EMPAT| Curhatan Vaira

0
0
Deskripsi

Selamat membaca

"Vai, kalau memang kamu tidak  mau dengan perjodohan ini, Kakek  bisa batalkan atau minta Rubby  yang memang sejak awal, anak itu yang mau kakek jodohkan dengan Taksa, bukan kamu." ujar sang Kakek  yang siang itu masuk kedalam kamarnya. 

Degan gelengan pelan Vaira, serta usapan lembut gadis itu di punggung tangan sang Kakek membuat pria tua itu tersenyum lembut padanya. "Gak usah Kek, lagi pula dengan adanya pernikahan ini, mungkin hidup Vaira akan lebih baikkan?" tannya yang sebenarnya bukan tanya. "Vaira yakin, pria itu pasti orang baik kan Kek? Kakek gak mungkin ngejodohin cucuk Kakek ke orang yang gak baik kan?" 

"Tentu saja Nak, Kakek kenal keluarganya, dan mereka orang-orang baik." jawaban sang Kakek membuatnya bisa sedikit bernafas lega. 

Apa mungkin ia bisa menemukan surga nanti? setelah berada di neraka ini, Vaira berharap bisa dengan segera menemukan surganya. 

Hari-hari Vaira memang monoton, setelah mengecek butiknya beserta para karyawan, ia hanya akan duduk santai di ruangannya menunggu sore, kalau memang ada acara ia akan keluar pada malam hari bersama kedua sahabatnya. 

"Hello Vaiii."  panggilan riang di sertai  seorang gadis berambut panjang dengan mata bulat, kulitnya yang putih, gadis itu memiliki tinggi badan kisaran 160cm, lebih tinggi darinya 2cm. 

"Alsi, kenapa lu gak dateng semalem? si Juan nelpon gue terus." perotes Vaira pada gadis bernama Alsi itu. 

Alsi mengangkat kedua bahunya tak perduli, gadis itu dengan begitu santai  menjatuhkan bokongnya di sofa berwana hitam milik Vaira, tanpa menunggu di persilahkan lebih dulu. 

"Gue banyak  kerjaan, kan lu yang minta 4 seketsa baru  bluse sama dress buat season ini." ujarnya kesal, Alsi adalah salah satu penyokong Vaira untuk menjalankan usahannya ini, temannya itu yang menciptakan dress cantiik yang akan di jual di butiknya. 

Dan ya Juan, membantunya dalam keungan, mencarikannyaa seponsor, serta meminjamkannya modal awal. Sudah dapat di pastikan jika bukan karena kedua temannya itu, dia tidak punya apa-apa saat ini. 

Mungkin juga dia hanya akan menjadi seorang pengangguran, yang hanya akan menjadi olokan anggota keluargannya, terlebih si sundel, Rubby.  

Kalau saja gadis itu bukan kakaknya, habis sudah rambutnya ia jambak. "Oh iya, ada yang mau gue omongin sama lu, sama Juan juga sih." 

"Apa tuh?" 

"Nanti deh, tunggu Juan." jawab Vaira, seraya menghisap caramel matchiato yang Alsi bawa untuknya. 

"Gimana penjualan?" tanya Alsi, seraya melahap satu sendok cake yang memang ia beli sebelum berkunjung ini. 

"Bagus, selama ada live penjualan naik terus, makanya lu jangan males males bikinin gue baju, kan lu gue bayar." 

"Iyaaa Bu, yang sabar ya kemarin gue lagi gak mood aja gambar-gambar, lagian juga udah gue kirim tuh di emailnya si Ria." 

"Bagus." selain berteman dengan baik, hubungan bisnis mereka juga berjalan dengan lancar. 

"Sorry, baru bangun tidur gue." ujaran sesal dari seorang pria yang sedari tadi mereka tunggu. Juan, si pria bertubuh bidang, dengan tinggi tubuh 180cm dan wajahnya yang sedikit ke bule-an, masuk dengan pakaian casual dan rambut yang sedikit berantakan karena tidak di styling. 

"Lamadeh, nungguin lu doang ini dari tadi." kompalin Alsi yang baru 15 menit duduk itu. 

"Ck. Bawel lu ah." gerutu pria itu seraya mengambil duduk di sisi wanita yang ia sebut bawel. 

Hening, Alsi dan Juan menatap Vaira dengan begitu penuh minat. Sebenarnya ada informasi apa ini? jarang sekali temannya ini meminta mereka berkumpul di ruangan ini, kalau memang tidak privasi mana mungkin, karena kalau sudah memasuki ruangan ini mereka tau pasti ada yang harus di rahasiakan. 

"Jadi?" pancing Alsi, agar temannya itu mau memulai pembicaraan. 

"Jadi, bulan depan rencananya gue mau nikah." terang Vaira to the poin. Kedua temannya yang belum menyadarinya membalas dengan anggukan, dan wajah yang bingung. 

"Ehh, gimana maksud lu?" tanya Juan yang akhirnya bisa mencerna perkataan Vaira tadi. 

"Gue di jodohin sama Kakek, harusnya bukan gue."  terangnya lagi, yang semakin membuat kedua temannya itu bingung. 

"Tunggu, ini yang lu maksud nikah yang ada ijab kabulnya itukan Vai?" tanya Juan masih memastikan maksud dari perkataan temannya itu. "bukan nikah-nikahan, yang kaya  kita di SMA?"

"Ya menurut lu aja, gila." Alsi yang kini menjawab dengan gemas pertanyaan Juan itu, wanita itu juga sebenarnya masih kaget, tapi tidak habis pikir saja dengan pertanyaan Juan tentang nikah-nikahan itu. 

"Enggak maksud gue tuh, ini lu benerankan? gak bercandakan?" tanya Juan lagi, dia tentu kaget, amat kaget malah. 

"Enggak, emang muka gue ada muka bercanda?" 

"Ya, enggak sih." 

"Yaudah, coba gue mau dengerin dari awal,  gimana bisa ada acara jodoh jodohan lu ini." pinta Alsi, pasti lagi lagi temannya ini di paksa. 

"Jadi, Kakek gue ini ada buat janji sama temennya kalau mereka mau ngejodohin cucuk mereka, dan semalem temennya dateng di bahaslah janji-janji lama itu, dan harusnya Kakek mau si Sundel yang dinikahin sama cucuk temennya itu, terus..." 

"Terus si Sundel gak mau dan nyuru papinya itu biar lu aja gitu?" potong Alsi kesal, cukup lama mereka berteman dan Alsi  sudah sangat hapal akan kejahatan menyebalkan yang Rubby sering gunakan untuk membuat temannya itu tidak bisa menolak. 

Vaira jawab tanya Alsi dengan anggukan pelan. "Ngancem apa lagi si Rubby?" Juan yang kini bertanya. 

"Biasa, andalannya apa lagi." 

"Video? bukannya udah di hapus?" tanya Juan lagi, karena dia yang membantu Vaira menghapus video syur yang berisi Vaira di dalamnya,  yang tentu dalangnya Rubby sendiri. 

"Taukan lu, liciknya dia kaya apa?" Alsi dan Juan mengangguk seretak, mereka amat tau tentu saja. 

"Tapi lu udah ketemu sama cowok yang mau nikahin lu ini?" tanya Alsi penasaran yang di jawab dengan gelengan pelan Vaira. 

"lu yakin gak? kalau lu gak yakin biar gue deh yang nikahin lu, ayo gue bilang langsung sama Kakek." ujar Juan dengan wajah yang benar-benar terlihat serius dengan perkataannya. 

"Lu ini ngasih solusi?" tanya Vaira heran pada Juan.  

"Ya iya, masa gue lagi ngedongeng." gemas pria itu, yang di balas dengan dua gelengan  pasrah dari  dua wanita itu. 

"Juju yang gantengnya sekebon, ini kita ngomongin nikah Ju, bukan mau jalan-jalan yang bisa langsung di iyain." terang Alsi yang berharap pria di sisinya ini mengerti apa yang sedang mereka cemaskan. 

"Yaudah gini, sekali lagi gue tanya, gak ada jalan lain selain nikah sama cowok itu?" tanya Juan lagi. 

"Gak ada Ju, kalau ada gue gak cerita." 

"Tapi lu yakin gak?" lagi, Juan mempertanyakan ini untuk yang kedua kalinya. 

"Ya, enggak," jawanya pasrah, karena bertemu juga dia belum dengan pria yang akan menikahinya itu. "tapi gue berharap, seenggaknya dia gak ngasih gue tambahan luka." 

***
 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya TIGA| Vaira namanya
0
0
Si anak haram, panggilnya dari sang ayah
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan