Sen Kanan Belok ke Hatimu (Season 2 part 1)

8
0
Terkunci
Deskripsi

"Mama," gumam Bian membuat Bram berhenti berjalan.

"Papa ... itu Mama." Bram segera menoleh ke belakang. Dia menatap putranya yang sedang menunjuk ke arah jalan keluar. Bram mengikuti arah tunjuk Bian, namun tidak ada siapa-siapa di sana.

"Tidak ada siapa-siapa. Bian mungkin salah lihat."

Bian menggeleng tegas. "Tidak Papa. Bian lihat Mama. Ayo kita kejar." Bian segera memberontak meminta Bram menurunkannya dan langsung berlari ke arah jalan keluar. Bram pun mengikuti dari belakang.

9,893 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
75
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya Sen Kanan Belok ke Hatimu (Season 2 Part 2) - END
5
0
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Bram langsung menutup ponselnya. Bersamaan dengan itu, Amira tiba-tiba membuka pintu ruangannya.Kamu tidak membalas pesanku, ujar Amira kesal. Perempuan itu langsung duduk di depan Bram dan menatap Bram kesal.Bram mendesah dan mengusap wajahnya kasar. Ia sudah pusing memikirkan siapa laki-laki yang membawa Geina, dan sekarang Amira malah datang membuatnya semakin pusing.Amira merogoh tas nya dan menyodorkan sebuah kertas ke arah Bram. Ini laporan perkembangan anak kita.Bram menautkan alisnya menatap Amira. Anak kita? Bram tertawa dalam hati. Dengan malas, ia mengambilnya dan menyisihkannya tanpa melihat terlebih dahulu. Hal itu membuat Amira geram.Tak bisakah kamu menghargaiku. Setidaknya kamu bisa menganggap darah dagingmu, tegas Amira.Aku akan lihat nanti. Bukankah dia sangat sehat? tanya Bram sinis.Amira diam, kemudian mengangguk.Mau apa? Katakan saja. Bram menatap Amira sambil mengangkat sebelah alisnya. Ia tau, Amira kemari bukan hanya untuk memberikan laporan perkembangan janinnya.Apa maksudmu? aku kemari untuk memberikan perkembangan anak kita. Lain kali kamu harus ikut kontrol ke dokter.Lalu?Amira mendesah kesal. Bram benar-benar membuat emosinya naik. Namun Amira berusaha menahannya. Ia lantas tersenyum manis menatap Bram.Baiklah. Sepertinya kamu memang benar-benar ingin segera mengusirku. Amira menyunggingkan senyumnya. Aku butuh 200 juta, ujarnya tak tau malu.Bram tersenyum miring. Benarkan perkiraannya. Surat dari dokter itu hanyalah sebuah basa-basi. Tujuan awalnya sebenarnya bukan itu.Pergilah. Nanti akan kutransfer, ujar Bram malas. Amira tersenyum lebar. Dia belangkit berdiri. Terimakasih. Aku pulang dulu kalau begitu. I love you. Setelah itu, Amira langsung pergi meninggalkan Bram dengan raut kegirangan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan