Grateful - 01

693
137
Deskripsi

"Katanya, sesuatu yang buruk itu pasti akan pergi dan diganti dengan yang baik. Tapi, gimana kalau ternyata sesuatu yang buruk itu aku sendiri?"

"Ruqa."

"Ya, Ilo?"

"Tahu 'kan, kita nggak bisa memiliki semua yang kita mau?"

"Ya, Ilo. Allah nggak akan bikin hambaNya merugi."

"Dan nggak ada hal yang nggak bisa kita syukuri di dunia ini. Sekalipun itu menyakitkan, pasti akan ada hal baiknya."

"Iya, Ilo."

"Jangan khawatir, ya. Kisah kita ditulis langsung oleh Sang Pencipta dan Dia nggak akan salah menentukan...

"Cut! Langsung bungkus!"

Seruan dari seorang pria paruh baya yang duduk di sebuah kursi bertuliskan 'sutradara' membuat para talent keluar dari blocking area masing-masing.

Wanita muda berambut panjang lurus kecoklatan berlari mengejar pria yang menjadi salah satu rekan bermain perannya.

"Rey! Kemana aja? Udah tiga hari nggak balas chat aku?" Alis matanya turun dengan mata sembab bekas tangis palsu di depan kamera.

"Harusnya kamu tahu lah, kalau aku nggak balas itu artinya apa?"

"Aku ada salah sama kamu?"

"Enggak. Bukan kamu yang salah. Cuma aku aja yang salah udah ada di deket kamu."

"Maksudnya?"

Pria bernama Rey itu terkesan memberi senyum yang memaksa, kemudian memberi isyarat pada orang lain agar mengurus wanita yang sedang menjajarinya itu.

"Ruqa! Kita perbaiki make up kamu, ya! Persiapan scene selanjutnya!"

Mendengar namanya dipanggil, Ruqa menghampiri wanita yang bekerja sebagai manajernya itu. Sedikit manyun, tetapi ia menurut dan menjauhi pria berparas lembut tadi.

"Ngapain ngejar-ngejar cowok kayak gitu, sih!"

"Cowok kayak gitu gimana, Mbak Rae?" protes Ruqa tidak terima. "Rey baik, loh! Kenapa dibilang kayak gitu. Kesannya merendahkan banget!"

"Kenapa lagi?" tanya wanita berambut cepak yang punya paras cantik saatRuqa dan Rae saat masuk ke ruang make up.

Namanya Liora. Salah satu sahabat Ruqa yang juga menjadi make up artisnya.

"Rey lagi?" tebak Liora. Ia mendudukkan Ruqa pada kursi kerjanya lalu menyalakan lampu di sekeliling kaca untuk mendapat pencahayaan yang bagus. "Udah ketahuan belangnya si Baik Hati itu? Udah berubah jadi cowok brengsek 'kan?" tanyanya.

"Enggak! Kamu su'udzon mulu!" sergah Ruqa. Helaan napas kasar keluar dari hidungnya yang mancung. Mata yang berhias bulu lentik bermaskara itu melirik sinis sahabatnya. "Kan aku udah bilang di grub kalau dia cuma nggak balas pesanku!"

"Ya itu namanya brengsek, Ru! Kamu digosting sama dia!" ledek Liora membuat bibir Ruqa yang berisi itu mengerucut. "Biarin aja! Dia cuma numpang pansos doang sama kamu!"

Ruqa menatap pantulan dirinya di cermin sambil berkata, "Masak iya kali ini gagal lagi?"

"Kamu tuh masih bocah, Ru! Khawatir amat, dah! Baru juga lulus kuliah, udah ngebet aja mau nikah!" sahut Rae yang duduk di sofa ruangan itu.

Ruqa menoleh ke belakang, ingin menatap manajernya tetapi Liora menahan. Terpaksa ia menjawab lewat pantulan cermin.

"Lihat Mbak Rae ama Mas Rasya jadi pengen cepet-cepet nikah. Pengen ada yang perhatian ke aku, aku juga pengen mencurahkan kasih sayangku ini," jawab Ruqa dan mendapat gelak tawa Rae dan Klemi.

"Abang kamu nggak kurang-kurang kalau kasih perhatian, Ru!" sahut Rae.

"Dia bukan perhatian, ngajak ribut mulu!" omel Ruqa dengan membutar bola mata saat membayangkan tingkah laku kakaknya.

"Gini deh. Bentar lagi 'kan syuting ini kelar. Kamu dapat libur sebulan, 'kan? Gunain itu buat pindah ke kost aku aja! Biar nggak baper lihat Mbak Rae ama Mas Rasya yang romantis terus tiap hari!" saran Liora dengan tawa yang tidak kunjung berhenti.

"Si Billal langsung murka ke aku sama Mas Rasya kalau Ruqa keluar dari rumah, Li!" sahut Rae.

Kalimat Rae mendapat anggukan cepat dari Ruqa. "Bisa ditembak mati dari Jogja sana kalau sampe aku keluar dari batas pengawasan Bang Billal."

Gelak tawa Rae dan Liora menggelegar di ruangan yang tidak terlalu besar itu. Obrolan mereka tidak lanjutkan lagi ketika beberapa talent lain masuk dan merapikan make up.

Ruqa adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Punya satu kakak laki-laki yang berusia empat tahun lebih tua darinya. Namanya Billal. Mereka adalah yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal saat Ruqa masih belum genap setahun. Sedangkan Billal baru saja masuk TK. Akhirnya, mereka diasuh oleh kakak dari ayah mereka di Jakarta.

Pakdhe Damar, mereka memanggil seperti itu. Seorang duda beranak satu bernama Rasya. Berbeda sepuluh tahun dari Ruqa. Mereka tidak hidup dalam kemewahan. Pakdhe Damar bukan orang kaya, tetapi sangat pekerja keras mengasuh ketiga anak itu. Padahal, bisa saja rumah peninggalan orang tua Ruqa dan Billal di Jogja itu dijual untuk biaya hidup juga sekolah. Namun Pakdhe tidak mau. Pakdhe lebih suka berjuang agar semua anaknya melihat bagaimana indahnya pencapaian setelah melewati sebuah banyak proses.

Terbukti, Pakdhe sukses menyekolahkan anak-anaknya. Rasya kini menjadi seorang dosen di salah satu universitas di Ibukota. Sedangkan Billal menjadi seorang arsitek muda. Dan Ruqa sendiri, baru saja mendapat gelar sarjana dari salah satu universitas seni Jakarta.

Ia mengambil progam studi musik karena satu-satunya kepintaran yang dimiliki hanya itu. Ruqa tidak terlalu pandai seperti saudaranya yang lain. Dan lagi, ia sangat malas untuk mempekerjakan otaknya. Tapi ternyata, yang ia anggap mudah, tetap saja membuatnya berpikir. Sulit, tetapi ia tidak mau mengecewakan Pakdhe. Ia harus menjalaninya dan bisa lulus meski dengan nilai pas-pasan.

Karirnya di dunia entertainmet bermula sejak dua tahun lalu. Pertengkarannya dengan petugas penagih uang keamanan para pedagang kaki lima.  Kebetulan saat itu Ruqa sedang membeli gorengan milik seorang nenek tua. Ia adalah pelanggan pertama kata wanita renta itu. Padahal hari sudah sore, dan uang sepuluh ribu darinya adalah uang pertama yang didapat.

Kemudian, datanglah seorang pria yang katanya menagih uang keamanan. Karena belum mendapat untung, nenek itu memberikan uang dari Ruqa tadi. Pria itu tidak terima dan marah-marah. Ruqa naik darah melihat perlakuan pria itu dan akhirnya mereka ramai. Beberapa orang mengambil video itu lalu mengunggah ke media sosial.

Aksi Ruqa melawan preman berkedok petugas salah satu instansi pemerintah itu mendapat perhatian masyarakat. Banyak yang tertarik dengan kehidupan Ruqa sampai beberapa kali mendapat panggilan talk show maupun podcast milik artis-artis papan atas.

Mulai dari situ, banyak yang menawari Ruqa sebuah iklan. Perlahan naik berperan di sebuah web drama, sampai membintangi beberapa sinetron bahkan film sampai saat ini. Hanya dalam waktu singkat namanya melambung tinggi.

Sayangnya, Ruqa masih tidak bisa membedakan posisinya dulu dan sekarang yang sudah menjadi publik figur. Ia selalu blak-blakan, menjawab segala hal tanpa pikir panjang. Bahkan bisa menjadi perdebatan banyak orang. Lucunya, dia tidak menyadari sudah membuat keributan.

