Aku dan wanita itu buru-buru masuk ke dalam rumah. Si lelaki tua yang aku tahu itu adalah bapaknya, kemudian menutup pintu rapat-rapat. Aku kemudian di bawa masuk ke dalam kamar. Sebuah kamar yang tak begitu luas itu menebarkan aroma khas kayu lawas, yang membuatku betah untuk berlama-lama di sini. Apalagi ada sosok wanita yang manis itu. “Saya Mbah Mojo dan ini anakku, Kinasih. Apa yang terjadi? Kenapa kamu sampai di kejar sama pocong-pocong itu, Nak?” Oh jadi nama anaknya Kinasih. Setahuku Kinasih itu kalau dalam bahasa jawa berarti yang terkasih. Pantas saja, baru sekali melihatnya saja aku sudah menyukainya. “Saya Bagas, Mbah. Saya juga tidak tahu kenapa sampai di ikuti sosok-sosok itu. Tapi awalnya, kami berempat sedang dalam perjalanan dinas, kemudian kami semua tersesat dan terpisah.” Mbah Mojo menggelengkan kepala, “Apa kesalahan kalian kok sampai begini?” ********