
Chandra BhayaSingka, 64
Setelah kembali ke rumahnya dan berhasil membujuk Mawar agar ikut tinggal di rumahnya untuk sementara waktu bersama Wira tentunya. Maka di sinilah Sekar berada sekarang di kursi kebesarannya Rinka Collection saat matahari sudah hampir berada tepat di atas kepala.
"Ais masuk keruangan Mba sebentar," ucap Sekar kepada Aisyah lewat sambungan interkom.
"Baik Mba." sahut Aisyah.
Sekar menghempaskan punggung-nya di sandaran kursi kerjanya sambil memijit pelipisnya sejenak. Nona direktur baik hati itu menatap langit-langit ruangannya dengan tatapan menerawang lalu memejamkan matanya rapat demi menghalau getar perasaan nyeri di rongga dadanya.
Kembali lagi, Ia harus terus menguatkan hatinya menguatkan mentalnya lalu tepat saat ia memutuskan untuk kembali membuka matanya sosok Aisyah yang sudah duduk di sebrang mejanya adalah orang yang pertama kali tertangkap oleh retina indahnya.
Sekar tersenyum lalu kembali menegakkan duduknya, "Kenapa tidak memanggil Mba Ais?"
Aisyah belum memberi respon. Sekretaris cantik berparas meneduhkan itu masih lamat menatap boss besarnya. Jujur ia benci sekali melihat kondisi boss besarnya yang berpura-pura tegar begini maka jika sudah begini dirinya yang pendiam akan berubah amat sangat judes kepada Sekar. "RC tidak akan bangkrut hanya karena di tinggal direkturnya istirahat satu hari saja di rumah Mba." suara Aisyah terdengar amat sangat ketus di telinga Sekar tapi hal itu justru membuat kekehan merdu Sekar mengalun.
"Saya tahu itu Ais, justru yang saya khawatirkan saat ini bagaimana nanti jadinya saya, Mba Zulfa dan Mas Pras tanpa kamu," jawab Sekar dengan ekspresi menggoda sekretaris tersayangnya itu.
Membuat Aisyah yang mendengar itu kontan mengerjapkan matanya, " Mba-" selak Aisyah. "Ais masih dalam tahap menuju pertunanangan dengan Mas Tyo Mba." tuturnya sambil menahan rona merah di pipinya.
Sekar yang tadi hanya mampu terkekeh pelan bahkan kini sudah tergelak merdu melihat sekretarisnya itu tersipu malu. "Mba ...," seru Aisyah salah tingkah ia harus buru-buru mengakhiri pembicaraan jika tidak boss tersayangnya ini benar-benar akan terus membuatnya salah tingkah. "Lagian jika Aisyah menikah nanti Mas Tyo mengizinkan Ais tetap kerja Mba, itupun kalau Mba bersedia mempekerjakan sekretaris yang sudah tidak perawan lagi apalagi nanti akan naik level jadi mamak-mamak Mba." dan di detik itu juga tawa Sekar benar-benar pecah mendengar ucapan sekretaris pemalunya yang kerap kali bertransformasi menjadi pelawak dadakan di situasi yang tepat. Seperti sekarang ini misalnya. Dan Sekar benar-benar bersyukur Allah mengirimkan Aisyah berada di jejeran orang-orang spesial dalam hidupnya.
"Yasudah ayo, mereka sudah berkumpul di ruangan meeting-kan Ais?" tanya Sekar di sela tawanya.
Aisyah mengangguk sekilas, "Sudah Mba, Mas Pras dan Mba Zulfa sudah berada di sana." sahutnya yang langsung di angguki oleh Sekar seraya tersenyum lembut.
"Nka," panggil Zulfa yang hanya mendapat gumaman pelan dari Sekar sebab ia masih fokus memperhatikan sebuah map yang isinya adalah berupa tulisan angka-angka yang akan membuat sakit kepala bagi orang-orang yang tak terbiasa melihat dan menghadapinya.
Mereka masih berada di ruangan rapat walau rapat dengan divisi keuangan dan pemasaran telah selesai sepuluh menit yang lalu.
Zulfa berdecak kecil, kesal sekali dia kalau Sekar sudah fokus begini. Menarik nafasnya dalam-dalam, Zulfa kembali mencoba menarik peruntungannya untuk mengalihkan atensi sahabatnya itu. "Lady Sekar Rinka Zsulvan Tahir, Duchess of Pramaharja." serunya menirukan suara seruan pelayan yang bertugas mengumamkan kehadiran para tamu yang menghadiri pesta ton.
"Gajimu aku potong lima kali lipat ya Fa," sahut Sekar santai namun pandangannya masih belum teralihkan.
"Silahkan saja My Lady, aku tak terlalu membutuhkan itu." sahutnya sedikit pongah dan di balas Sekar berupa cibiran.
Ya, memang begitu adanya. Serupa dengan Sekar, Zulfa adalah seorang tuan putri jadi jika di telisik lebih dalam gaji Zulfa di RC hanya sebagian kecil dari uang yang masuk ke dalam rekeningnya. Zulfa adalah pewaris tunggal semua aset dari kedua orangtuanya. Dan lagi-lagi sama dengan Sekar bergabungnya Zulfa di RC yang di bangun oleh sahabatnya karibnya adalah hanya untuk melarikan diri dari kursi kepemimpinan perusahaan ayahnya.
Kata Zulfa, Ayahnya masih sanggup memimpin perusahaan itu, ayahnya masih gagah perkasa jadi Zulfa akan mengambil alih kepemimpinan perusahaan nanti jika ayahnya sudah ingin menikmati hasil kerja kerasnya hanya berdua dengan ibunya. Kalau untuk sekarang dan beberapa tahun ke depan Zulfa belum berminat. Ia masih nyaman memimpin RC bersama Sekar. Sang sahabat dan ah iya tentunya bersama calon suaminya. Prastya Sandi Wikramatunggadewa.
"Jadi ada apa Princess Wulan?" Sekar sudah beralih menatap Zulfa sepenuhnya saat ini sambil melipat tangannya di atas meja.
"Bagaimana kondisi Mba Mawar?" tanya Zulfa. "Maksutku-
"Mas Bumi memilih tak memberitahu Mba Mawar Fa, kau tahu alasannya, dan mau tak mau aku bahkan kita juga harus ikut menyembunyikan hal ini," jawab Sekar membuat Zulfa yang mendengar itu tak dapat menunjukkan wajah terkejutnya.
Hingga di detik selanjutnya Zulfa spontan menghela nafasnya kemudian menggigit bibirnya. Sekar yang menyadari itu refleks meraih punggung tangan Zulfa lalu menggenggamnya dengan erat memberikan senyum menenangkan kepada Zulfa, "Inshaallah Mba Mawar baik-baik saja Fa, dan syukurnya aku bisa sedikit lega setidaknya dalam lima hari ini mereka tinggal di rumah."
"Kenapa tidak saja sampai Mas Bumi dan Langit kembali pulang ke sini Nka." sahut Zulfa cepat.
"Keluarga Mba Mawar weekend akan ke sini Fa, Nada akan bertunangan jadi sebelum itu Nada ingin mengajak kedua orang tuanya berangkat umroh terlebih dahulu. Sebelum sibuk dengan persiapan umroh dan acara pertunangan Nada, mereka ingin meluangkan waktu bersama Anta dan Mba Mawar." jelas Sekar lalu di sambut kembali dengan helaan nafas dari Zulfa.
"Dan Mba Mawar tak bisa ikut umroh karena kondisi kehamilannya yang lemah." tebak Zulfa dan langsung mendapat anggukan pelan dari Sekar.
Zulfa refleks mengusap wajahnya sembari mendesah pelan.
"Ah, apa aku sudah memberitahumu kalau Mr. Haidar dalam waktu dekat ini akan berkunjung ke Indonesia bersama putranya Fa?"
Uhuk,
Bukan Zulfa yang terbatuk melainkan-----astaga. Bisa-bisanya kedua wanita itu melupakan satu sosok jangkung jelmaan adonis yang rupanya masih ada di ruangan rapat ini.
Prastya Sandi Wikramatunggadewa adalah sosok itu yang saat ini tengah berdiri di sebrang meja sana sambil berkacak pinggang menatap Sekar dan Zulfa amat sangat tak santai.
Menetralkan ekspresi terkejutnya, Zulfa malah mengulum senyum samar lalu mengalihkan pandangannya kembali kepada sang sahabat, "Aku juga sudah menerima e-mailnya tadi pagi Nka." Zulfa mengedipkan sebelah matanya dan hal itu otomatis di sambut baik oleh Sekar.
Melirik Prastya sekilas, Sekar lalu membalas ucapan Zulfa, "Mereka akan tib-
"Kalau begitu kau tidak usah ke RC saat mereka tiba Fa," Prastya dengan cepat memotong ucapan Sekar.
"Enak saja kau Viscounth, hadir tidak-nya Zulfa hanya aku yang dapat menentukan." sahut Sekar dengan penuh kekuasaan.
Lalu terdengar suara geraman kesal siapa lagi pemiliknya kalau bukan seorang pria calon imam able di depan sana yang semakin berkali-kali lipat sangat amat posesif kepada sahabat karibnya ini.
"Kau--" prastya mendesis kesal ke arah Sekar dan Zulfa yang melihat itu refleks merotasikan bola matanya. "Kenapa sih Pras?" celetuk Zulfa santai.
Namun reaksi Prastya yang semakin tidak santai, "Kau bilang apa Princess? kenapa sih?" ulang Prastya sambil menatap Zulfa horor.
Sekar kontan menaikkan kedua alisnya tinggi lalu ikut menimpali, "Iya memangnya kenapa sih Viscounth, jangan katakan----kau cemburu ya?"
"Tskkkk, kalian benar-benar ya!" pekik Prastya kesal yang langsung di sambut tawa merdu dari Sekar dan Zulfa.
"Mengaku cemburu saja susah sekali sih Pras," sahut Sekar semakin gencar menggoda. "Mereka memang berkunjung ke Indonesia tapi tidak ke sini, mereka ke Bali." tungkas Sekar. Mendengar itu helaan napas lega baru dapat berhembus dari Prastya.
"Iya tapi setelah itu mereka akan ke sini Viscounth kau tak lupakan Tuan Haidar membangun bisnis-nya di sini bukan di Bali." itu suara Zulfa yang menimpali dengan nada seringan kapas.
"WHAT PRINCESS," teriak Prastya membuat Sekar dan Zulfa kembali tergelak dalam tawa merdu mengabaikan ekspresi keruh Prastya.
Ting!
Sekar refleks meredakan tawanya lalu meraih ponselnya yang memang berada di atas meja meeting. Sepuluh detik berlalu dan Sekar masih terus memandangi layar ponselnya lalu ia menghela nafas pendek kemudian mengulas senyum sumir.
"Siapa Nka?"
Sekar menoleh ke arah Zulfa lalu menaikkan level senyumnya, "Langit Fa, mereka sudah sampai di kongo ternyata."
Hening.
Namun sedetik kemudian Zulfa bangkit dari duduknya, berjalan beberapa langkah lalu memeluk tubuh sahabatnya yang saat ini masih duduk di kursi kepemimpinannya di ruang rapat luas ini, "Alhamdulillah, setidaknya kita bisa sedikit lega Herzog beserta timnya sudah sampai dengan selamat di sana." ucap Zulfa.
Ya, Zulfa benar.
Satu kekhawatiran Sekar setidaknya sudah hilang.
Langit sudah sampai di sana dengan selamat. Dan pria itu juga masih bisa memberinya kabar itu berarti di sana tak semencekam apa yang Sekar khawatirkan.
"Mas ....," Sekar merintih sambil memejamkan matanya sekilas lalu tepat saat ia membuka matanya kedua iris mata indahnya seketika besibobrok dengan iris coklat pekat milik Prastya yang menatapnya dengan ekspresi yang tak dapat Sekar baca.
Lalu ia memilih menyunggingkan senyum kepada sahabatnya itu saat tangannya telah menyentuh kedua tangan Zulfa yang masih mengungkung tubuhnya dari belakang.
Hingga kembali dering suara ponsel Sekar sukses membuat mereka mengalihkan pandangan dan nama Ulvah tertera sebagai ID Caller skype di layar ponsel Sekar.
"Lottie Ulvah Fa!" kata Sekar lalu segera mengangkat panggilan video tersebut. "Yes nyonya Wistara yang terhormat." sapa Sekar saat wajah Ulvah jelas terlihat di layar ponselnya.
"Hai Lottie Vah," Zulfa ikut menyapa sembari menyunggingkan senyum manis.
"Hai Princess Wulan," sahut Ulvah riang dari sebrang sana dan tentu saja itu membuat Sekar mendengkus tak anggun. "Kalian sedang sibuk Fa?" tanya Ulvah setelah tawanya mereda ketika melihat ekspresi malas adik sepupunya itu.
"Kau saja yang menjawab Fa aku malas." sahut Sekar cepat.Zulfa kontan tertawa pelan sembari mencubit perut sahabatnya itu.
"Hey Lottie dengar ya Young Lady." Sekar refleks merotasikan bola matanya lalu Zulfa buru-buru menjawab untuk sekedar menengahi. "Kami baru selesai meeting dengan para karyawan tadi Lottie."
Ulvah mengangguk sekilas, "Lottie harap setelah ini ibu direktur RC itu tak memiliki agenda penting lagi Fa!" mendengar itu Zulfa refleks meringis pelan.
"Inka sibuk kalau hanya ingin kau jadikan korban bully'an mu Lottie." sahut Sekar ketus membuat tawa Zulfa kembali terdengar.
"Yakin. Kalau lihat ini masih bisa beralasan sibuk Princess?" Ulvah lalu memutar kamera ponselnya menjadi kamera belakang. Hingga senyum Sekar refleks tersungging amat cerah saat melihat empat remaja berseragam sekolah SMK dimana Ulvah mengajar terlihat sedang berada di halaman samping rumah sepupunya itu.
"Mereka ada di sana Lottie?" tanya Sekar antusias. Ulvah mengangguk saat kamera ponselnya sudah berganti menjadi kamera depan lagi. "Senja-ku mana?
"Ada di kamarnya bersama Alexa." sahut Ulvah.
"20menit lagi Inka sampai di sana Lottie,"
"Lama Nka."
Sekar refleks berdecak singkat lalu membalas ucapan Ulvah tadi, "Inka mengendarai mobil Lottie bukan motor jadi 20menit itu sudah cepat Nyonya Wistara yang terhormat." ucapnya retorik membuat Ulvah kembali tergelak begitupula dengan Zulfa.
"Okey Take Care and Kissing us in here sweetheart," ucap Sekar. "Princess Wulan see you." ucapnya pada Zulfa. Nona manager itu refleks mengangguk lalu melambaikan tangan kanannya ke arah kamera.
"See you to Lottie Vah." balasnya sembari menampilkan senyuman terbaiknya kemudian sambungan skype itu terputus.
Zulfa menegakkan punggungnya dan menatap Sekar yang saat ini sudah berdiri tegak, "Kau yakin tak ikut Fa?" Zulfa meringis pelan lalu menggelengkan kepalanya.
"Sorry. Aku sudah terlebih dulu ada janji dengan seseorang Nka," balas Zulfa lalu ekor matanya mengarah pada sosok pria tampan yang nampak masih duduk tenang di kursinya. Terlihat tengah fokus dengan I-padnya sama sekali tak merasa terganggu saat Sekar mencibirnya.
"Yasudah aku jalan dulu Ya Fa!" pamit Sekar.
Zulfa mengangguk sekilas, "Hati-hati, sampaikan salamku kepada mereka semua yang ada di sana." pesan Zulfa.
Sekar mengangguk lalu menoleh kembali kepada Prastya, "Viscounth, apa sih yang kau kerjakan!" seru Sekar kesal.
Prastya refleks mengalihkan pandangannya menjadi menatap sahabatnya itu seraya menaikkan kedua alisnya, "Kau tidak memeluk-ku." sahut Prastya bermaksud menggoda Sekar.
"Malas Viscounth peluk saja Zulfa sepuas hatimu dia tak akan menolak kalau dia berontak sah'kan secepatnya jadi tidak ada alasan lagi untuk dia protes," sahut Sekar santai tanpa merasa bersalah. Mengabaikan Zulfa yang melongo dan Prastya yang tertawa tanpa suara Sekar kembali menatap Zulfa. Nona baik hati itu mengulum senyumnya dan mendaratkan kecupan singkat di pipi kanan sahabatnya itu. "Benar begitu'kan Princess Wulan." goda Sekar lalu secepat kilat Zulfa mengerjap secepat itu juga Sekar berlari kecil guna menjauhi amukan sahabatnya itu.
"INKAAAAA!"
Nah'kan benar. Zulfa sudah mengaum.
Sekar spontan tergelak sembari melambaikan tangannya, "Assalamualikum."
"Walaikumsalam." sahut Prastya dan Zulfa kompak.
***
"Well, sepertinya ucapan Inka tadi ada benarnya Princess," Zulfa terkesiap saat mendengar suara berat itu dan dengan gerakan secepat kilat ia menoleh ke arah sumber suara.
Zulfa refleks melotot saat melihat Prastya sudah melangkah menuju ke arah sambil membawa I-padnya, "Pras cukup Inka saja yang sableng kau jangan ikut-ikutan." ucap Zulfa was-was.
Prastya spontan tergelak hingga menampilkan lesung pipinya, "Sini, aku hanya ingin menghukummu kau tadi sudah bekerja sama dengan sahabat kita itu untuk membuatku kesal setengah mati." kata Prastya sambil merentangkan tangannya tak lupa dengan senyum menawan di bibir pria itu. Maka di detik selanjutnya Zulfa menyambut senyum menawan calon suaminya itu dengan senyuman manis yang ia punya seraya menyambut rentangan tangan Prastya dan berakhir masuk ke dalam dekapan pria itu.
Prastya langsung menenggelamkan wajahnya di bahu calon istrinya itu, memejamkan matanya. Ya, ia butuh menjernihkan pikirannya dengan menghirup dalam-dalam aroma parfum khas wanita itu. Dan itu berhasil.
"Pras!" panggil Zulfa lembut dan Prastya cukup berdehem sebagai respon. "Apa yang kau dapatkan?" tanya Zulfa pada akhirnya.
Tentu saja Zulfa dapat menebak secara pasti apa yang sejak tadi tengah dikerjakan oleh pria itu. Seperti betapa sangat memahami dan mengenal Sekar. Zulfa juga sudah sangat hapal perangai dan gerak gerik pria yang kini telah naik ke level sebagai calon suaminya itu.
Lama terdiam, pada akhirnya Prastya menyerah juga, jadi sebelum jujur kepada Zulfa, Prastya butuh menghirup oksigen untuk sekedar membasahi paru-parunya.
"Pras,"
"Hm ...,"
Ck, Zulfa berdecak kecil lalu dengan perlahan mengurai peluknya dan menatap Prastya.
"Di I-pad Fa." kata Prastya.
Tanpa membuang waktu lagi Zulfa segera meraup benda itu yang tadi di letakkan Prastya di atas meja. Membaca sederet kalimat demi kalimat informasi yang berhasil di temukan oleh Prastya. Hingga tanpa sadar tangannya sudah bergetar membaca informasi itu.
Kongo saat ini menghadapi masalah krisis kemanusiaan, kemerosotan ekonomi dan ketidakstabilan politik yang semakin memburuk. Serangan demi serangan terus dilancarkan sangat brutal dan sadis.
Zulfa kontan melemas percayalah jika tubuhnya tak di dekap oleh Prastya dari samping mungkin saat ini ia sudah merosot ke lantai. Sejurus kemudian dengan sedikit sisa tenaganya Zulfa memberanikan untuk jarinya menekan sistem aplikasi pelacakan milik Prastya dan di detik itu juga Zulfa benar-benar merasakan darahnya terhisap habis saat melihat satu titik di sana.
Titik itu .... keberadaan Lettu Langit Pramaharja bersama beberapa rekannya yang berada di lokasi penyerangan.
"Pras!" tubuh Zulfa bergetar hebat dalam dekapan Prastya yang saat ini hanya bisa mendekap lebih erat lagi tubuh calon istrinya ini. "Kapan Inka benar-benar bahagia Pras tanpa ada senyum dan tawa palsu seperti tadi. Kapan Pras?" dan Zulfa benar-benar terguguh pilu dalam dekapan Prastya.
***
"Unde!" seru Sekar saat melihat seorang wanita setengah baya melangkah menuruni undakan tangga.
Senyum nyonya besar di rumah ini itu seketika merekah lebar lalu segera merentangkan tangannya untuk menyambut kehadiran keponakannya, "Anak unde." serunya lalu.
Sekar tertawa lalu tanpa membuang waktu lagi langsung masuk ke dalam dekapan ipar dari ibunya itu. Hingga tiga detik setelahnya nyonya besar itu menatap Sekar dalam-dalam saat pelukan mereka telah terurai. Menyorot dengan teduh dan penuh kasih sayang hingga tanpa sadar Sekar refleks menggigit bibir dalamnya.
Sanyum simpul dari bibir ibu kandung Ulvah Sundari Zsulvan itu terbit saat telapak tangannya berhasil merangkum kedua pipi Sekar lalu membawa kepala nona baik hati itu untuk di kecup keningnya, "Anak Unde yang ini kuat kok, tangguh banget malah. " bisiknya.
Dan betapapun kuatnya Sekar memasang topeng ketegaran di hadapan wanita ini pada akhirnya akan kalah juga.
Lihatlah sekarang ia sudah terisak hebat dalam dekapan wanita ini, kembali menumpahkan segala sesak yang masih bergumul di rongga dadanya.
"Unde sakit sekali Unde," adunya seperti bayi di tengah isakannya. "Kongo unde .... Kongo." isaknya semakin kencang biarlah di sini di dalam dekapan undenya ia mengadukan semuanya. Mengeluarkan semua kepedihannya.
"Sstttt," bisik wanita itu mencoba menenangkan Sekar sambil terus mengelus Penuh kasih sayang punggung keponakannya itu yang masih bergetar. Air matanya juga sudah merebak namun dengan cepat ia usap agar Sekar tak melihat dan semakin sedih.
"Nak dengar Unde ....," kembali ia menangkup kedua pipi Sekar lagi. Lalu menghapus jejak air mata Sekar. "Ini kalau ketahuan Lottie kamu, kamu sudah habis menjadi objek olokannya dek dan apalagi kalau ketahuan Ara dia pasti akan semakin mencabut restunya untuk Herzog mutlak tak bisa di nego lagi." ucapnya untuk sekedar mencairkan suasana.
Dan rupanya itu sedikit berhasil ketika melihat Sekar menarik sudut bibirnya tipis masih sendu menatap dirinya. Menarik napasnya sejenak, wanita setengah baya itu yang masih sangat amat cantik kembali mengecup kening Sekar kali ini sedikit lama.
"Hanya doa yang kita dapat berikan untuk Langit saat ini Nak. InshaAllah anak unde yang itu beserta timnya selalu dalam lindungan-Nya. Dia akan kembali pulang sayang. Rumahnya di sini bersamamu, bersama kita keluarganya. Jangan putus berdoa nak kita hanya bisa melakukan itu untuk membantunya." tuturnya diiringi dengan senyuman tulus nan teduh.
"Unde-" Sekar tak sanggup melanjutkan kalimatnya sebab sudah terlebih dulu ditarik masuk ke dalam dekapan undenya dan kembali menumpahkan air matanya di sana. Dan tanpa Sekar sadari ada dua orang yang juga ikut menyelami kepedihan nona baik hati itu di tempat yang berbeda.
"Loh Ar gak jadi turun mau kemana?" tanya Alexa kebingungan saat dirinya baru saja keluar kamar Kinar di rumah ini.
Alexa mengernyit saat melihat Kinar membalikkan tubuhnya dan melangkah melewatinya begitu saja, "Ar!" seru Alexa lagi. Dan itu sukses membuat Kinar menghentikan langkahnya sejenak.
Ia menoleh sekilas kepada Alexa. Menatap sahabatnya itu dengan ekspresi andalannya. Datar.
"Tidur." Ya, hanya satu kata itu lalu ia bersiap untuk kembali melanjutkan langkahnya lagi namun urung sebab Alexa kembali menyerukan dirinya. "Ara!" kali ini sedikit gemas.
Menghela nafasnya. Kinar kembali menatap sahabatnya, "Tidur Al." lalu meninggalkan Alexa begitu saja yang masih bergelut dengan kebingungannya. Hingga gadis itu spontan berdecak kesal, "Selalu begitu." gerutu Alexa lalu mengikuti langkah Kinar untuk masuk kamar gadis itu kembali.
Sementara di sisi lain Ulvah masih berdiri di sana. Masih tetap memperhatika dalam diamnya bagaimana sepupunya itu kembali patah, sakit dan merintih pilu. Jujur Ulvah paling benci ketika melihat Sekar dalam kondisi seperti ini. Hatinya ikut tersayat, terluka dan berdarah.
"Di luar sana tegarnya minta ampun tapi kalau sudah di tengah-tengah keluarganya cengengnya kebangetan, " Sekar tak perlu repot-repot menoleh kebelakang untuk sekedar melihat siapa gerangan pencibir sadis itu. Sebab tanpa menolehpun Sekar sudah sangat amat hapal dengan suara itu. Lady Ulvah Sundari Zsulvan. Kakak sepupunya.
Suara hentak sandal terdengar semakin dekat dengan dirinya. Hingga dalam hitungan detik sosok Bu guru cantik yang amat di sayangi oleh seantero SMK Nusa Satu itu sudah berdiri di sisi kanannya. Tapi Ulvah tak lagi membuka suaranya. Ia ikut memperhatikan pemandangan sejuk di halaman samping rumahnya dari atas balkon lantai dua itu.
Dan begitupula dengan Sekar, wanita itu hanya sebentar melirik kakak sepupunya lewat ekor matanya lalu kembali memperhatikan jelmaan manusia-manusia kutub yang hari ini tengah berkumpul di rumah kedua orang tua Ulvah.
"Belum menemui mereka?" Ulvah memecah keheningan setelah sepuluh menit berlalu.
Sekar menggeleng pelan tanpa mengalihkan pandangannya, "Tadi ke kamar Ara tapi anaknya tidur Lottie." sahutnya.
Ulvah mengangguk pelan lalu kemudian merangkul pundak Sekar, "Sini peluk Lottie." titah Ulvah. Dan tak butuh titah kedua kalinya untuk Sekar menghambur kepelukan Ulvah. Memejamkan matanya sekilas, Ulvah menarik nafasnya dalam-dalam, "Sudah mendapat kabar dari Herzog?"
Nona baik hati itu mengangguk pelan, "Satu jam yang lalu Lottie dia mengirimku pesan." balas Sekar.
"Nka ....,"
"Hmm,"
"Kau paham ini. Baik kau dan keluarga kita paling membenci dan tak akan pernah tinggal diam jika melihat salah satu dari kita menangis. Begitu juga dengan Lottie Nka," jeda dua detik dari Ulvah untuk kembali menarik nafasnya sambil terus mengelus sayang bahu Sekar. "Lottie paling benci ketika melihatmu menangis kau tahu kenapa dulu Lottie meragukan Langit? Inilah alasannya Nka. Tapi lambat laun Lottie sadar Lottie bahkan Opa sekalipun bukan Allah yang pantas memisahkan kalian. Walaupun dengan apa yang Opa dan keluarga kita miliki kami bisa melakukan itu dengan mudah." bukannya Ulvah kejam dan tak berperasaan pada Sekar yang kini sudah lunglai dengan simpahan air mata yang membanjiri wajahnya.
Ulvah hanya ingin Sekar tahu bahwa saat ini adiknya itu tak sendiri menghadapi ujian ini.
"Dusta jika kau mengatakan tidak, Bohong kalau kau mengatakan salah bahkan semuanya tahu tidak ada pendamping abdi negara manapun yang tak merana yang akan baik-baik saja ketika mendengar kabar orang yang mereka cintai ditugaskan ke medan perang yang sedang membara. Tidak ada Nka. Kau, Mba Mawar dan pendamping negara yang lainnya akan sama menangis merintih," Ulvah dengan cepat mengusap sudut matanya yang sudah berair."Tapi satu hal yang harus kau tahu-" Ulvah menggantungkan kalimatnya untuk sekedar mengecup singkat puncak kepala Sekar. "Siapapun di luar sana boleh kau tipu dengan senyum baik-baik saja dari bibirmu atau sikap ceria yang kau pasang seriang mungkin tapi tidak dengan Lottie dengan kami keluargamu sweetheart. Menangislah Nka di sini rumahmu dalam dekapan kami keluargamu." tandas Ulvah.
Dan didetik itu juga kembali raungan seorang Sekar Rinka Zsulvan Tahir terdengar menyayat pedih, "Doa Lottie selalu bersamamu, Doa Lottie juga selalu menyertai setiap langkah Langit di medan perang dan restu Lottie akan terus bersama kalian." tutup Ulvah semakin mengeratkan dekapannya kepada Sekar.
Hingga enam menit berlalu nyatanya Sekar masih tetap berada di dalam dekapan Ulvah.
"Hapus jejak airmatamu itu princess sebelum jelmaan manusia-manusia kutub itu menyadarinya apalagi kalau sampai terlihat oleh Ara." ucap Ulvah sembari mengelus senyum lembut.
Membuat Sekar spontan mengurai peluknya lalu berdecak kecil.
"Lottie yang memancing tadi." ketusnya sambil mengusap jejak airmatanya dengan cepat mengabaikan kikikan geli dari bibir Ulvah.
Ck, sudah kembali ke sifat aslinya rupanya Lady satu ini menyebalkan. Gerutu Sekar dalam hati.
Namun tiba-tiba saja pergerakan Sekar yang ingin mengusap jejak airmatanya terhenti saat instingnya menyadari ada siluet seseorang yang memperhatikan-nya dengan intens. Dan seketika itu juga tubuhnya menegak.
Menelan ludahnya gugup. Lalu dengan perlahan ia beranikan kepalanya bergerak ke sisi kanan-nya dan .... Bumm.
Benar saja dugaannya salah satu orang yang disebut Ulvah tadi sudah berdiri di sana, di dekat pilar enam langkah dari dirinya dan Ulvah berdiri. Kirana Senja Putri.
Jika Sekar jelmaan dewi Aphrodite dan Zulfa adalah jelmaan dewi Athena maka dewi Artemis adalah perumpamaan yang amat pas untuk menggambarkan sosok gadis yang kerap kali di panggil Ara atau Senja oleh orang-orang terdekatnya. Mandiri, Independen serta pelindung. Itulah sekilas info mengenai jelmaan si dewi Artemis itu.
Bahkan ketika melihat Sekar meringis Kinar masih berdiri di sana tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ekspresinya juga sulit Sekar artikan seperti dirinya yang masih begitu amat misterius untuk Sekar luluhkan. Ya, Kinar adalah kesunyiaan tapi keteduhan untuk keluarga Zsulvan. Hingga didetik setelahnya bola mata Sekar melebar sempurna saat melihat gadis itu memutar tumitnya dan bersiap untuk melangkah pergi.
"Kinara Senja Putri stop there." seru Sekar, suaranya masih terdengar parau.
Ulvah hanya menaikkan kedua bahunya saat Sekar menatapnya panik lalu mengkode Sekar dengan dagunya bahwa Kinar sudah menghentikan langkahnya di sana. Sekar refleks menoleh ke arah Kinar lagi dan benar saja, maka kesempatan itu tak ia sia-siakan untuk berlari kecil menjangkau tubuh gadis yang sudah ia anggap seperti adik perempuannya sendiri itu.
Kinar sontak memejamkan matanya sekilas saat merasakan tubuhnya di tubruk dari belakang lalu di peluk seerat mungkin oleh Sekar.
"Aku bersumpah akan menyuruh Opa untuk mengurungmu di kamar Lottie kalau tadi kau sampai terjatuh dan kembali membuat kakimu cedera." cepat, padat dan jelas. Ah, jangan tanyakan bagaimana nada yang di keluarkan gadis ini tak ada aksen hangat sedikitpun.
Masih memeluk Kinar dari belakang, Sekar mencoba mengeluarkan kekehan gelinya, "Lottie akan senang hati menerimanya sweetheart kalau di kurungnya bersama Ara." sahut Sekar lembut yang hanya di balas dengan suara decakan kecil dari bibir gadis jelmaan dewi Artemis itu.
Lalu Kinar membalikkan tubuhnya kembali saat pelukan Sekar telah terurai. Di tatapnya Sekar secara intens dalam diam dan Ya, tentu saja gadis itu dapat dengan mudah bisa ikut menyelami pedihnya sanubari yang Sekar alami saat ini. Hingga sejurus kemudian gadis itu menghela napas panjang namun sinar laser tajam tak kasat mata miliknya masih mengunus manik mata Sekar.
"Pesankan kepada Herzog, jaga dirinya baik-baik selama dia menjalankan tugasnya kalau ingin mendapatkan restu Ara kembali Lottie."
Benar bukan gadis ini amat sangat misterius, penuh teka-teki?
"Really sweetheart?"
"Apa Ara pernah bermain dengan ucapan Lottie?" tanya balik.
Dan Ya, itu benar, Kinara Senja Putri tak pernah main-main dengan setiap ucapan yang keluar dari mulutnya. Jadi di 'detik selanjutnya ia kembali membawa tubuh Kinar yang saat ini masuk ke dalam dekapannya sambil menghujani puncak kepala Kinar dengan kecupan.
"Lottie," gumam Kinar masih berada di dalam dekapan Sekar.
"Yes Sweetheart." sahut Sekar.
"Die, Al dan Bang Kelv sangat merindukanmu mereka ada di bawah." Sekar mengangguk sembari tersenyum lebar. "Ayo kita temuin mereka kalau begitu sayang."
"Lottie saja duluan, Ara ingin ke ibuk sebentar." balas Kinar cepat.
Hingga satu menit berlalu Kinar masih berdiri di pijakannya memperhatikan punggung Sekar yang mulai menjauh dari pandangan matanya. Helaan napas kasar langsung berhembus dari hidungnya sembari memijit pelipisnya kuat-kuat.
Menyadari masih ada satu sosok lagi di depan sana yang masih menatapnya dalam diam. Kinar lantas menoleh sekilas ke sisi kirinya lalu tanpa ingin mengeluarkan suaranya lagi gadis itu ingin mengambil langkah meninggalkan balkon luas lantai dua ini namun lagi-lagi langkahnya harus terhenti ketika namanya kembali di serukan.
"Kinara Senja Putri!"
Tup.
Kinar berbalik dan seketika itu juga iris mata kelabunya langsung besibobrok dengan iris mata bening milik Ulvah yang saat ini tengah tersenyum misterius ke arahnya seraya merentangkan tangannya.
Mengerti kode yang di maksud kakaknya. Kinar lantas mendengkus lalu mengambil langkah panjang dan masuk ke dalam dekapan Ulvah yang saat ini sudah tertawa pelan sambil mengecupi puncak kepalanya.
"Thank you Young Lady," ucap Ulvah di sela-sela tawanya sambil terus mengecupi puncak kepala Sekar.
"Ara ingin keponakan sebagai bayarannya Lottie Vah," sahut Kinar masih berada di dalam dekapan Ulvah.
Mendengar itu tawa Ulvah benar-benar pecah sambil semakin mengeratkan dekapannya ke tubuh Kinar, "Kau bekerja sama dengan Opa dan Oma ya?" tanya Ulvah di sela gelak tawanya.
"Ya, hanya untuk hal ini saja." jawabnya dan tawa Ulvah benar-benar meledak kali ini dalam hati ia terus mengucap syukur sebab telah berhasil meluluhkan gadis kaku yang luar biasa ini dan membawanya menjadi bagian dari keluarganya.
***
"Hy Al," sapa Sekar saat sudah mencapai pintu koneksi samping rumah ini.
Senyum di bibir Alexa merekah saat mendengar suara itu. Gadis seumuran Kinar itu lalu segera berlari kecil dan menghambur ke dalam pelukan Sekar. "Lottie Nka!!" pekiknya girang.
Sekar tertawa merdu sambil menaik turunkan tangannya di punggung Alexa, "Lottie sudah lama di sini?" tanyanya saat pelukan mereka terurai.
"Hmm," ekspresi Sekar terlihat seperti orang yang sedang berpikir. Membuat Alexa berdecak kecil.
"Lama Lottie," cibirnya lalu tepat saat Sekar terkekeh Alexa sudah kembali masuk ke dalam dekapannya. "Al really Miss You Lottie Nka." gumamnya.
"I Know that Sweetheart." sahut Sekar lalu mengecup puncak kepala Sekar. Lalu kemudian Nona baik hati itu mendongak saat menyadari ada sepasang sepatu yang tengah berdiri di hadapannya.
