
Ini merupakan cerita terjemahan, aku minta maaf jika terdapat kesalahan ๐
Na Jaemin tahu bahwa dia adalah orang yang sangat sederhana. Jaemin mungkin terlihat norak dan genit di depan para penggemar tetapi pada kenyataannya, dia masih norak dan genit dengan yang lain tetapi itu hanya cara dia bersikap ramah dengan mereka. Dia adalah tipe orang yang mudah terhibur dengan hal-hal kecil. Dia dapat menerima ketika yang lain meminta maaf kepadanya hanya dengan permintaan maaf yang sederhana. Dia selalu menanggapi semuanya dengan ringan karena dia tidak ingin mendapat banyak masalah dengan itu. Dia selalu menunjukkan senyumnya yang cerah meskipun terkadang dia tidak merasa benar-benar baik. Anggota NCT Dream mengatakan bahwa dia terlalu baik tetapi sebenarnya Jaemin hanya bersikap sederhana seperti yang dia suka.
Jaemin naksir Renjun. Meskipun member lain tidak pernah menyebutkannya, mereka dapat dengan mudah menyadari perasaan Jaemin karena Jaemin sesederhana itu. Dia menunjukkan perasaannya kepada Huang Renjun. Dia tidak bisa menyembunyikannya. Dia adalah tipe orang yang akan melakukan apa saja untuk orang yang dicintainya. Dia memberikan banyak hadiah kepada Renjun, beberapa di antaranya adalah barang-barang pasangan seperti gelang, sepatu, dan banyak lainnya. Sebenarnya bukan hanya Renjun, Jaemin mencintai semua member Dream sehingga dia sering memberikan mereka hadiah secara acak. Ketika yang lain bertanya untuk apa hadiah-hadiah itu, Jaemin sebenarnya tidak memiliki alasan khusus jadi dia hanya menjawabnya dengan sesuatu seperti "Bulan depan ulang tahunmu, kan? Jadi ini akan menjadi hadiah ulang tahun lebih awal."
Huang Renjun adalah orang yang pendiam dan tidak banyak bicara. Meskipun anggota Dream lainnya dapat dengan mudah menyadari bahwa Jaemin memiliki perasaan khusus kepadanya, dia tidak pernah menyadarinya. Sementara yang lain dengan mudah menyadari bagaimana Jaemin selalu melihat Renjun sebagaimana dirinya, bagaimana Jaemin terkadang bisa bersikap protektif terhadapnya, bagaimana Jaemin paling banyak memberinya hadiah, tetapi Renjun tampaknya tidak menyadari perasaan Jaemin. Dia tampaknya tidak menyadari betapa istimewanya dia di mata Jaemin.
Hari itu, para member Dream (kecuali Mark dan Haechan karena mereka memiliki jadwal lain bersama dengan 127) baru saja menyelesaikan latihan harian mereka. Cuaca tidak terlalu panas hari itu tetapi para member bersenang-senang saat melakukan latihan dance hingga mereka semua basah oleh keringat. Setelah latihan selesai, Chenle mengatakan dia ingin membeli bubble milk tea jadi dia pergi keluar bersama Renjun untuk membeli bubble tea untuk member lainnya juga. Jisung, Jeno, dan Jaemin ditinggalkan di ruang latihan, menunggu milk tea mereka. Entah mengapa Jisung tidak tahan dengan panasnya jadi dia mengambil air mineral dari ruangan sebelah. Sementara itu Jeno pergi entah ke mana, Jaemin perlahan berjalan ke sudut untuk mengambil ponselnya dari tas. Dia secara acak memeriksa sesuatu di internet ketika tiba-tiba Jeno melemparkan handuk padanya. Jaemin mengambil handuk yang mendarat di kepalanya lalu membalikkan tubuhnya sedikit, menatap Jeno dan mengucapkan terima kasih ketika yang lain duduk di sebelahnya.
"Jeno-ah," kata Jaemin setelah menghela napas beberapa kali setelah meletakkan handuk di sebelahnya.
"Hm?" Jeno masih sibuk menyeka keringatnya.
"Apa aku, bersikap kentara sekali?" kata Jaemin sambil masih menatap ponselnya.
"Tentang apa? Tentang Renjun?" tanya Jeno, Jaemin hanya mengangguk.
"Yah," Jeno meletakkan handuknya dan mulai merapikan rambutnya dengan tangannya.
"Sebenarnya kamu begitu. Kayaknya, hampir setiap hari. Kenapa?" Jeno merasa agak lucu melihat temannya merajuk.
"Lihat, beberapa penggemar membicarakan tentang bagaimana aku bisa begitu kentara selama vlive sebelumnya. Seperti, aku terus menatapnya dan hal-hal lainnya..." Jaemin menunjukkan ponselnya kepada Jeno. Jeno mendekat untuk melihat apa yang ditunjukkan Jaemin kepadanya.
"Wah, benar juga," Dia tertawa.
"Apa ini, 'mata Jaemin terus menatap Renjun'; 'Jaemin terus menatap Renjun selama 3 menit!', 'Renjun tidak memakai gelang itu lagi lol', wow mereka pasti menyadarinya!" Jeno tertawa lebih keras hingga matanya tertutup sepenuhnya.
"Jangan banyak tertawa!" Jaemin menepuk lengan Jeno pelan lalu meletakkan ponselnya.
"Lihat, bahkan penggemar pun menyadarinya. Maksudku, lihatlah Renjun, aku tidak tahu apakah dia menyadarinya," Jeno menatap sahabatnya yang terlihat begitu khawatir, menepuk-nepuk punggungnya lalu berkata pelan, "Yah, Renjun memang agak bodoh, kurasa.. atau mungkin bukan hanya dia. Mungkin sebaiknya kau melihatnya dari sisi lain."
Jaemin tidak begitu mengerti dengan perkataan Jeno jadi dia menatapnya tidak yakin namun anak laki-laki itu hanya menepuk punggungnya. "Ayo!" yang kemudian membuat Jaemin mendesis.
"Hei sakit!" kata Jaemin dia cepat-cepat mengambil handuk untuk menampar Jeno kemudian mereka tertawa.
"Ngomong-ngomong, kalau kamu merasa tidak enak, mungkin kamu bisa bertanya langsung padanya?" Jaemin mengerjapkan matanya. Mungkin kedengarannya sederhana, tetapi dia tahu itu tidak semudah itu dilakukan. Namun di sisi lain, dia agak mengerti apa yang dimaksud Jeno. Mengakui perasaannya, itu saja. Tentu saja Jaemin sebenarnya sudah memikirkan itu berkali-kali, tetapi dia agak takut. Dia terdiam beberapa saat. "Ya. Aku akan mencobanya."
Jaemin masih berbicara dengan Jeno ketika dia mulai menyeka keringat yang membuat rambutnya basah lalu tiba-tiba pintu ruang latihan terbuka.
"KITA KEMBALI!!!!" teriak Chenle riang sambil menunjukkan secangkir milktea di tangannya. Jisungโyang berada di luar ruanganโberjalan di belakang Renjun yang juga memegang secangkir milktea di tangannya, kembali ke ruangan. Jaemin dan Jeno menghentikan pembicaraan mereka, mulai bersorak bersama dengan suara keras Chenle dan Jisung mulai bertepuk tangan, "Akhirnya!"
Chenle memeriksa cangkir di tangannya lalu mulai memberikan satu kepada Jisung.
"Untuk siapa itu?" tanya Jisung karena Chenle masih memiliki dua cangkir di tangannya.
"Aku punya dua untukku sendiri!" Chenle tampak sangat senang hingga membuat wajah lucu ketika Jisung mengatakan bahwa dia menginginkannya. Dia berkata bahwa dia tidak akan memberikannya kepada Jisung sehingga Jisung mulai cemberut.
Jeno segera menyadari pesanannya karena ia meminta milktea cokelat yang warnanya lebih gelap jadi ia mengambilnya dari tangan Renjun. "Ini punyaku, kan? Terima kasih Renjun-ah~" katanya sambil pergi dan mulai menyeruput minumannya. Renjun memeriksa dua cangkir di tangannya, keduanya memiliki rasa yang sama, milktea hazelnut.
"Hah, Jaemin.. ini teh susu hazelnut ya?" Jaemin bergumam sambil diam-diam menikmati betapa lucunya Renjun saat dia terlihat bingung sambil terus memeriksa label di setiap cangkir.
"Eh.. Kurang gula?"
"Tidak, punyaku biasa saja. Punyamu kurang gula."
"Oh tidak." Renjun menepuk kepalanya sendiri pelan.
"Aku tidak sengaja memesan kurang gula untuk keduanya." katanya sambil memberikan milktea kepada Jaemin lalu mulai minum dari cangkirnya. Jaemin agak merajuk karena dia suka milktea yang lebih manis sementara kurang gula berarti kurang manis tapi mungkin Renjun hanya melupakannya, tapi itu bukan masalah besar baginya. "Tidak apa-apa bagiku, terima kasih Injooni~" dia membuat suara imut yang membuat Jisung menatapnya dengan ngeri.
Jaemin minum milktea-nya dan sebenarnya masih agak sedih karena rasanya tidak semanis yang biasa dia pesan saat mencicipinya, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa mengeluh karena dia sendiri tidak merasakannya. Dia kembali ke tempatnya sebelumnya dan duduk ketika tiba-tiba Renjun mendatanginya.
"Jaemin-ah. Apakah milktea-mu cukup manis?" tanyanya.
"Tidak terlalu manis, tapi tidak masalah." Jaemin tersenyum.
"Hm, milktea-ku terlalu manis, bolehkah kita bertukar? Hanya jika kamu tidak keberatan?" Renjun menunjukkan cangkir milktea-nya. Jaemin tampak bingung karena keduanya lebih sedikit gula dan rasanya seharusnya sama, tetapi dia tetap setuju.
"Tidak apa-apa. Apa pun untuk Injooni~" Jaemin mencoba bersikap manis lagi saat mereka bertukar gelas.
"Ya ya. Aku minta maaf." Kata Renjun sambil meraih tasnya yang ada di sebelah Jaemin dan mulai duduk di dekatnya.
"Yang ini rasanya enak buatku." Renjun mencoba milktea yang ia dapatkan dari Jaemin. Ia mengatakannya dengan suara pelan tapi Jaemin masih bisa mendengarnya. Jaemin terkikik melihat ekspresi imut Renjun. Ia mengambil cangkir barunya juga dan mulai menyeruputnya. Jaemin agak terkejut karena milktea baru yang ia dapatkan terasa lebih manis. Tingkat kemanisannya pas dan ia menyukainya. Jaemin memeriksa label yang ditempel di cangkir dan menemukan bahwa yang ini tidak kurang gula, melainkan yang biasa. Jaemin menatap cangkirnya, merasa bingung karena ia cukup yakin Renjun sudah memeriksanya sebelumnya tapi ia tidak keberatan. Jaemin tidak mengatakan apa pun tentang itu.
Beberapa hari setelah itu.
Jaemin baru saja selesai melakukan vlive bersama Chenle, Jungwoo, dan Kun. Jisung, Jeno, dan Renjun tidak dapat bergabung dalam vlive karena mereka memiliki jadwal lain tetapi entah bagaimana mereka berhasil menelepon mereka selama siaran langsung untuk sementara waktu. Chenle dan Jaemin tiba di asrama mereka bersama-sama. Chenle berisik seperti biasa bahkan ketika dia hanya mengatakan bahwa dia sudah pulang. Jaemin tertawa melihat yang lebih muda menjadi imut. Dia berjalan ke dapur karena dia ingin minum ketika dia melihat Jeno sudah ada di sana dengan kantong keripik kentang di tangannya. "Nikmati siaran langsungnya?" tanyanya sambil mengunyah keripik kentang.
"Ya. Bagaimana denganmu, MC Jeno?" kata Jaemin sambil mengambil gelas lalu mengisinya dengan air dan meminumnya.
Jeno mengangkat bahu dengan imut, menunjukkan wajahnya yang lucu "Seperti biasa?"
"Ngomong-ngomong," Jeno menarik kursi di sebelahnya dan duduk. "Apa kau sudah membicarakannya dengannya?"
"Bicara tentang apa?" Jaemin berpura-pura tidak tahu atau mengingatnya karena sebenarnya dia masih bingung bagaimana melakukannya.
"Perasaanmu." Jeno masih mengunyah keripik kentangnya.
"Yah, belum... โ oh benar! Ngomong-ngomong, apa kau menonton pertandingan tadi malam? Tadi malam pertandingan Jepang vs Senegal yang membuat Yuta-hyung sangat berisik di grup chat." Jaemin tertawa. Dia sebenarnya hanya mencoba mengubah topik dan entah bagaimana berhasil karena mereka mulai berbicara tentang sepak bola.
Renjun berjalan ke dapur dan melihat Jaemin dan Jeno asyik mengobrol. Keduanya langsung melirik Renjun saat dia masuk ke dapur, mungkin ingin mengambil sesuatu dari kulkas. "Injooniii!! Kamu sudah makan?"
"Baru saja kembali dari Vlive?"
"Y-ya.."
Renjun bahkan tidak menjawab pertanyaan Jaemin dan dia terdengar.... Jaemin sebenarnya tidak yakin tentang hal itu tetapi dia terdengar agak kesal? Situasinya agak canggung ketika Renjun menutup kulkas tanpa mengambil apa pun lalu keluar dari dapur. Jaemin dan Jeno tahu ada yang tidak beres jadi mereka saling menatap, diam-diam bertanya apa yang terjadi tetapi Jeno memberi tanda untuk mengejar Renjun dan dia melakukannya.
Jaemin datang ke kamar Renjun (yang juga kamar Jeno) dan melihat anak laki-laki lainnya sedang berbaring di tempat tidurnya, wajahnya menghadap ke bantal.
"Injoon-ah? Apa yang terjadi?" Jaemin berlutut, duduk di samping tempat tidur, memeriksa kondisi Renjun tetapi dia menolak untuk menunjukkan wajahnya. Renjun berkata bahwa itu bukan apa-apa tetapi itu malah membuat Jaemin semakin khawatir.
"Hei, ini pasti terjadi sesuatu? Ayolah, Injoon-ah.. Kau bisa cerita padaku dan aku tidak akan memberi tahu yang lain, kalau itu yang kau mau," kata Jaemin sambil menepuk punggung Renjun pelan.
"Tidak, tidak. Tidak apa-apa, kau bisa melanjutkan pembicaraanmu dengan Jeno, orang yang paling kau cintai." Renjun akhirnya berdiri dan menyingkirkan tangan Jaemin dari punggungnya.
"Kita sudah selesai sih. Atau mungkin kita bisa melanjutkannya nanti saja. Kenapa kamu kedengaran seperti sedang cemburu, Injoon-ah," Jaemin tertawa kecil.
Renjun menjauhkan wajahnya, "Apa yang kau bicarakan?! Kau mengatakannya saat vlive bukan? Bahwa kau mencintainya."
Jaemin berhenti tertawa karena ia melihat wajah Renjun terlihat agak memerah saat mengatakan itu. Ia tidak yakin apakah yang dilihatnya itu nyata, tetapi menurutnya Renjun terlihat sangat menggemaskan. Jaemin masih tidak ingin terlalu banyak berpikir hingga ia mulai tertawa lagi.
"Oooh si manis Injooni cemburu? Jangan khawatir Injoon-ah karena aku juga mencintaimu!" โโJaemin memeluk Renjun dengan jenaka, tetapi Renjun menepis tangannya.
"Sudahlah Jaemin-ah, kau membuatku bingung," kata Renjun dengan nada serius karena memang itu yang ia maksud. Jaemin melepaskan tangannya, semakin bingung tidak percaya bahwa Renjun bersikap semanis ini di depannya. Ia benar-benar cemburu? padaku?
"Apaโkenapa.."
Renjun memotong kalimatnya. "Kau membuatku sangat bingung, tahukah kau?" kata Renjun sambil mengambil boneka moomin di samping bantalnya lalu mulai memeluknya erat-erat.
"Boleh aku tahu kenapa aku membuatmu bingung?" Jaemin sebenarnya juga merasa bingung.
"Kadang..." Renjun menunduk, menutupi separuh wajahnya dengan boneka beruang agar tidak melihat wajah Jaemin. "Kau membuatku berpikir bahwa aku istimewa. Kau memberiku sesuatu tapi besoknya kau memberi yang lain juga."
Jaemin sebenarnya terkejut mendengarnya. Ia hendak mengatakan sesuatu tapi Renjun menyadarinya jadi ia mengatakannya terlebih dahulu.
"Bagaimana aku menyadarinya? Hah? Kau pikir aku tidak menyadarinya hanya karena aku tidak menunjukkan reaksi apa pun?" Jaemin mengangguk karena itulah yang sedang dipikirkannya.
"....tapi, kenapa?"
Renjun menarik napas panjang, dia tampak hampir menangis sehingga membuatnya sangat sulit untuk mengucapkan setiap kata tetapi dia terus melanjutkannya. "Kau tahu, seperti, beberapa bulan yang lalu kau memberiku gelang pasangan tetapi pada hari berikutnya kau membelikanku sebuah hoodie... maksudku...." Renjun berdeham.
"Aku perhatikan kamu sering menatapku dengan intens, tentu saja aku menyadarinya dan entah mengapa aku pikir kamu bermaksud begitu. Tapi hari ini kamu tahu aku sedang berbicara di seberang telepon tapi kamu menggoda Jeno. Seperti, bisakah kamu berhenti membuatku terlalu memikirkanmu, karena... karena.... rasanya kamu benar-benar mempermainkan perasaanku.." Renjun terlihat canggung dan memeluk boneka moominnya lebih erat.
"Injoon-ah, Injoon-ah..." Jaemin menepuk bahu Renjun pelan.
"Aku-maaf membuatmu bingung, tapi izinkan aku menjelaskan beberapa hal untukmu." Jaemin adalah orang yang berdeham sekarang.
"Kau tidak salah."
Renjun mengangkat wajahnya sedikit, mengintip Jaemin melalui boneka beruangnya.
"Maksudku, aku benar-benar melakukan itu karena aku pikir kau istimewa. Aku mungkin bersikap norak dengan yang lain juga, tetapi tidakkah kau menyadari bahwa aku tidak pernah menatap yang lain dengan cara yang sama seperti yang selalu kulakukan padamu? Kupikir itu kau, bukan, kupikir kau sangat bebal karena sepertinya kau tidak pernah menyadari bahwa aku melakukan semua itu untukmu. Kau tahu?" Jaemin terdiam sejenak. Ia perlahan memeluk tubuh kecil Renjun ke dalam pelukannya, mengusap rambut belakang Renjun menggunakan tangannya.
"Aku mencintaimu, Injoon. Aku melakukan semua itu karena aku mencintaimu, Injoonie. Aku tidak mempermainkan perasaanmu. Aku benar-benar melakukannya karena aku mencintaimu, Injoon-ah."
Renjun perlahan memeluk Jaemin sambil mengangguk, "Aku juga mencintaimu..." Mereka menikmati kehangatan satu sama lain. Jaemin dapat merasakan ada sesuatu yang terangkat darinya sehingga ia merasa begitu ringan hingga ia merasa dapat langsung terbang ke langit. Jeno benar, mungkin ia terlalu berusaha untuk bersikap sederhana sehingga ia lupa melihatnya dari sisi lain. Segala sesuatu sebenarnya tidak serumit yang ia pikirkan. Mungkin terkadang bersikap sederhana tidak sesederhana yang ia kira. Jaemin merasa matanya akhirnya terbuka.
Mereka masih berpelukan, Jaemin menepuk-nepuk rambut Renjun yang lembut dan menaruh dagunya di atas kepala Renjun. Mereka melakukan itu beberapa saat hingga Renjun melepaskan pelukannya, memberanikan diri untuk melihat wajah Jaemin yang kini sudah memerah. Jaemin menepuk-nepuk hidung Renjun dengan hidungnya. "Injoonie imut banget!" Wajah Renjun semakin memerah.
"Jaemin-ah," Renjun berdeham beberapa kali lalu menyeka wajahnya dengan tangannya.
"Menurutku kaulah yang bebal." Renjun menunjukkan senyum nakalnya yang membuat Jaemin tampak bingung.
"โapa?"
"Ah kau benar-benar tidak menyadarinya?" Renjun tertawa lalu turun dari tempat tidur, perlahan meraih pintu untuk keluar dari kamar, meninggalkan Jaemin yang sedang kebingungan.
"Tunggu, apa, Injoon-ah!!" Jaemin berlari untuk menjemput Renjun yang sudah berada di luar kamarnya. Injoon terus tertawa sementara Jaemin memohon penjelasan. Di sisi lain, Jeno, yang masih menikmati keripik kentangnya, tampak senang karena sahabat mereka akhirnya bisa saling mengungkapkan perasaan mereka. "Keripik kentang ini rasanya sangat enak hari ini." katanya sambil berjalan kembali ke dapur untuk mengambil sekantong keripik kentang lagi.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
