Hazel sudah mulai gelisah menunggu Dareen yang sudah terlalu lama hanya untuk membeli sebungkus pembalut.

Apalagi saat ini, Dareen tidak membawa ponselnya. Membuat Hazel tidak bisa menanyakan keberadaan kekasihnya itu.

“Astaga... Ini sudah lebih tiga puluh menit...!" ujar Hazel khawatir melihat ke arah layar ponselnya.

Hazel berdiri dengan tenang di satu tempat. Tapi hatinya begitu gelisah.

“Dia tidak kenapa-napa kan..?" gumam Hazel menggigit ujung ibu jarinya.

Biipp biipp biippp

Ceklek

Mendengar suara pintu dibuka. Hazel langsung berlari ke arah pintu. Karena Dareen belum juga masuk.

"Daree...-"

"Haii.. sayang...!" seru Dareen dengan kesusahan membawa masuk empat kantong paper bag besar di tangannya.

Hazel membantu dengan membuka pintu dengan lebar.

“Kamu beli apa sayang sebanyak ini-??!" seru

Hazel yang belum melihat isi dari paper bag.

“Hhhaaahh..Hutfttt...!" tarik nafas Dareen setelah menaruh semua paper bag tersebut di atas sofa.

“Pembalut kamu sayang..." jawab Dareen santai dan tersenyum bangga.

"Pem...ba...lut...??! Maksud kamu semua ini isinya pembalut..???!!” shock Hazel yang mulai membuka satu persatu paper bag tersebut.

"Oh my...!! Dareen..!!!" gumam Hazel menatap ke arah Dareen yang masih tersenyum.

"Bagaimana sayang ..? Ada yang cocok untukmu..?!" tanya Dareen yang seperti menanyakan ukuran pakaian kepada Hazel.

"Ini terlalu banyak sayang ..Dan aku hanya perlu satu ini saja...!" jawab Hazel sambil memegang satu bungkus pembalut.

"Ahhh...Syukurliah...Ada yang pas untukmu.. aku hanya bingung dengan penjelasan karyawan di sana.. Semuanya punya kelebihan masing-masing. Seperti ada yang memakai sayap, ada yang bebas bocor, ada yang anti bakteri, ada yang dingin, ada yang ukurannya panjang, ada yang berbentuk celana, ada yang...” jelas Dareen panjang lebar seperti apa yang disampaikan karyawan wanita tadi.

"Hahah aha....hahhahaha...!" tawa Hazel meledak melihat Dareen.

"Eh..?" Dareen tersadar. "Hahahha..." dirinya pun ikut tertawa.

Hazel memeluk tubuh Dareen dari samping, "Thank you, love.." ucap Hazel dengan lembut.

"Youre welcome sayang..." balas Dareen dan mengecup kening Hazel.

Akhirnya, Hazel masuk ke dalam toilet dan memakai pembalut.

Sedangkan Dareen harus merapihkan semua pembakut yang dia beli ke dalam gudang. . "Hufttut..Akhirnya selesai juga..!!" seru Dareen

sambil melihat tumpukan pembungkus warna warni.

"Yahh.. Paling tidak cukup untuk...satu...dua..tiga..empat..lima..enam..tujuh...sepulu..dua puluh..setidaknya cukup untuk dua tahun lebih..." seru Dareen bangga.

"Sudah sayang..?" sela Hazel yang menyusul Dareen di ruang gudang.

"Yupss...!Ayo istirahat sayang..!" jawab Dareen dan menarik tangan Hazel masuk ke kamar.

*****

Keesokan paginya. Dareen sudah bersiap-siap untuk ke kantor.

"Sayang, mungkin aku akan ke antor Daniel untuk bicara mengenai pekerjaan..” ujar Hazel sambil memperbaiki dasi Dareen.

"Hari ini..? Kalau begitu biar aku antar..!" tukas Dareen.

Hazel melihat ke arah Dareen. "Hmm..iya.. Nanti aku kabari begitu ingin dijemput Ok..?? jawab Hazel sambil tersenyum.

"Of Course, love..!!" seru Dareen senang dan mengecup bibir Hazel.

“Bye sayang..!" seru Dareen ketika Hazel mengantarnya sampai di depan pintu.

"Bye sayang.." balas Hazel melambaikan tangannya.

Dareen pun melangkah. Namun, langsung memutar tubuhnya kembali.

"Ada apa sa--Umphhh.""

Dareen menarik pinggang Hazel dan menciumi dengan lembut bibir ranum Hazel yang begitu manis. Cukup lama mereka saling berciuman." love you..." bisik Dareen lembut melepaskan ciumannya.

Hazel tersenyum dan mengusap lembut pipi Dareen.”I love you too." balas Hazel dan Dareen hendak kembali melanjutkan ciuman mereka.

"Bye sayang...” sela Hazel sambil mendorong halus tubuh Dareen.

"Hehhehe.. bye Sayang.." balas Dareen

cengengesan.

Di dalam mobil, Dareen menghubungi seseorang. Terlibat percakapan cukup serius.

"Hmm..Kamu cukup atur semuanya... Untuk waktu pastinya, belum ada. Jadi, bersikaplah seperti biasa..!" seru Dareen yang langsung memutuskan sambungan telponnya.

Kurang lebih dua puluh lima menit. Akhirnya Dareen tiba di kantor. Dan langsung menuju ruangannya.

"Pagi Pak." sapa Cindy sopan.

"Pagi Cindy..!" balas Dareen.

"Oh iya, berikan semua jadwal saya yang tertunda. Dan jangan terima sisanya. Serahkan semuanya kepada Ethan" titah

Cindy.

"I-iya..? Ba-baik Pak." jawab Cindy sedikit kebingungan. Perasaan semalam dia sudah mengirimkan jadwal Bosnya itu dan jadwal CEO yang dia minta dari Joy.

Tapi tidak mungkin dia mengajukan protes kepada Bosnya itu.

Setelah itu. Dareen masuk ke dalam ruangannya. Dan mengirimkan Hazel sebuah pesan.

'Aku sudah tiba sayang.!' (Dareen)

Tidak sampai sepuluh detik. Notif ponsel Dareen berbunyi.

'Iya sayang, selamat bekerja.'(Hazel)

****

Lain pula dengan ruangan Ethan, dari pagi Ethan datang disibukkan dengan berbagai pertemuan dan pengiriman barang yang dia turun langsung ke lapangan.

Apalagi pada saat tadi pagi. Dirinya menerima surat pengunduran diri dari Asistentnya Nick. Tanpa alasan yang jelas. Padahal, Nick seharusnya membayar denda pinalti apabila berhenti sepihak.

Namun saat ini kepalanya terlalu pusing untuk menangani semuanya.

Dan sekarang dirinya tengah beristirahat dan melonggarkan dasi dan kancing kemeja yang dia pakai di kursi kebesarannya sebagai CEO.

"Akhhh..Ini sungguh melelahkar?Dan Giselle juga sampai saat ini tidak memberiku kabar. sejak kejadian malam itu..!! Hazel juga tidak lagi menghubungiku..!!" gumam Ethan.

Ethan mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Giselle.

Tuut..tuut ..tuutt..

Namun, Giselle tidak kunjung menerima panggilan telponnya.

Tok tok tok

"Pak.. sudah waktunya makan siang..?" seru Joy dari balik pintu.

"Hmm.. Iya Joy, tolong atur makan siang ku di sini.." balas Ethan.

"Baik Pak.." jawab Joy santai tanpa masuk ke dalam ruangan Ethan.

"Dia kenapa..?" gumam Ethan bingung melihat sikap Joy yang begitu cuek kepadanya sejak pagi.

Padahal, Joy selama ini selalu begitu manja dan terus mencari perhatiannya.

"Astagaa..!! Apa karena kejadian kemarin..??! Aku sampai lupa saat itu ada Joy..!!" seru Ethan tidak mengingat kejadian kemarin. Sampai ia tidak sadar ketika Joy meninggalkan ruangannya.

Sepuluh menit berlalu. Joy kembali ke

ruangan Ethan.

"Permisi Pak.."sapa Joy dengan panggilan yang begitu formal.

Joy masuk dengan sebuah nampan berisi makan siang milik Ethan. Dan berdiri tepat

disisi Ethan.

"Silahkan Pak.." ucap Joy tanpa menoleh ke arah Ethan dan menaruh nampan tersebut di atas meja Ethan.

"Kalau begitu saya permi--Aakk..!" ujar Joy yang terputus karena Ethan menarik tangannya untuk duduk di atas pangkuannya.

"Pak...?" kaget Joy.

"Apa sekarang kau mulai bisa marah padaku..? Hmm..?" bisik Ethan tepat di telinga Joy.

"Euhmm Pak...” gumam Joy merasakan geli-geli nikmat di sekujur tubuhnya.

“Jangan cueki aku seperti ini..Hmm..!" bisik Ethan lembut. Dan hanya di angguki Joy

Pertahanan Joy terlalu lemah di depan Ethan yang begitu sempurna baginya.

"Maafkan aku Ethan.."jawab Joy manja.

"Iyaa..Mau suapi aku..?" ujar Ethan dan diangguki oleh Joy.

Akhirnya Joy menyuapi Ethan di atas pangkuan Ethan. Terlihat begitu mesra.

Tok tok tok

Ethan dan Joy terkejut dengan suara ketukan pintu. Belum sempat Joy berdiri.

Ceklek

“Hazel.?" seru Ethan panik melihat istrinya berada di depan pintu dengan begitu cantik.

81.surprise[free]