Senyum Wanita itu semakin merekah ketika melihat sosok menjulang tinggi bak jenderal yang saat ini berdiri tepat di hadapannya. Sekar menyebutnya Kinar versi cowok.
Tubuhnya tegap, dadanya bidang, hidungnya mancung. Rahangnya kokoh. Mata itu tajam dan tegas memiliki tancapan atensi yang mematikan bagi siapapun yang mendapatkan hunusan laser tak kasat matanya.
"Bang Dew," pekik Sekar membuat Alexa buru-buru mengurai pelukannya lalu menoleh dan tersenyum saat melihat Dewa sudah berdiri di dekatnya.
Satu anggukan dari cowok jelmaan srigala kutub itu Sekar terima. Lalu Dewa menyunggingkan senyum tipis dan berderap memeluk Sekar singkat.
"Ah, iya Kelvin, Die, Dan Raja mana?" tanya Sekar sambil menatap Dewa dan Alexa secara bergantian lalu pandangannya kembali berakhir menatap Dewa.
"Die dan Bang Kelv ada di ruangan musik Lottie biasa merusuh Haklis dan Yuga di sana," itu suara Alexa.
"Lalu Raja?"
Dan di detik itu juga Sekar dapat melihat perubahan raut wajah dari kedua remaja ini. Bahkan rahang kokoh Dewa spontan mengetat lalu terdengar suara desahan pelan dari Alexa.
"Sedang merenungi kebodohannya Lottie biarkan saja." ujar Alexa dingin sambil menggenggam tangan Dewa.
Sekar refleks mengikuti arah lirikan ekor mata Alexa tadi. Hingga di detik itu juga senyum tipisnya terbit saat kembali menatap kedua remaja ini lalu berujar, "Sampai kapan kalian mau menyiksa saudara kalian yang itu hmm?"
"Dia yang memulai Lottie," suara berat milik Dewa akhirnya mengudara. "Kami masuk duluan Lottie." sambungnya lalu mengecup singkat pipi kanan Sekar. "Ayo Al!" lalu tanpa mau tahu lagi respon Sekar dan tanpa perlu menunggu jawaban dari Alexa, Dewa segera membimbing Alexa berjalan masuk ke dalam rumah bak megah.
Menghela nafasnya, Sekar lalu tersenyum tipis memandang punggung Dewa dan Alexa yang telah menghilang di balik pintu koneksi lalu mengarahkan kembali pandangannya ke arah utara. Kemudian mengambil langkah untuk menghampiri sosok yang tengah duduk diam di gazebo berdesain rustic yang di cat putih itu.
Leo Raja Herdian.
"Abang," seru Sekar saat jaraknya hanya tinggal dua langkah saja dari gazebo. Nona baik hati itu lalu melepas alas kakinya dan ikut duduk lesehan di samping Raja yang saat itu hanya tersenyum tipis sebagai respon. Namun sedetik kemudian ia menoleh ke arah Sekar dan mengecup pipi kiri Sekar.
Senyum nona baik hati itu mengembang lalu menjatuhkan kepalanya di pundak Raja hingga membuat laki-laki itu refleks mengelus lembut bahu Sekar.
"Bang!" panggil Sekar lembut.
"Maaf Lottie," sahutnya lengkap dengan nada datar khas seorang Leo Raja Herdian. "Raja jahat Lottie." sambungnya.
Menghela nafasnya, Sekar dengan perlahan menegakkan kepalanya lalu memutar duduknya agar sepenuhnya menatap cowok jelmaan srigala kutub setelah Dewa tadi.
Sekar menyunggingkan senyum lembut lalu menggeleng ke arah Raja, "Tidak bang, abang hanya emosi, hal seperti itu memang kerap terjadi kepada setiap orang yang menjalin hubungan dengan lawan jenis dan tinggal bagaimana kita menghadapinya." petuahnya.
"Nadya benci dengan Raja Lottie," kembali si tampan itu bersuara, nadanya teramat kering dan tersisip pilu di dalamnya. "Raja-
"Bang," selak Sekar cepat membuat Raja kini mengalihkan pandangannya menatap Sekar namun hanya sebentar saja lalu pandangannya ia alihkan ke depan lagi menerawang jauh seolah mencari pusat fokusnya yang telah lenyap. "Dengar Lottie bang, Lottie mau hukum kamu sama seperti mereka menghukum kamu, kamu terima?"
Satu anggukan dari Raja, Sekar terima sebagai jawaban.
"Bawa Nadya kembali di tengah-tengah kita lagi, Bawa Nadya kembali ke sini dan Bawa Nadya kembali menjadi bagian dari kita lagi, kamu sanggup?"
Dan barulah kini pandangannya Raja menatap Sekar sepenuhnya. Seolah tak lagi terkejut bagaimana Sekar dapat mengetahui semua itu dengan detail!
"Sesal yang kamu rasakan perlu kamu tebus tapi bukan berarti kamu harus balik ke hari itu lagi. Ayah dan Bunda kasih nama abang itu LEO dan RAJA abang tau doa yang tersemat di dalamnya-kan?" tanya Sekar penuh arti.
Raja tak bergemimg ia masih setia dengan posisinya.
Seolah mengerti atensi yang Raja kirimkan dalam diam Sekar mengangguk lalu memegang kedua bahu Raja. "Kamu Leo dan juga Raja." kata Sekar. "Nadya menangis dan yang bisa menghapus air mata Nadya hanya kamu. Nadya berdarah dan yang bisa membalut luka berdarah Nadya hanya kamu. Bukan Lottie ataupun saudara-saudara kamu yang lainnya." pungkas Sekar seraya tersenyum penuh teka-teki kepada Raja.
Dan pada kalimat itu Raja baru sadar, Sekar baru saja menampar kesadarannya dengan cara lain.
"Tapi mereka memblok akses Raja untuk menggapai Nadya kembali Lottie." desahnya sembari memijit pelipisnya terlihat sekali amat frustasi.
Sekar refleks terkekeh pelan lalu mencubit gemas ujung hidung mancung si tampan itu, "Yang memblok akses kamu ke Nadya itu para panglima perang dan kamu jenderalnya kamu yakin gak mampu menebus pagar kokoh yang di bangun oleh panglima-panglima perang itu!" tanya Sekar penuh arti.
Membuat Raja dengan gerakan cepat sontak menoleh ke arah Sekar dengan ekspresi yang tak dapat Sekar jelaskan. Namun saat Sekar mengangguk dan tersenyum penuh arti Raja baru menunjukkan responnya berupa satu anggukan pelan.
"Kamu rindu Nadya bang?" tanya Sekar.
Hening.
"Tatap Lottie dan katakan kalau kamu tidak merindukan Nadya, Ja," tantang Sekar.
Raja refleks memejamkan matanya erat-erat, bayangan tangisan gadisnya yang berada di dekapan Alexa kembali tergambar jelas di otaknya saat ini. Amarah Dewa yang meledak dan kekecewaan Kinar, Devita, Kelvin, Haklis dan juga Alexa kembali tergambar jelas di ingatannya saat ini. Hingga ia kontan menjambak rambutnya frustasi, menggerang sia-sia.
"Katakan Ja?" lagi, suara Sekar kembali semakin menyayat perih di dalam lubuk hati Raja.
"Iya Lottie, iya," jawab Raja lugas lalu tanpa sadar salah satu cowok yang selalu di hindari seantero SMK Nusa Satu itu menghambur ke dalam dekapan Sekar, "Raja rindu Nadya." bisiknya tercekat.
Senyum Sekar refleks tersungging manis, "Kalau begitu peluk dia, dan bawa dia kembali ke sini." balas Sekar berbisik sambil mengelus rambut hitam milik si tampan itu.
Hingga sejurus kemudian iris mata nona baik hati itu menangkap siluet tiga orang di depan sana. Dan benar saja yang keluar dari pintu kaca itu adalah Kelvin, Devita dan juga ada Dewa di belakangnya. Senyum Sekar semakin merekah cerah lalu tak ia sia-siakan kesempatan ini.
"Die, Kelv Lottie di sini," seru Sekar dan nona baik hati itu dapat merasakan tubuh Raja yang memang masih ia tahan berada di dalam dekapannya menegang seketika.
Sementara di sisi lain Devita dan Kelvin sontak saja menoleh ke arah sumber suara yang amat mereka kenali itu tak hanya itu bahkan Dewa juga ikut menoleh.
Senyum kedua remaja itu seketika tersungging lebar, "Lottie Nka!!" pekik keduanya.
Sekar terkekeh merdu sambil mengkode agar mereka mendekat dengan satu tangannya sementara satu tangannya lagi ia fungsikan untuk menahan tubuh Raja agar tetap di dalam pelukannya.
"Come, peluk Lottie dear," seru Sekar riang. Namun baik Devita maupun Kelvin masih berdiri di sana. "Lottie rindu kalian, ingin peluk kalian sama-sama kalian tak merindukan Lottie Nka." bujuk Sekar lagi.
"Bang," Devita menggigit bibirnya sembari menarik-narik kaus oblong yang di pakai Kelvin. Kelvin yang mengerti refleks melirik Dewa yang berdiri tenang di belakang mereka lalu menggenggam tangan kanan Devita. "Ck, ayo ah Die, bodo amat kalau abang lo yang itu ngamuk tinggal kita telepon pawangnya nanti." celetuk Kelvin lalu segera membawa Devita berlari kecil menuju gazebo meninggalkan Dewa yang kontan mendelik tajam di pijakannya.
"Lottie!" pekik Kelvin dan Devita kompak lalu berkahir manis di dalam pelukan Sekar yang saat ini tengah tertawa pelan sambil mengelus bahu Kelvin yang berada di pelukan Sekar sebelah kiri sementara Devita memeluk Sekar dari depan dan Raja berada di sisi kanan Sekar.
"Die rindu Lottie Nka," celetuk gadis hyperaktif itu membuat tawa merdu Sekar menguar di udara.
"I know that Die," sahut Sekar sambil mengecup puncak kepala Devita yang bersandar nyaman di dada Sekar otomatis pandangannya langsung besibobrok dengan wajah Raja.
"Die masih marah sama Bang Raja loh, gak usah lirik-lirik Die bang," ucap Devita dengan nada ketus saat menyadari mata elang Raja tengah menatapnya.
"Marah tapi rindu ya Die," celetuk Kelvin dari samping sembari melirik Sekar sekilas membuat nona direktur baik hati kembali terkekeh apalagi saat melihat Devita mendengkus kesal.
Menyadari ada yang kurang, Sekar lantas mendongak kembali dan mengarahkan pandangannya kembali ke depan tersenyum penuh arti saat melihat Dewa masih berdiri di sana. Namun sedetik kemudian ia memicingkan matanya saat melihat Dewa berbalik dan bersiap mengambil langkah masuk kembali.
"Dewa Winto Gahatama!" seru Sekar sedikit lantang dan rupanya itu sukses membuat langkah Dewa berhenti sekaligus membalikkan tubuhnya.
Senyum Sekar tersungging lembut saat ia mengulurkan tangan kanannya yang tadi untuk mengelus bahu Kelvin, "Kamu tega mau tinggalin Lottie lagi, Lottie rindu dan ingin peluk kalian sama-sama." seru Sekar mencoba mengerahkan seluruh kemampuan merayunya.
Dan senyumnya semakin merekah saat melihat cowok bengis nan kaku itu mulai mengambil langkah panjang menuju ke arahnya. Dan bertepatan dengan itu Haklis dan Alexa muncul dari balik pintu kaca itu langkah keduanya terhenti ketika melihat Dewa masuk ke dalam dekapan Sekar memeluk sekaligus Devita.
"Hanya Lottie Nka yang bisa menyatukan dua cowok sadis itu dalam satu pelukan," ucap Alexa di sela-sela kikikan gelinya sembari tersenyum lebar.
Aryandra Haklis Putra Zsulvan yang berdiri tepat di samping Alexa mengangguk membenarkan seraya terkekeh pelan lalu sejurus kemudian ia menarik kepala Alexa agar bersandar di dada bidangnya. Mengelus penuh kasih sayang kepala Alexa yang saat itu masih tersenyum lebar menatap pemandangan sejuk di depan sana.
"Lottie!" panggil Devita saat gadis itu sudah menegakkan duduknya dan menatap Sekar. Gadis periang itu lalu memberikan senyumnya kepada Sekar saat menangkap ada darah yang terus mengalir di dalam benak Sekar. "Herzog nyiksa Lottie lagi ya!"
Deg.
Sekar terdiam untuk beberapa detik saat mendapat pertanyaan itu namun sedetik kemudian Sekar mengulas senyumnya, "Iya," jawabnya pendek.
Bohong jika Sekar mengatakan tidak. Dusta sekali dia jika ia menggelengkan kepalanya.
"Sama seperti Kak Ara. Die juga marah sama Herzog setiap kali dia menyiksa Lottie seperti ini," genangan air mata Devita sudah sangat menumpuk di pelupuk matanya dan Devita tengah mengupayakan agar genangan air mata itu tidak jebol sekarang. "Tapi sayangnya sama seperti Lottie Nka, marahnya Die terkalahkan sama rasa sayangnya Die kepada Lettu cerewet itu. Lottie-" Devita tercekat dengan air matanya sendiri dan Sekar masih menunggu ujung kalimat yang ingin di utarakan gadis itu, "Die rindu dengan Herzog, ada doa Die yang terselip di antara jutaan Doa-doa Lottie untuk Herzog."
Ya, itu dia...
Dan untuk Devita segitu saja sudah cukup. Karena di detik selanjutnya ia kembali beringsut memeluk Sekar. Terisak hebat dalam dekapan Sekar yang juga sudah meneteskan air matanya kembali, memeluk lebih erat Devita sambil memberikan kecupan di kening gadis itu yang wajahnya memang ia sembunyikan di curuk leher Sekar.
"Makasih, Lottie dan keluarga ini sudah mau menerima kita juga, ikut sayang dan peduli dengan kita," ucap Devita matanya sudah berkaca-kaca dalam dekapan Sekar.
Sementara Dewa dan Raja masih sama-sama bungkam dan memejamkan mata mereka erat-erat. Sedangkan Kelvin nampak nyaman bersandar di bahu Sekar juga ikut mengangguk membenarkan ucapan Devita sembari mengulas senyum menawan.
"Kalian itu satu paket dengan Ara, jadi siapapun tak akan ada yang bisa memisahkan kalian dengan Ara termasuk Lottie dan keluarga ini, Kalian adalah adik-adik Lottie sama seperti Ara, Lottie Nka dan keluarga ini menyayangi kalian seperti kami menyayangi Ara." sahut Sekar lembut lalu kembali mengecup puncak kepala ke-empat remaja itu secara bergantian. "Jadi Lottie tak ingin mendengar lagi kata sungkan keluar dari mulut kalian." tungkasnya.
Titah itu tak mendapatkan respon berupa ucapan dari keempat remaja itu namun di balas dengan semakin mengeratnya dekapan keempat remaja itu.
"Lottie," Sekar kembali harus menguatkan hatinya saat suara berat Dewa memanggilnya.
Berusaha memberikan senyum terbaiknya, Sekar mengangguk saat melihat tatapan setajam samurai itu menghantam wajahnya, "Pesankan kepada Herzog Lottie kalau Herzog masih memiliki sangkutan bertanding memanah dan menembak dengan Dewa, Raja, Dan juga Kelv." ucap Dewa penuh arti tanpa ada segurat senyuman tipis di bibir cowok itu.
Dan, Sekar tampaknya mengerti maksud dari ucapan Dewa sebab di detik setelahnya ia mengangguk sambil berusaha tetap mempertahankan senyum sumirnya lalu mengkode agar Dewa kembali masuk ke dalam pelukannya lagi dan hal itu di turuti oleh Dewa.
"Doa kita bersama Herzog di sana Lottie," dan Sekar benar-benar nyaris meledak saat bisikan dari Kelvin mampir di telinganya.
Kecupan secara bergantian Sekar berikan dengan bibir yang sudah bergetar menahan tangis kepada Devita, Dewa dan Kelvin yang saat ini kembali memeluknya dari samping. Lalu tepat saat bibirnya tenggelam di rambut hitam milik Raja tangis Sekar benar-benar pecah di sana saat Raja yang masih berada di dalam dekapan Sekar di sisi kanan sedikit mendongak demi bisa melihat wanita baik hati itu.
Pria itu tak mengatakan apapun bahkan satu katapun tak ada kalimat yang meluncur di bibirnya. Namun ntah mengapa gemuruh di dada Sekar benar-benar meledak saat melihat Raja tersenyum amat sangat tipis, mengusap jejak air mata yang kini sudah membanjiri pipinya bahkan kepala Raja dan Dewa lalu memberikan kecupan singkat di pipi kanan Sekar.
***
Langkah Sekar terhenti di ambang pintu kaca ruangan makan luas itu. Kedua matanya memicing saat melihat punggung Mawar tengah mengaduk teh di gelas kecil lalu duduk di salah satu kursi makan. Ini sudah hampir setengah sebelas malam dan bukannya tadi ketika ia kembali dari rumah Ulvah ibu hamil itu sudah tidur.
"Mba," panggil Sekar lembut sembari memegang bahu Mawar saat sudah sampai di dekat wanita cantik itu.
Mawar yang tak menyadari kehadiran Sekar terkesiap dan langsung mendongak. Senyumnya mengembang saat mendapati Sekarlah yang berdiri di sampingnya, "Dek kamu kenapa belum tidur?" Sekar refleks menggeleng lalu menarik kursi yang berada tepat di samping Mawar dan mendaratkan bokongnya di sana.
"Mba kenapa bangun? Bukannya tadi sudah tidur?" tanya Sekar balik membuat Mawar refleks merotasikan bola matanya kesal.
"Tiba-tiba aja pingin teh manis dek," kata Mawar pendek sambil mengulas senyum.
"Mba di sini banyak pel-
"Dek," selak Mawar cepat. "Cukup mom saja yang menyiksa Mba, kau tahu satu harian ini Mba sudah seperti orang sakit keras yang tak berdaya." omel Mawar dan Sekar refleks meringis pelan sambil menahan tawanya ia sudah dapat membayangkan bagaimana protektifnya sang ibu kepada Mawar. Dan memang itu tujuan Sekar membawa Mawar ke rumahnya setidaknya ia bisa sedikit tenang kalau Mawar berada di rumahnya walaupun hanya lima hari saja.
Melihat ekspresi Sekar yang seperti itu membuat Mawar semakin dongkol lalu refleks mencubit punggung tangan kanan Sekar," Tidak usah menahan tawa seperti itu." desis Mawar dan kali ini tawa merdu Sekar benar-benar terdengar.
"Lantas Mba ingin mengerjakan apa di sini! Nyapu, ngepel, nyuci piring, masak, bersih-bersih seluruh halaman rumah ini ah atau membersihkan kolam renang atau kolam ikan koi begitu? Heh yang benar saja Mawar Khairani Ar-rum ....," desis Sekar tak ingin kalah sembari mengulum senyum yang semakin membuat Mawar dongkol setengah mati.
"Kau mengorbankan Mba untuk kebebasan dirimu dari Ratu di istana ini ya Princess," cibir Mawar.
Sekar kontan tergelak sembari mengusap-usap punggung tangan Mawar takut kekesalan Mawar ini berdampak dengan calon keponakannya yang tengah meringkuk nyaman di rahim wanita cantik ini.
"Mba sudah dapat kabar dari Mas Bumi?" tanya Sekar sedetik setelah tawa merdunya mereda.
Mengangguk sebanyak dua kali, Mawar kemudian memberikan senyum lembutnya kepada Sekar, "Sudah dek, tadi siang Alhamdulillah mereka sudah sampai masmu tadi menelepon Mba walau hanya empat menit saja tapi Mba sudah lega mereka tiba di tempat tugas dengan selamat." tutur Mawar.
Hingga tanpa sadar Sekar yang mendengar itu refleks memejamkan matanya sekilas mencoba menghalau sesak yang ntah mengapa akhir-akhir ini gemar sekali menyambangi rongga dadanya, "Langit juga sudah mengabarimu 'kan dek?" Sekar tersentak dan refleks mengangguk kepada Mawar.
"Sudah Mba," sahutnya pendek sambil menampilkan senyuman manisnya namun seperkian detik kemudian senyum itu lenyap di gantikan kernyitan di dahi Nona baik hati itu saat merasakan punggung tangannya di remas kuat oleh Mawar. "Mba!" panggil Sekar berusah untuk tak panik. "Are you okey?"
Sumpah mati Sekar sekarang benar-benar panik melihat Mawar hanya diam saja begini. Dia mahir dalam hal apapun tapi tidak soal kehamilan. Ya, Sekar sangat buta mengenai hal yang satu ini.
"Inka telepon-" ucapan Sekar terhenti saat melihat Mawar menggeleng lemah seraya mengulas senyum, "Dia hanya ikut merespon kita yang sedang membahas Ayah dan Unclenya tadi."
Deg.
Kembali. jantung Sekar terasa tercubit mendengarnya. Dengan tatapan sendu ia alihkan pandangannya untuk menatap perut Mawar lalu kembali menatap Mawar yang saat ini masih mempertahankan senyumnya lalu kembali berujar, "Barangkali rindu dia dek, belakangan ini sebelum Mba tidurkan Mas Bumi selalu mengajak ngobrol dia dulu."
Ya Allah.
Kembali Sekar memejamkan matanya kali ini cukup lama hingga seujurus kemudian ia menguatkan dirinya untuk membalas senyuman Mawar lalu kepalanya ia codongkan kedepan.
"Kamu rindu ayah ya Dek?" itu kalimat pertama kali yang Sekar mampu ucapkan walau ia tahu tak akan mendapat jawaban seperti ketika ia berbincang kepada Wira.
"Ante juga rindu Uncle dek," aku Sekar namun hanya di dalam hati.
"Ayah sedang bertugas dek, kamu jangan putus doakan ayah dari dalam sana ya Dek, sekarang kamu bersama Mom dulu ya inshaallah Ayah akan segera pulang, akan segera kembali menyapa kamu, memeluk kamu, Mama dan juga abang Anta," bisik Sekar lembut seraya tersenyum lembut mengabaikan air matanya yang kembali menetes. Ia tengah mengiba kepada calon keponakannya ini.
"Bertahan di sana ya Dek, sampai nanti kita ketemu di sini. Ante yakin kamu kuat, Mama dan Bang Anta kuat maka kamu juga harus sama kuatnya seperti mereka," lagi, Sekar mencoba merayu calon keponakannya itu.
Dan tanpa Sekar sadari selama ia mengajak calon keponakannya itu mengobrol. Mawar mati-matian menahan air matanya agar tak ikut merebak alhasil ia dengan secepat kilat membuang mukanya ke segala arah dan mengusap sudut matanya yang berair lalu kembali memasang senyum ketegaran di hadapan Sekar yang saat ini sudah menegakkan punggungnya dan menatapnya.
"Sepertinya kali ini ia bukan menunggu di sapa oleh ayahnya, tapi sedang protes kenapa Antenya tak kunjung menyapanya," tungkas Mawar membuat Sekar mau tak mau meloloskan tawa ringannya sembari mengangguk pelan. "Kami baik-baik saja Ante." sambung Mawar saat Sekar menatapnya dengan raut khawatir yang tak kunjung surut.
Mulut Sekar sudah ingin kembali terbuka mengatakan sesuatu namun urung sebab suara ini sudah lebih dulu mengambil alih.
"Malam sudah semakin larut dan kalian masih berkumpul di sini!"
Bola mata Mawar dan Sekar refleks melebar saat mendengar suara familiar itu. Bahkan Mawar sudah meloloskan ringisannya.
"Mom,"
"Aunty,"
Seru Sekar dan Mawar kompak. Mawar memandang ngeri ke arah wanita yang telah ia anggap seperti ibunya di kota ini. Jika Sekar dan Senja berada di priorotas teratas maka Mawar adalah urutan kedua. Mengabaikan ekspresi sang Ratu yang sudah bersiap ingin meledak. Sekar malah menyunggingkan senyumnya saat melihat Nuri melangkah masuk ke arah mendekat.
"Kau belum tidur princess?" Sekar refleks menggeleng lalu menunjuk satu gelas kosong yang terletak jauh darinya. "Dad tadi membuatkan ovomaltine hangat tapi sepertinya aku butuh ovomaltine hangat satu lagi buatanmu mom." kata Sekar sambil mengedipkan sebelah matanya.
Nuri refleks tersenyum tipis lali mengangguk mengerti, "Mom kenapa belum tidur?"
"Daddy-mu masih memarahi orang di telepon," sahut Nuri lalu sedetik kemudian pandangannya beralih menatap Mawar. "Dan kau sweetheart kenapa kau ada di sini remote kecil yang ada di kamarmu apa rusak sampai-sampai kau harus turun tangan sendiri untuk membuat teh. Tinggal tekan salah satu tombol di remote itu dan salah satu pelayan di sini akan menghampirimu kalau kau lupa apa fungsi dari remote itu sweetheart." omel Nuri membuat Mawar refleks meringis kuat lalu menghela nafasnya sejenak.
"Aunty!" pelasnya. "Aku terbangun dan hanya membutuhkan teh ayolah aunty sepanjang hari ini aku hanya berada di atas tempat tidur. Sedikit bergerak tak akan membuat calon cucumu yang ini tersakiti aunty." sambung Mawar berusaha membujuk wanita setengah baya itu.
Mendengar itu Nuri refleks menghembuskan nafas kasar lalu memijit pelipisnya singkat, "Di rumah ini ada dua tuan putri tapi keduanya sangat pandai mencari alasan." komentarnya membuat Sekar dan Mawar refleks tertawa. "Kau princess kembali ke kamarmu mom akan membawakan ovomaltine ke kamarmu nanti dan kau sweetheart ....," pandangan Nuri beralih menatap Mawar. "Ayo kembali ke kamarmu dan lanjutkan istirahatmu." titah Nuri.
"Tapi aunty, Mawar bisa jalan sendiri tak perlu dian-
"Tidak ada bantahan sweetheart," selak Nuri tegas dan tak terbantahkan.
Sekar terkekeh lalu bangkit dari duduknya terlebih dulu dan memberikan kecupan singkat di kening Nuri lalu berganti di kedua pipi ibunya itu dan berakhir memeluk Nuri seerat mungkin. Kepalanya ia jatuhkan pada bahu ibunya di sebelah kanan agar Mawar tak dapat melihat betapa rapuhnya ia ketika berhadapan dengan Nuri.
Tapi Sekar salah Mawar dapat menangkap itu semua. Istri Bumi itu menyadari betapa rapuhnya punggung wanita yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu, "I Love you more mom." bisik Sekar parau.
"Mom tahu itu princess," sahut Nuri bibirnya mengecup pipi kiri putri tercintanya ini penuh kasih sayang.
Hingga sejurus kemudian merasa jauh lebih tenang, Sekar kembali menegakkan kepalanya dan memberikan senyum khasnya kepada Nuri. Lalu keduanya refleks menoleh kepada Mawar yang masih duduk tenang di kursi makan. Mengerti arti tatapan dua wanita penjajah itu Mawar kontan mendesah pelan lalu berseru, "Okey aunty." lalu ia bangkit sembari mengerucutkan bibirnya saat tawa merdu Sekar lagi-lagi mengejeknya.
Namun sedetik kemudian Sekar menunduk, tersenyum menatap Mawar, "Tidur dengan mama ya dek, ajak mama istirahat ini sudah larut." kata Sekar ia masih tersenyum menatap perut Mawar yang tak bisa lagi rata itu."Selamat tidur Little Ahadiatama." ucap Sekar lalu ia beralih memeluk singkat Mawar.
Hingga dua menit berselang tepat saat Nuri dan Mawar menghilang di balik pintu kaca ruangan makan itu tubuh Sekar melemas dan kembali jatuh terduduk di kuris makan. Selanjutnya tak usah dijabarkan lagi saat Sekar merintih memanggil seseorang...
"Mas ..,"
Lalu wajahnya ia tenggelamkan wajahnya di lekukan tangannya yang berada di atas meja dengan pundaknya yang bergetar.
***
"Mom!" Langkah Nuri terhenti
Saat mendapati Richo keluar dari kamarnya. Sebuah senyuman terukir sejuk dibola mata tegas milik Richo saat ia berdiri di hadapan Nuri. Lalu memberikan kecupan di kening Bidadari dunianya itu.
Richo melirik sekilas gelas berisikan sebuah minuman yang ia hapal kesukaan siapa itu, "Sudah malam dan kau belum tidur hmm?" tanya Richo lalu kembali mengecup kening jantung hidupnya itu.
"Dad tadi masih memarahi orang di telepon dan mom ingin memberikan ini dulu untuk Lottiemu agar bisa todir nyenyak setelah itu mom akan tidur."
Menghela nafas pendek, Richo lalu meraih segelas ovomaltine dari tangan ibunya itu. "Aku ingin tidur dengan Lottie, mom istirahatlah ini biar Richo yang membawakan untuknya," balas Richo lalu mendapat anggukan dari Nuri.
"Waktu sudah hampir menunjukkan dini hari dan kau masih berada disini," omel Richo saat melihat Sekar masih duduk di balkon kamarnya. "Aku benci jika harus berkelahi dengan angin Lottie karena sudah dapat di pastikan aku yang akan kalah." tambahnya saat sudah berdiri di belakang kursi yang Sekar duduki.
Mendengar ocehan absurd adik bungsunya itu tawa merdu Sekar seketika menguar. Lalu ia mendongak dan tersenyum kepada Richo yang menghunus iris indahnya dengan tatapan tajam.
"Habiskan ini dan ayo tidur." perintah Richo lalu menyerahkan segelas minuman buatan ibunya tadi kepada Sekar.
Tentu saja nona baik hati itu dengan senang hati menerimanya dan meneguk secara bertahap sampai tiga kali ovomaltine itu. "Buatan siapa?" tanya Richo saat melihat ovomaltine itu sudah tanpa sisa.
"Tentu saja mom Lottie selalu tahu mana buatan Dad dan mana buatan mom." sahut Sekar membuar senyum Richo tersungging menawan.
Sekar lantas berdiri lalu menatap Richo, "Temani Lottie tidur." pintanya.
Richo diam beberapa detik namun sedetik kemudian ia mengangguk pelan dan dalam hitungan detik tubuh nona besar itu sudah melayang dan berakhir manis dalam gendongan Richo, "Kemarin malam saat aku pulang kau tak ada di kamarmu!" ucap Richo saat dirinya mulai mengambil langkah masuk ke dalam kamar Sekar.
Sekar mengangguk di dalam dada bidang adik bungsunya yang dibungkus kaus berwarna biru, "Lottie mengkhawatirkan Mba Mawar dan Anta." balas Sekar yang langsung diangguki oleh Richo. "Besok bertugas pagi?"
"Siang. ada hutang bermain dengan Anta yang harus aku lunasi." sahut Richo cepat.
Sekar terkekeh pelan dan Richo tak lagi membuka suaranya sebab ia sudah sampai di ranjang luas milik Sekar dan merebahkan tubuh Sekar hati-hati. Sebelum menegakkan tubuhnya, Richo menyempatkan untuk mengecup puncak kepala Sekar lalu berpindah di kening kakaknya itu, "Tidur Princess." bisik Richo lalu ia ikut merebahkan tubuhnya di sisi kiri Sekar.
Dan baru saja saat Sekar hendak menenggelamkan kepalanya di bahu adik bungsunya itu tiba-tiba saja batal sebab indra penciumannya terpenuhi oleh wnagi parfum yang sangat familier. Lalu dengan gerakan secepat kilat ia menoleh ke sisi kanan dan melotot saat mendapati Enggar tengah berbaring nyaman di sisi kanan tempat tidur.
"Boo ... Sedang apa kau di sini?"
"Tidur Lottie apalagi memangnya ac dikamarku mendadak rusak jadi aku mengungsi di kamarmu tak lucukan jika aku mengungsi di kamar dad dan mom." sahut Enggar tanpa mau repot-repot membuka matanya dan mengubah posisinya.
"Ku-harap kau tak lupa rumah ini masih memiliki sembilan kamar luas yang tak bertuan Boo," dengkus Sekar membuat Enggar tergelak dan mengubah posisinya menjadi miring.
"Bumpet besok ke maret tisu kita sudah habis," kelakar Enggar.
Sekar refleks menyentil kening adik sulungnya itu membuat Enggar kembali tergelak dalam tawa. "Yasudah ayo tidur sini peluk Lottie." titah Enggar.
Tapi Sekar bukannya menuruti permintaan adik sulungnya itu sebab ia lebih memilih memeluk Richo dan menyembunyikan wajahnya di bahu Richo, "Tidak mau ketekmu bauk Boo," ejek Sekar membuat Enggar memcibir kakaknya itu.
"Kemari Lottie kau menyebalkan sekali ya," gerutu Enggar sambil terus berusaha mendekap Sekar. "Tidak mau Boo." tolak Sekar lalu semakin mengeratkan lingkaran tangannya di perut Richo yang saat ini tengah terbaring tenang tak terganggu sama sekali.
"Stop Boo, Cukup Lottie saja yang memelukku kau jangan." itu suara Richo yang lama-lama jengah juga dia melihat keributan dua kakaknya itu.
Tawa Sekar dan Enggar benar-benar pecah malam itu. Hingga setengah jam berlalu Sekar sudah benar-benar terlelap. Richo dan Enggar rupanya tidak benar-benar tertidur terbukti ketika Richo terlebih dulu membuka matanya lalu di ikuti oleh Enggar.
Dengan gerakan amat sangat hati-hati Richo menyingkirkan tangan kurus kakaknya itu yang memang masih memeluk dirinya begitu erat. Lalu berusaha mengubah menjadi posisinya menjadi duduk.
Sejurus kemudian ia mengalihkan pandangannya menatap Enggar----abangnya yang langsung di balas anggukan oleh Enggar. Lalu keduanya kompak memandangi wajah teduh kakak mereka yang tengah tertidur pulas saat ini. Dan sebelum benar-benar keluar kamar pria jelmaan Dewa Apolo dan Adonis itu mengecup kening Sekar lalu cukup lama saat keduanya mengecup pipi Sekar. Richo di pipi kiri sementara Enggar di pipi kanan Sekar.
"Selamat tidur primcess." bisik keduanya kompak.
***
"Aku percaya kalian adalah orang yang pantas ku'andalkan." suara khas itu sangat terdengar penuh kuasa. Seperti klan Zsulvan Klan Tahir-pun adalah simbol ketegasan jadi ketiga pria bertubuh gagah dan tegap yang di balut dengan pakaian serba hitam itu hanya dapat menyimak dengan baik saat Rayhan kembali membuka suara. "Aku juga percaya kalian bisa ku-amanahkan untuk tugas ini." sambungnya.
Lagi-lagi pria misterius itu mengangguk kompak, "Satu jam dari sekarang kalian akan berangkat ke negara itu pantau dari luar keselamatan menantuku."
Dan sekarang kalian sudah tahu'kan kamana ketiga pria misterius itu akan pergi.
Ya. Kongo.
"Pesawat pribadi kakek siap membawa kalian ke sana," itu suara Enggar.
"Semua yang kalian butuhkan juga sudah tersedia di sana." timpal Richo dengan nada kelewat dingin. "Kalian paham?"
"Paham Your grace,"
"Bagus kalau begitu selamat bertugas," sahut Enggar. "Ini ...," Enggar menyerahkan selembar foto yang menampilkan dua pria berseragam loreng berdiri berdampingan.
Bumi dan Langit.
"Dua orang itu yang harus kalian jaga dan pantau keselamatannya berikan info apapun itu kepada-ku." dan kali ini suara penuh wibawa dari Rayhan kembali mengambil alih.
"Baik My Lords," seru mereka.
Rayhan mengangguk sekilas, "Kalian sudah boleh tinggalkan ruangan ini."
"Kami permisi My Lords," salah satu dari mereka membuka suara pamit undur diri yang langsung diangguki oleh Rayhan dan kedua putranya.
Jika kalian belum mengetahui kalau keluarga ini mampu melakukan tindakan yang tak pernah terduga tentunya dengan kekuasaan yang mereka miliki. Maka saat ini kalian sudah mengetahuinya bukan!.
Sebut saja ini gila dan aku akan menyetujuinya dengan tanggapan kalian tersebut.
Okey mari kita kembali ketiga pria jelmaan dewa yunani itu.
Enggar dan Richo kontan menghempaskan tubuh mereka pada sofa panjang yabg terletak diruangan kerja Rayhan----ayah mereka. Lalu dengan kompak menghembuskan napas kasar terdengar sakali amat sangat lelah di indra pendengaran Rayhan yang saat itu hanya duduk diam di kursi kebesarannya hingga tanpa sadar bibirnya mengulas senyum samar melihat betapa kompak dan membanggakannya kedua putranya itu.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