Dalam pikirannya, ia hanya perlu cepat lulus kuliah agar bisa berkarir dan menghasilkan banyak uang seperti kedua kakaknya. Tidak mau terus menerus jadi beban bumi maupun beban keluarga. Ia harus segera membalas jasa Pakdhe yang sudah semakin berumur.

"Aku sama Ruqa nggak ada hubungan apa-apa. Yang aku mau itu kamu, bukan Ruqa. Aku deketin dia karena mau cari tahu tentang kamu. Selama di Amsterdam, kamu juga sulit kuhubungi."

"Kamu tahu kalau Papa nggak terlalu suka sama kamu. Jadi terpaksa aku batasi semua panggilan kamu, Rey."

Ruqa kenal jelas siapa pemilik suara itu. Sebelum kembali ke blocking area, ia melipir ke sebuah teras salah satu rumah yang dijadikan tempat penyimpanan properti syuting.

Benar saja, Ruqa melihat Rey. Pria yang dekat dengannya beberapa bulan ini sedang menikmati bibir Elia, salah satu talent film yang dulu juga berteman baik dengannya.

"Rey?" panggil Ruqa gemetar.

Rey melepaskan tautan bibirnya dan Elia berjingkat kaget.

"Kenapa, Ru?" tanya pria itu dengan santainya.

"Kamu ... kenapa kayak gini?" tanya Ruqa.

"Kayak gini gimana?"

"Kamu cium cewek lain, Rey."

"Memangnya kenapa?"

"Bukannya kita dekat? Nggak boleh 'kan kamu berbuat kayak gini ke aku dan dia?"

Rey terkekeh mendengar itu. "Kenapa nggak boleh? Memang hubungan kita apa?"

"Kita ...." Ruqa berpikir sejenak dan mengingat jika memang tidak ada kejelasan dengan hubungan mereka selama ini.

"Kita nggak punya hubungan apa-apa, 'kan?" Rey memperjelas.

"Tapi kita dekat."

"Jangan salah paham, Ru. Yang kusukai Elia, bukan kamu."

"Rey ...."

"Lagian, siapa yang mau jalan sama cewek aneh kayak kamu. Yang ada malu-maluin. Mana ribet banget. Diajak keluar berdua,  ada aja keluargamu yang ikut.  Pantes sih, cowok nggak mau ada yang deket sama kamu. Muka aja cantik, tapi kelakuanmu malu-maluin!"

"Rey! Kamu kasar banget ngomong kayak gitu ke Ruqa!" seru Elia membela Ruqa.

Rey bersikap tak acuh. Ia bahkan menatap Hina Ruqa kemudian pergi mengajak Elia.

Ia hanya menatap kepergian dua orang itu tatapan sendu. Dibanding menyalahkan mereka, Ruqa lebih menyalahkan diri sendiri. 

Susah memang berkencan dengannya. Mas Rasya dan Bang Billal tidak mengizinkan Ruqa pergi sendirian. Jika bukan Mas Rasya yang menemani, Mbak Rae yang melakukannya.

Di zaman seperti ini, tidaklah mudah anak muda dikekang dengan peraturan seperti itu. Ruqa tidak pernah tahu bagaimana rasanya kencan berdua saja. Gandengan tangan pun tidak boleh. Hanya mengobrol.

"Ck!" Ruqa menggertakkan kakinya kesal mengingat aturan kedua kakaknya. 

🌱tbc🌱

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori karya
Grateful
Selanjutnya Grateful - 02
600
164
Katanya, sesuatu yang buruk itu pasti akan pergi dan diganti dengan yang baik. Tapi, gimana kalau ternyata sesuatu yang buruk itu aku sendiri?Ruqa.Ya, Ilo?Tahu 'kan, kita nggak bisa memiliki semua yang kita mau?Ya, Ilo. Allah nggak akan bikin hambaNya merugi.Dan nggak ada hal yang nggak bisa kita syukuri di dunia ini. Sekalipun itu menyakitkan, pasti akan ada hal baiknya.Iya, Ilo.Jangan khawatir, ya. Kisah kita ditulis langsung oleh Sang Pencipta dan Dia nggak akan salah menentukan takdir buat hambaNya.Benar katanya, bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, tetapi karena bersyukurlah yang akan membuat kita bahagia. Sekalipun itu dalam kekurangan dan keterbatasan, mari berjuang untuk menjadi pemenang di hadapan Tuhan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan