12. ILHS

0
0
Terkunci
Deskripsi

 

Beberapa Jam Kemudian

Lisa mulai sadar dari pengaruh obat penenang yang disuntikkan Jungkook. Kepalanya terasa berat, matanya perlahan terbuka, menangkap bayangan kabur dari seseorang yang duduk di sampingnya. Dia mengenali wajah itu—Jungkook, dengan tatapan intens yang mengawasi setiap gerakannya.

"Jungkook..." bisik Lisa, suaranya lemah namun dipenuhi dengan emosi. Tubuhnya terasa berat, dan kesadaran yang perlahan kembali membangkitkan kemarahannya. "Apa... yang kamu lakukan padaku?"

Jungkook tidak...

Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
12 konten
Akses seumur hidup
250
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Sebelumnya Chapter 19 : Jealous
1
0
Matahari baru saja terbit di balik pegunungan, sinarnya menyelinap masuk melalui jendela kamar mereka yang besar. Suasana rumah terasa hangat, namun di dalam hati Jungkook ada gejolak yang sulit dia kendalikan. Di sisi ranjang, Lisa masih terlihat terlelap dengan bayi mereka, Hyunbin, yang tertidur pulas dalam dekapan ibunya. Pemandangan yang seharusnya menenangkan hati Jungkook justru membuatnya merasa gelisah.Sudah beberapa minggu sejak Hyunbin lahir, dan sejak itu, perhatian Lisa sepenuhnya tertuju pada bayi kecil mereka. Setiap hari, Lisa terlihat begitu sibuk mengurus Hyunbin—menyusui, mengganti popok, menidurkannya, memastikan bahwa setiap kebutuhan anak mereka terpenuhi dengan sempurna. Jungkook tentu mengerti bahwa peran seorang ibu itu penting, tapi dia tidak bisa menahan rasa cemburu yang pelan-pelan merayap masuk ke dalam pikirannya.Jungkook menghela napas dalam, menatap Lisa yang terlihat begitu damai bersama Hyunbin. Bagaimana bisa mereka berdua begitu nyaman sementara aku merasa terabaikan? pikir Jungkook dalam hati. Sebenarnya, dia tidak bermaksud egois. Dia sangat mencintai Lisa dan Hyunbin, tetapi belakangan ini, Lisa nyaris tidak punya waktu untuknya. Jungkook merasa seperti orang asing di tengah keluarganya sendiri.Dengan perlahan, Jungkook bangkit dari ranjang, melangkah keluar kamar tanpa mengganggu tidur mereka. Dia berjalan ke dapur, mengisi gelas dengan air dingin sambil memikirkan perasaannya yang tak menentu. Setiap kali Lisa memeluk atau mencium Hyunbin, Jungkook merasa seolah-olah dia terlupakan. Dia merindukan perhatian Lisa—senyumannya, sentuhannya, dan momen-momen manis yang dulu selalu mereka nikmati bersama sebelum Hyunbin lahir.Hari-hari berlalu dengan pola yang sama. Lisa terbangun untuk merawat Hyunbin, sementara Jungkook mulai merasa seperti bayangan di rumahnya sendiri. Setiap kali dia mendekati Lisa untuk berbicara atau menghabiskan waktu bersamanya, Lisa dengan lembut mendorongnya untuk sabar menunggu.Hyunbin masih kecil, Jungkook. Dia butuh perhatian lebih sekarang, kata Lisa suatu malam ketika Jungkook mencoba berbicara tentang perasaannya.Tapi aku juga butuh perhatian Sayang.... gumam Jungkook, suaranya terdengar lebih kesal dari yang dia harapkan. Kau selalu memperhatikan Hyunbin. Aku merasa seperti tidak ada lagi di matamu.Lisa tersenyum lemah, berusaha memahami perasaan suaminya. Aku tahu, dan aku minta maaf. Tapi ini hanya sementara. Setelah Hyunbin sedikit lebih besar, kita akan punya lebih banyak waktu bersama.Namun, kata-kata itu tidak cukup untuk meredakan perasaan Jungkook yang terus membara. Malam itu, dia tertidur dengan rasa cemburu yang kian memuncak. Bayang-bayang Hyunbin yang terus mendapat perhatian penuh dari Lisa menari-nari dalam pikirannya, dan rasa cemburu itu berubah menjadi kemarahan kecil yang ia pendam dalam hati.---Hari berikutnya, Jungkook mencoba mengalihkan perasaannya dengan bekerja dari rumah. Dia duduk di ruang kerjanya, mencoba fokus pada layar komputer, namun pikirannya terus melayang ke arah Lisa dan Hyunbin yang sedang di kamar. Setiap kali dia mendengar suara tawa kecil Hyunbin atau bisikan lembut Lisa saat menenangkan bayinya, hatinya terasa semakin jauh dari mereka.Saat malam tiba, rasa cemburu Jungkook akhirnya memuncak. Dia berjalan ke kamar mereka dan melihat Lisa sedang duduk di kursi goyang, mengayun-ayunkan Hyunbin yang terlihat nyaman di pelukannya.Sayang, kita perlu bicara.Lisa menoleh, keningnya sedikit berkerut. Ada apa, Jungkook? Aku baru saja menidurkan Hyunbin.Jungkook mendekat, dan meskipun dia tahu dia harus bersabar, suaranya terdengar kesal. Aku tahu Hyunbin penting. Aku tahu dia butuh perhatianmu. Tapi aku juga butuh dirimu. Aku merasa kau melupakan aku.Lisa menatapnya dengan mata lelah. Dia mengerti perasaan Jungkook, tetapi sebagai seorang ibu baru, dia juga merasa tertekan oleh tanggung jawab yang besar. Aku tidak melupakanmu, Jungkook. Aku hanya... Hyunbin membutuhkan banyak perhatianku sekarang.Tapi bagaimana dengan aku? Jungkook membalas, suaranya lebih keras. Aku merasa terabaikan. Setiap hari aku melihat kau dengan Hyunbin, dan aku merasa seperti orang asing di rumah ini.Lisa terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Dia tahu Jungkook merasa kesepian, tapi dia juga tahu bahwa sebagai seorang ibu, prioritasnya sekarang adalah Hyunbin. Aku tahu ini sulit untukmu, tapi kita harus melalui ini bersama. Hyunbin adalah bagian dari kita, bukan hanya tanggung jawabku saja.Jungkook memandang Lisa dengan tatapan yang sulit dibaca. Aku tahu. Tapi aku juga ingin merasakan kehadiranmu. Aku ingin kau juga memperhatikanku.Tiba-tiba, suara tangisan Hyunbin memecah keheningan. Lisa segera beralih untuk menenangkan bayinya, dan Jungkook merasa hatinya semakin terluka. Dia berjalan keluar kamar, meninggalkan Lisa dengan Hyunbin, dan kali ini dia benar-benar merasa terabaikan.---Malam itu, Jungkook tidak bisa tidur. Dia duduk di sofa ruang tamu, memikirkan segala hal yang telah berubah sejak kelahiran Hyunbin. Bukan berarti dia menyesali kelahiran putranya, tapi perubahan yang terjadi begitu cepat membuatnya merasa kehilangan hubungan yang dulu begitu kuat antara dirinya dan Lisa. Dia merindukan perhatian Lisa, sentuhan kasih sayangnya, dan momen-momen manis yang dulu mereka habiskan bersama.Keesokan paginya, saat Lisa terbangun dan melihat Jungkook yang tidak ada di ranjang, dia langsung menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dia tahu bahwa Jungkook sedang cemburu—bukan kepada Hyunbin, tapi kepada perhatian yang selama ini terfokus hanya pada bayi mereka.Lisa menemukan Jungkook di ruang tamu, duduk sendirian dengan tatapan kosong. Jungkook... panggilnya lembut, mendekati suaminya.Jungkook menoleh, wajahnya terlihat lelah dan kesal. Apa?Lisa duduk di sebelahnya, menggenggam tangannya. Aku minta maaf kalau aku membuatmu merasa diabaikan. Aku tahu kau juga butuh perhatian, dan aku tidak bermaksud membuatmu merasa seperti ini.Jungkook menghela napas panjang. Aku hanya merasa seperti kau tidak melihatku lagi. Aku merasa seperti hanya menjadi bayangan di rumah ini. Kau sibuk dengan Hyunbin, dan aku hanya ingin kau memperhatikan aku juga.Lisa tersenyum lembut, matanya penuh pengertian. Aku mengerti, dan aku juga merindukan momen-momen kita berdua. Tapi, kau juga tahu bahwa Hyunbin butuh kita. Aku butuh kau untuk mendukungku, bukan merasa bersaing dengan bayi kita.Jungkook terdiam, menyadari betapa kekanak-kanakan perasaannya selama ini. Dia mengangguk pelan, lalu meraih Lisa dalam pelukannya. Aku minta maaf, Sayang. Aku hanya... aku merindukanmu. Aku merasa terabaikan.Lisa membelai rambut Jungkook dengan lembut, memberikan kehangatan yang selama ini Jungkook rindukan. Aku tidak pernah melupakanmu. Kau adalah bagian dari hidupku, sama seperti Hyunbin. Kita berdua adalah keluarga, dan aku mencintaimu, Jungkook.Pelukan itu membuat Jungkook merasa lebih tenang. Meski rasa cemburu itu masih ada, dia tahu bahwa Lisa tidak melupakannya. Mereka hanya perlu menyesuaikan diri dengan peran baru mereka sebagai orang tua.---Hari-hari berikutnya, Lisa berusaha meluangkan lebih banyak waktu untuk Jungkook. Meskipun Hyunbin masih menjadi pusat perhatiannya, Lisa berusaha memastikan bahwa Jungkook juga merasa diperhatikan dan dicintai. Mereka menghabiskan waktu bersama, meski hanya beberapa menit di sela-sela mengurus bayi, dan setiap momen itu terasa begitu berharga bagi Jungkook.Dan meskipun Jungkook masih merasa cemburu sesekali, dia mulai memahami bahwa perhatian Lisa kepada Hyunbin tidak mengurangi cintanya untuknya. Hyunbin adalah lambang cinta mereka, dan Jungkook mulai menerima bahwa mereka berdua harus saling mendukung sebagai keluarga.Dalam pelukan hangat Lisa, Jungkook akhirnya merasa damai. Meskipun hidup mereka telah berubah sejak kehadiran Hyunbin, satu hal yang tetap adalah cinta yang mereka miliki satu sama lain—cinta yang akan terus bertahan meski ada tantangan di depan mereka.***Malam itu, suasana di rumah Jungkook dan Lisa terasa tenang. Setelah seharian penuh dengan tangisan dan tawa kecil Hyunbin, mereka akhirnya berhasil menidurkan bayi mereka yang tampak lelah setelah banyak bermain. Lisa dengan hati-hati meletakkan Hyunbin di tempat tidurnya, memastikan selimutnya rapat dan hangat. Sementara itu, Jungkook menatap istrinya dengan senyum lembut dari sudut kamar.Setelah memastikan Hyunbin tidur nyenyak, Lisa berbalik, dan tatapan mereka bertemu. Jungkook, yang sudah duduk di ranjang, merentangkan tangan ke arahnya. Ayo, ke sini, bisiknya, suaranya terdengar hangat dan penuh kasih sayang.Lisa tersenyum dan melangkah mendekat. Dia merasakan kehangatan yang berbeda malam ini, seolah semua beban yang mereka rasakan belakangan ini mulai berkurang. Saat Lisa mencapai ranjang, Jungkook meraih tangannya dan membantunya naik, kemudian menariknya ke dalam pelukan erat. Mereka berbaring berdampingan di ranjang, tubuh mereka bersandar satu sama lain, nyaman di bawah selimut tebal yang membungkus mereka berdua.Kau lelah? tanya Jungkook lembut, suaranya terdengar begitu hangat dan perhatian.Lisa mengangguk pelan sambil menatapnya. Sedikit, jawabnya, tetapi senyum di wajahnya menunjukkan bahwa rasa lelah itu tak berarti apa-apa dibandingkan dengan kebahagiaan yang ia rasakan bersama keluarganya.Mereka terdiam sejenak, menikmati kehangatan tubuh satu sama lain. Lisa menatap langit-langit kamar, namun kemudian pandangannya kembali tertuju pada wajah Jungkook yang berada begitu dekat dengannya. Wajah suaminya tampak tenang, matanya yang penuh kasih sayang menatapnya dalam-dalam. Jungkook perlahan mengusap lengan Lisa dengan lembut, memberikan sentuhan yang menenangkan.Hyunbin semakin besar setiap harinya, gumam Jungkook, memulai percakapan mereka malam itu.Lisa tersenyum hangat. Ya, aku masih tidak percaya kita sudah menjadi orang tua. Rasanya seperti baru kemarin kita menikah.Jungkook tertawa pelan, sebuah suara yang membuat hati Lisa menghangat. Aku juga tidak percaya. Sekarang, kita punya bayi laki-laki yang luar biasa. Tapi kau tahu? Jungkook berhenti sejenak, matanya berubah lebih serius, tapi dengan senyuman yang masih terlukis di bibirnya. Aku merasa seperti aku belum berterima kasih padamu dengan benar.Lisa mengernyit bingung. Terima kasih? Untuk apa?Jungkook mengulurkan tangan, menyentuh pipi Lisa dengan lembut, membelai kulitnya yang halus. Untuk segalanya, Lisa. Untuk memberiku Hyunbin, untuk menjadi istri yang luar biasa, dan... untuk mencintaiku, meskipun aku tahu aku tidak selalu mudah untuk dicintai.Mata Lisa berkilat lembut mendengar kata-kata suaminya. Ada kehangatan dalam kata-kata itu, tetapi juga ada kejujuran yang dalam. Dia tahu, hubungan mereka tidak selalu mulus—mereka telah melalui banyak tantangan bersama, termasuk saat-saat penuh ketegangan sebelum Hyunbin lahir. Tapi mendengar Jungkook mengakui itu, membuat hatinya tergerak.Kau juga mencintaiku dengan cara yang istimewa, Jungkook, balas Lisa, suaranya rendah namun penuh perasaan. Aku tidak pernah merasa tidak dicintai. Kau selalu ada untukku, meskipun terkadang caramu menunjukkan cinta itu sedikit... berbeda, dia tersenyum lebar, mencoba meringankan suasana.Jungkook tertawa kecil, lalu menarik Lisa lebih dekat ke dalam pelukannya. Aku tahu aku bisa terlalu protektif kadang-kadang, tapi itu karena aku tidak ingin kehilanganmu. Kau dan Hyunbin adalah duniaku sekarang.Lisa menatap Jungkook dengan perasaan mendalam. Dia tahu betapa besar cintanya pada pria di hadapannya ini. Semua kekhawatiran dan kecemasan yang pernah mereka alami terasa jauh sekarang. Yang tersisa hanyalah rasa syukur bahwa mereka masih memiliki satu sama lain.Kau tidak akan pernah kehilangan aku, bisik Lisa dengan lembut. Aku di sini, bersamamu. Selalu.Jungkook tersenyum, lalu menundukkan kepalanya, menempelkan dahinya ke dahi Lisa. Suasana malam itu begitu intim dan penuh dengan kasih sayang. Mereka tidak membutuhkan kata-kata lebih banyak, karena keheningan itu sudah cukup berbicara. Mereka berbicara melalui sentuhan, melalui kehangatan yang ada di antara mereka.Lalu, Lisa tersenyum kecil dan mengubah topik percakapan. Kau tahu, sejak Hyunbin lahir, aku merasa seperti kita tidak pernah punya waktu untuk sekadar berbicara seperti ini. Hanya kita berdua.Jungkook mengangguk setuju. Aku juga merasakannya. Aku merindukan momen-momen seperti ini, hanya kita berdua. Kau dan aku.Mereka berdua terdiam lagi, hanya mendengarkan suara napas satu sama lain. Tangannya saling terkait di bawah selimut, dan Lisa merasakan detak jantung Jungkook yang tenang dan teratur. Detak itu seolah selaras dengan detak jantungnya sendiri.Lisa... suara Jungkook terdengar lebih rendah, hampir seperti bisikan.Hm? Lisa menoleh sedikit, matanya bertemu dengan mata suaminya.Aku sangat mencintaimu, kata Jungkook pelan, tapi penuh ketulusan. Aku tahu aku sudah sering mengatakannya, tapi aku tidak akan pernah bosan untuk memberitahumu.Kata-kata itu membuat hati Lisa bergetar. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum lebar. Aku juga sangat mencintaimu, Jungkook. Lebih dari yang bisa kau bayangkan.Jungkook menatapnya dalam-dalam, seolah mencari sesuatu di balik kata-kata itu. Lalu, dengan lembut, dia menundukkan kepalanya dan mencium Lisa. Ciuman itu lembut, penuh kasih, dan terasa begitu hangat. Bibir mereka bertemu dengan cara yang begitu alami, seperti dua bagian dari satu keseluruhan yang tidak pernah bisa terpisahkan.Lisa membalas ciuman itu dengan penuh perasaan, tangan mereka yang semula tergenggam di bawah selimut kini saling melingkar, menarik satu sama lain lebih dekat. Ciuman itu adalah perwujudan dari semua cinta yang mereka rasakan—cinta yang penuh dengan pengorbanan, kebahagiaan, rasa sakit, dan kebersamaan.Mereka berciuman untuk beberapa saat, seolah-olah waktu berhenti di sekitar mereka. Hanya ada mereka berdua dalam momen itu, dan dunia luar tampak jauh dan tak berarti. Setelah beberapa saat, Jungkook perlahan menjauhkan wajahnya, tapi masih tetap dekat, bibirnya hampir menyentuh Lisa saat dia berbisik, Terima kasih karena selalu ada untukku.Lisa tersenyum dan menempelkan dahinya ke dahi Jungkook lagi. Selalu, Jungkook. Aku selalu ada untukmu, sama seperti kau selalu ada untukku.Malam itu, mereka berdua terbaring berdua, saling berpelukan dengan perasaan damai yang mendalam. Hyunbin mungkin telah menjadi pusat perhatian mereka selama beberapa waktu, tetapi momen-momen seperti ini mengingatkan mereka bahwa cinta mereka sebagai pasangan masih kuat dan abadi.Dengan senyum yang masih tersungging di wajah mereka, mereka akhirnya tertidur dalam pelukan satu sama lain, merasa aman dan dicintai. Besok mungkin akan datang dengan tantangan baru, tapi malam ini, mereka hanya dua orang yang saling mencintai dan menikmati kebersamaan mereka dalam keheningan yang penuh makna.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan