pasrah kekejaman pria itu kepadanya.

Saat Gerrald hendak menggendong tubuh Aninna, Gadis itu cepat menepis. memilih untuk bangun sendiri dengan seluruh kekuatan dari sisa tenaganya yang lemah. Melawan rasa pusing, Aninn duduk untuk pertama kaliny. bibirnya mendesis merasakan nyeri di sekujur tubuh. Dia harus bergerak, membantu pria itu melenyapkan nyawanya. semakin cepat semakin baik, dia tidak akan menerima penderitaan ini lagi.

Turun dari ranjang, Aninna benar-benar menyadari betapa lemahnya diirnya saat ini. Tubuhnya libung terduduk kembali, dia tidak sanggup berdiri. mau tidak mau dia menatap pria itu yang sedari tadi memang menguliti tubuhnya dengan tatapan tajam. Manik biru itu sangat mengerikan, tapi dia sama sekali tidak takut.

“ Kenapa kau sangat keras kepala ! “ kata Gerrald dingin.

Aninna yang pusing menengadah kembali menundukk, dia hanya diam. Gadis itu kembali menangis tanpa suara.

Gerrald menatap air mata yang jatuh menetes dari wajah Aninna yang tertunduk, pria itu merasa kasihan. dia meneliti bentuk wajah Aninna, leher dan rambutanya. Gadis ini sangat sempurna, mungkin seperti ini pula wajah Anne Garner, wanita yang sangat di cintai ayahnya. Tapi Gerrald tidak ingin menjadi bodoh seperti Jeffery yang mati mengenaskan karenaa cinta yang bodoh.

Perlahan Gerrald melangkah ke arah meja kecil disamping ranjang, meraih nampan berisi makanan. satu piring berisi potongan buah segar, roti selai coklat dan susu putih, terdapat pula berbagai tablet obat disana. Memisahkan gelas susu, kemudian dengan tanang dan pelan meletakkan nampan di pangkuan Aninna.

melihat apa yang ada di hadapannya, cepat Aninna menibak selimut sehingga nampan itu terjatuh, isinya berhamburan dengan piring pecah berserakkan di lantai.

Gerrald terperangah, tidak percaya dengan apa yang dilakukan gadis keras kepala itu. Dia benarbenar putus asa dan tidak habis pikir. Habis sudah kesabarannya. Sia-sia saja dia telah mengasihani gadis itu dan memberinya satu kesempatan lagi untuk bertahan hidup.

Amarahnya yang sudah meluap menyerang Aninna, mencengkram tangan gadis itu membuah Aninna berdiri. menggendong tubuh Aninna yang terus saja memberontak melawan dengan lemah. Dia memang mau mati, tapi tidak sudi jika pria itu kembali menyentuh tubuhnya. dia bisa berjalan sendiri untuk menjemput ajalanya. Pria itu bahkan tidak peduli jika kaki Aninna menghantam pinggiran pintu dengan keras, bengkak di kakinya yang lebih dulu sudah ada beberapa hari yang lalu bahkan belum sembuh. Aninna pasrah saja merasakan sakit dan nyeri. Tanpa sadar kaki itu berdarah.

“ Tunjukkan dimana kandang Strom ? “ kata Gerrald berteriak kepada Hartley, salah satu penjaga yang berdiri di dekat tangga. Teriakkan Gerrald menjadi perhatian setiap mata di dalam Mansion itu.

Gerrald Antonyo Bingham

Ralph March Saunders