
Sinopsis :
Patah hati membuat Anggun terjebak dalam status 'Friends with benefit' yang telah disepakatinya bersama Kaisar.
Awalnya semua terasa indah dan bahagia, keduanya larut oleh gelora asmara yang tercipta. Kehidupan Anggun berubah 180°, materi yang tak terhingga sampai sebuah sensasi bahagia yang lebih menantang semakin melambung membuat Anggun terlena.
Tampan dan memiliki segalanya, membuat hati Anggun perlahan menghadirkan desir halus sebuah cinta yang menelusup. Perlahan tapi pasti, di...
Part 1
Anggun berada di depan pintu kamar hotel, menatap ragu daun pintu yang masih tertutup. Beberapa kali ia menghela napas panjang, lalu mengembuskan perlahan. Jantung pun tak karuan, Tuhan! Kalau bukan karena keadaan terdesak ia tak akan senekat ini.
Sampai akhirnya tangan terulur mengetuk daun pintu, sekali, dua kali, hingga ketiga kali pintu pun terbuka. Menampilkan sosok pria yang hanya mengenakan handuk yang ia lilitkan di pinggang, bahu kokoh, dada bidang ditumbuhi bulu terkesan seksi dan bulir air yang masih mengaliri wajah. Pria itu pun menarik kedua sudut bibirnya, lengkungan bibir yang menambah ketampanan.
Anggun meneguk saliva dengan kasar, biasanya ia melihat tampilan formal pria yang kini tersenyum saat ia bertugas sebagai GRO—Guest Relation Officer di sebuah hotel bintang 5.
“Ah! Akhirnya datang juga. Masuklah, Nggun.” Pria bernama Kaisar Aldana kini membuka pintu lebar-lebar, kaki Anggun masih terpaku pada posisi hingga sulit untuk melangkah, “Oh ayolah! Aku tak akan memakanmu,” bujuknya dengan candaan dan Anggun melangkah melewati ambang pintu hingga suara derit pintu yang tertutup kini terdengar.
“Ganggu ya, Mas?” Pertanyaan basa-basi untuk latihan mengolah kata, melunakkan lidah yang tiba-tiba kelu padahal biasanya komunikasi dengan siapa pun tak akan menjadi masalah untuk Anggun yang biasa bertemu dengan kalangan pejabat, petinggi perusahaan atau pengusaha sekali pun sebagai tamu VIP di hotel tempatnya bekerja.
“Tak mengganggu sama sekali, malah kamu datang tepat waktu, aku baru check out dari hotel tempatmu bekerja dan sampai sini 10 menit yang lalu dan semua itu kulakukan untukmu,” terang Kaisar mengulum senyum menatap Anggun yang kini tampak gugup.
“Kalau belum yakin dengan jawabanmu, sebaiknya tunda saja, Nggun. Masih banyak waktu, jadi santai saja.”
Anggun terdiam sesaat, teringat undangan digital yang ia terima dari grup staff hotel tempatnya bekerja sejam yang lalu.
“The engagement of Tirta Rangga Perdana, S.Tr.Par & Shasa Salsabila, S.M.”
Gelar Sarjana Terapan Pariwisata yang berada di akhir nama pria dan Sarjana Manajemen sang wanita tertera dalam undangan pertunangan digital yang dikirimkan ke grup.
Tulisan yang diingat Anggun saat ini, emosional Anggun kembali tersulut. Ia butuh teman, butuh pelampiasan dan juga pelarian, “Aku akan buktikan, tetap bahagia meskipun bukan denganmu,” geram Anggun tertahan dalam hati.
“Kapan Mas Kai ajak aku ke Jakarta?” tanya Anggun mantap, menyiratkan sebuah kepastian jawaban, Kaisar masih belum percaya secepat ini Anggun memberikan jawaban.
“Kamu yakin?” tanya Kaisar memastikan jawaban Anggun tidak akan berubah nantinya.
“Apa yang harus kuragukan?” Anggun balik bertanya, wajah Kaisar kini dipenuhi binar kepuasan dan kebahagiaan. Keputusan ini sesuai apa yang ia harapkan.
“Akhirnya,” katanya lembut, menarik pinggang Anggun hingga menempel di tubuhnya dan tatapan mereka yang saling beradu. Anggun tak segan menyambut pelukan, ia melingkarkan tangan ke tubuh pria yang memandangnya penuh damba.
Tanpa pikir panjang, Anggun mengikis wajah mereka dan mendaratkan kecupan bibir sekilas, anggap sebuah pemanasan agar ia bisa move on total dari mantan tunangannya, tetapi saat ia ingin menarik kecupan itu. Apa yang dilakukan Anggun begitu menantang untuk Kaisar, pria yang dihadapannya kini menarik dan menekan tengkuk leher Anggun dengan gerakan pelan, membalas kecupan dengan pagutan lembut di bibir, memperdalam ciuman dan Anggun mengikuti permainan sentuhan Kaisar. Wanita itu memejamkan mata, memilih menikmati. Anggap menghapus jejak mantan tunangannya—Rangga.
Setelah puas dan napas mereka terengah-engah, mereka sama-sama menarik wajah dan dengan cepat Kaisar menarik tubuh Anggun ke dalam dekapan, “Thanks,” katanya senang, dikecup kening Anggun dengan jantung yang masih berdentum kuat.
Bagi Kaisar, Anggun wanita cerdas bisa menyeimbangkan dirinya yang membutuhkan teman ngobrol tentang bisnis, karir, pendidikan, bahkan isu global yang terjadi. Pemikiran wanita itu luas, pada awalnya kagum lalu benar-benar menyukai wanita itu. Untuk cinta, jangan tanyakan hal itu sekarang!
Kaisar mengarahkan tubuh Anggun untuk duduk di sofa.
“Tunggu sebentar, setidaknya aku harus berpenampilan menarik di depanmu bukan seperti ini,” kata Kaisar melihat ke arah handuk yang ia pakai.
Keduanya terkekeh, “Kupikir lebih menarik seperti itu, Mas,” sahut Anggun menaik turunkan alis meledek Kaisar yang kini tawanya mengisi ruangan.
“Asal kamu terima konsekuensinya, it’s okay.”
“Konsekuensi?”
“Terkapar di atas ranjangku sekarang,” jawab Kaisar acuh tak acuh, “Karena bagaimana pun aku pria normal!”
“Ish! Dasar!” gerutu Anggun sudah lebih santai, memukul lengan Kaisar dengan bantal sofa seraya tertawa kecil.
Kaisar melangkah ke kamar beberapa menit untuk mengganti baju, lalu keluar kembali dengan sesuatu dalam saku yang sudah dipersiapkan.
Anggun berselancar di dunia maya seraya menunggu, sampai sedikit tersentak saat leher terasa dingin ketika sebuah benda melingkarinya, kalung emas 14 karat dengan liontin berlian bentuk konstelasi Taurus seberat 40 karat.
Anggun melebarkan mata ketika melihat bandrol harga yang tak sengaja ia lihat sebelum Kaisar membuangnya, “1600 dollar,” gumam Anggun tertahan.
“Ini tanda kesepakatan kita, Anggun,” bisik Kaisar dalam posisi masih berdiri di belakang tubuh Anggun seraya sedikit menunduk, “Aku sudah menyiapkan segalanya untukmu,” lanjutnya yang membuat hati Anggun berbunga.
“Ini terlalu berlebihan, Mas. Aku ndak minta apa-apa loh.”
“Kamu boleh minta apa pun kalau mau, Anggun. Jangan sungkan, tetapi ini murni keinginanku memberikan sesuatu padamu.”
Kaisar duduk bersisian, tangan kokohnya menggenggam Anggun yang kini menatap bahagia ke arahnya.
“Hanya saja kita harus menyepakati satu hal, trade benefit, money and sex dalam hubungan ini, tetapi dengan satu syarat yang kamu harus penuhi.”
“Apa itu?” tanya Anggun penasaran.
“Jangan sampai kamu jatuh cinta denganku.” Kaisar mulai membuat kesepakatan.
“Bagaimana kalau Mas Kai yang cinta aku duluan?” goda Anggun dengan senyum tertahan, ia pun ragu bisa mencintai Kaisar saat hatinya masih terikat pada satu nama pria yang sudah berhubungan dengannya selama lima tahun.
“Impossible!” sergah Kai yakin.
Anggun tertawa lembut lalu mengikis jarak, ia memajukan tubuh lebih dulu dan Kai menyipitkan mata melihat apa yang dilakukan Anggun.
Tangan Anggun menyentuh rahang kokoh Kai, ia memajukan wajah lebih dekat hingga deru hangat napas menyapu, “Aku paham, trade benefit and money aku setuju. Terkecuali, sex. Bagaimana?” tawar Anggun yang juga tak memiliki perasaan apa pun hanya ketertarikan, “Karena jujur, aku hanya membutuhkan partner seperti Mas Kaisar.”
Kaisar tersenyum miring, lalu mengulurkan tangannya, “Deal!” sahutnya tak peduli terpenting Anggun setuju ikut bersamanya, bagaimana pun Anggun butuh waktu untuk lebih dekat dengannya. Terlalu dini membicarakan sex, lagi pula seberapa kuat wanita menolak pesonanya, pikir Kaisar.
“Deal!” sahut Anggun menyambut tangan Kaisar dan kecupan kening kembali dilayangkan.
Sesampainya di rumah, Anggun harus menghadapi sang Ibu yang menantinya di ruang tamu dengan gelisah sejak dua jam yang lalu. Jam menunjukkan hampir pukul 12 malam.
“Pulang malam lagi, apa kata tetangga, Nduk,” teguran menyapa setelah pintu rumah terbuka, “Mungkin inilah alasannya tetangga menyudutkanmu atas batalnya pertunangan kalian, mereka termakan omongan Ibu Rangga yang mungkin saja benar.”
“Memang apa yang mereka katakan, Bu?” tanya Anggun penuh selidik dan menuntut jawaban, terduduk bersisian dengan sang Ibu.
“Kamu perempuan Ndak baik makanya Rangga membatalkan pertunangan kalian,” jawab Ibu Anggun tampak muram.
Rasa jengkel tak terelakkan di hati Anggun, “Ibu mau tau alasan yang sebenarnya?” Inilah saatnya ia mengatakan apa yang terjadi, bukan diam dan tersudutkan seperti ini.
Di sisi lain, Kaisar menghubungi orang kepercayaannya, “Cari tahu semua tentang Anggun Ellia, guest relation officer hotel Star Royal. Tempat tinggal bahkan mantan kekasihnya jika bisa,” titah Kaisar pada sekretaris pribadinya saat Anggun enggan diantar pulang dan menghindar ketika ia mendekati saat berada di hotel Star Royal dengan alasan profesional.
“Aku yakin terjadi sesuatu padamu, Nggun. Siapa yang sudah menyakitimu? Sorot mata sedih itu tak bisa kau sembunyikan meskipun bibir itu mengulas senyum.”
~Bersambung~
Tap ❤️ untuk menyemangati
Follow akun untuk dapat notifikasi, happy reading….
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
