
Mencari Desa Bedilan Gresik paling mudah. Karena secara geografis terletak di samping Alon-alon Kota Gresik, banyak dijumpai gedung-gedung kuno dan antik jaman Londo, termasuk wilayah Lodjie dan pelabuhan Gresik. Ini pertanda bahwa desa Bedilan banyak tersimpan jejak sejarah jaman Belanda. Bahkan sejarah si bengis Tuan Guntur alias Daendels yang legendaris pun terkait di sini. Terlebih di sinilah dimakamkan seorang wali dengan nama besar Raden Santri Sayyid Ali Murtadlo Raja Pandito Wunut yang juga...
Mencari Desa Bedilan Gresik paling mudah. Karena secara geografis terletak di samping Alon-alon Kota Gresik, banyak dijumpai gedung-gedung kuno dan antik jaman Londo, termasuk wilayah Lodjie dan pelabuhan Gresik. Ini pertanda bahwa desa Bedilan banyak tersimpan jejak sejarah jaman Belanda. Bahkan sejarah si bengis Tuan Guntur alias Daendels yang legendaris pun terkait di sini. Terlebih di sinilah dimakamkan seorang wali dengan nama besar Raden Santri Sayyid Ali Murtadlo Raja Pandito Wunut yang juga kakak kandung Sunan Ampel sekaligus kakek dari Sunan Kudus sang panglima perang kerajaan Demak Bintoro.
Mengapa desa itu bernama Bedilan? Konon pada jaman penjajahan Belanda desa ini terdapat lokasi pabrik dan gudang senjata (bedil) terbesar selain pabrik mesiu di Semarang. Di Bedilan pulalah berdiri Tangsi Belanda yang dihuni oleh Londo Ireng alias bongso dewe sing dadi tentarae Londo. Bahkan Brug alias pelabuhan Gresik yang pernah berjaya pada jamannya termasuk dalam wilayah Bedilan. Tentang pelabuhan Gresik ini seorang sejarawan asal Portugis bernama Tome Pires (1515) menyatakan keberadaan bandar ini secara puitis, bahwa pelabuhan Gresik adalah mutiara pulau Jawa.
Masih menelisik kejayaan desa Bedilan, sejarawan Belanda H.J. De Graaf pernah menulis, bahwa pada 27 April 1602 Laksamana Jacob van Heemskerck yang telah dikenal berlabuh di Gresik. Di sinilah ia mendirikan sebuah kantor dagang Belanda yang pertama di Jawa Timur. Tetapi karena kurang berhasil, maka tahun berikutnya didirikan lagi sebuah kantor di Gresik oleh Laksamana Wijbrand van Warwijck pada 25 November 1608. Karena waktu itu wilayah Bedilan Gresik dalam kekuasaan Raja Surabaya yang berkedudukan di Sidokare (Sidoarjo), maka kantor itu berdiri atas ijin dari Raja dengan janji sang Raja tidak akan menarik bea cukai dan pajak tapi dengan syarat Belanda dilarang untuk mengganggu orang Portugis. Karena setahun yang lalu salah satu kapal Van Heemskerck merampas sebuah kapal perang Portugis di Pelabuhan Gresik, sehingga Raja tidak suka. Sebagai kepala kantor diangkat Dirck van Leuwen, seorang ahli permata termasyhur yang akrab dengan orang Jawa.
Kantor itu bertahan hingga 1615. Meskipun demikian, dengan adanya kantor Belanda di kota pelabuhan terbesar di Jawa itu menjadikan kapal Kompeni sering berlabuh sehingga meningkatkan arus berita dari pedalaman terkait peperangan yang direncanakan Panembahan Krapyak.
Dibakar Mataram
Ketika Gubernur Jenderal Pieter Both tiba di Bedilan Gresik pada 14 September 1613, ia mendengar dari petugas di Pelabuhan Gresik bahwa 14 hari sebelum kedatangannya yaitu tepatnya 13 Agustus 1613 Gresik telah dikuasai dan dibakar oleh Mataram Raya. Gedung-gedung diratakan dengan tanah, termasuk tembok-tembok Lodjie (sekarang jalan Basuki Rahmat) bahkan pelabuhan Jortan (Jaratan dekat pulau Mengare) juga rata dengan tanah.
Walah…walah…dadi kawasan Lodjie sing sak iki gedung-gedunge sik onok iku kemungkinan bangunan anyar sakwise diobong Mataram…nek dak salah ornament Nogo Giri sing nang ngarepe Lawang Agung iku rusake yo diedel-edel Mataram paling….Asem ancene…
Begitulah kata H.J. De Graaf (awas..ojok diwoco Haji De Graaf lho rek) menceritakan peristiwa yang terjadi di pusat kekuasaan Kompeni Belanda, yakni desa Bedilan Gresik dalam bukunya Puncak Kekuasaan Mataram.
Wis tibo nggeblak ketiban ondo
Wis diobong Krapyak, yo dijajah Londo
Apees..apes..
Tanaman Rojo Pandito
Wis eroh ta keno…nek deso Bedilan biyen sak durunge Londo teko…arane deso Wunut..
Ngene critane…
Sopo wong Gresik yang tidak kenal Raden Santri. Nek gak kenal yo..nemen rek.. bahkan sebagian sejarawan menyebutnya sebagai Sunan Gresik untuk menghormati Sayyid Ali Murtadlo kakak kandung Raden Rahmat Sunan Ampel ini. Beliau juga memiliki gelar rahasia dari Raja Majapahit untuk penguasa Islam dengan gelar Raja Pandito Wunut dan diberi jabatan sebagai Syahbandar Pelabuhan Gresik 1419 M menggantikan Syekh Maulana Malik Ibrahim yang telah wafat.
Eson tidak akan menceritakan kisah hidup Raden Santri yang wafat pada 1317 S/1449 M itu karena sudah banyak yang tahu ceritanya, bahkan wis nglonthok pol.., tapi eson akan menelisik mengapa desa Bedilan pada jaman Raden Santri dahulu bernama Wunut.
Berdasarkan penelusuran pustaka, ternyata Wunut adalah nama sebuah pohon yang dalam bahasa Latin disebut Ficus subcordata, dalam bahasa Bali disebut Bunut Lengis dan orang Minang menyebutnya Sipadi. Yang menarik bahwa pohon ini memiliki fungsi yang luar biasa bagi kelangsungan pelestarian lingkungan. Misalnya pohon ini mudah tumbuh di daerah kering dan berbukit-bukit (pas wis ambek Gresik), daun dan buah pohon Wunut (Ficus subcordata) dimanfaatkan sebagai pakan hewan-hewan ternak ruminansia. Kayu dan rantingnya digunakan sebagai kayu bakar. Selain itu pohonnya berfungsi sebagai peneduh, pereklamasi lahan-lahan gundul atau kritis, serta pelindung tanah-tanah miring dari bahaya erosi.
Menurut Bapak Sya’roni juru kunci makam Raden Santri, bahwa di sekitar makam dulu pernah tumbuh pohon besar yang rindang dan dekat dengan sumur yang airnya sampai sekarang tetap mengalir lancar dan sering kali para peziarah meminum air itu untuk mendapatkan berkah. Bisa jadi terjaganya sumber air itu karena adanya pohon Wunut di situ.
Jika kita menyeberang jalan dari makam Raden Santri menuju arah barat, ada kampung yang menghubungkan kita dengan petilasan pesantren Raden Santri yang kini tinggal bangunan langgar/musholla saja. Konon di situ dulu ada telaga yang sayangnya kini telah tergusur oleh perluasan langgar. Nah.. di samping telaga itu dulu juga tumbuh pohon besar yang diperkirakan adalah pohon Wunut. Apalagi kondisi tanah di situ berbukit dan miring ke bawah menuju bibir sungai yang kini hanya sekedar saluran air sempit dan kotor. Ini sangat cocok dengan karakter tumbuhnya pohon Wunut di situ.
Yok opo rek…sik dak percoyo ae ta ambek eson. Nek sik dak percoyo, cobak terusno olehmu moco…
Di kota Batu ada sebuah desa dengan nama Wunucari yang konon menurut warga setempat desa itu dulu ditumbuhi pohoh besar yang disebut Wunut sehingga tumbuhnya pohon itu menjadi tetenger atau nama desanya. Demikian pula di Kecamatan Porong Sidoarjo juga bisa ditemui sebuah desa bernama Wunut. Semua wilayah yang memiliki nama Wunut itu, karakter tanahnya hampir mirip dengan yang ada di Bedilan Gresik.
Kalau memang penelusuran ini benar, maka betapa cerdik dan bijaksananya Raden Santri menanam pohon Wunut. Sehingga wilayah Gresik yang panas dan tandus masih bisa mendapatkan sumber air. Bahkan saat ini di Vietnam (negara yang dekat dengan Champa, negeri asal-usul Raden Santri) tetap membudidayakan pohon wunut agar lingkungan di sana yang panas dan tandus ini menjadi tertolong karena tumbuhnya pohon Wunut.
Mergo gara-gara Kompeni Walondo nggawe pabrik bedil nang deso Wunut, akhire aran deso sing penuh filosofi bijaksana iku dadi aran Bedilan sing terkesan medheni lan sangar…
Tapi dak popo sing penting lak menungsone….tetep ngugemi ajarane Kanjeng Sayyid Ali Murtadlo alias Raden Santri alias Sunan Gresik ….Lak ngono cak yoo..? ( KRIS ADJI AW)
Gambar Pohon Wunut (Ficus Subcordata) :




Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

