Mantan Lima Langkah - 4

10
0
Deskripsi

Tidak ada aktivitas terbaru dari Instagram Ravindra. Postingan terakhir sudah satu bulan yang lalu. Evelyn juga tidak menemukan foto selfie terbaru yang ditujukan untuk sekedar pamer ketampanan, yang ada hanya gambar lukisan.

Istirahat sejenak, Evelyn menghela napas panjang. Makanan di dalam kotak bekalnya sudah tak bersisa, tapi Evelyn masih enggan beranjak dari tempatnya. Sejak semalam, hatinya masih diliputi perasaan galau.

Apa iya, Ravindra telah menemukan tambatan hati baru? Lalu bagaimana dengan...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Mantan Lima Langkah - 5
9
3
Ravindra tidak pernah membayangkan, akan jatuh hati sedalam ini.Perempuan, adalah hal yang tidak pernah dianggapnya serius. Ia begitu menyayangi dan mencintai dirinya sendiri, sehingga pernah bersumpah hanya ingin menjalani hidup seperti yang diimpikan.Ia ingin tinggal di Ubud dan sesekali menjelajahi daerah lain di Bali demi menangkap kebebasan sebanyak mungkin, kemudian menuangkannya ke atas kanvas.Ia menikmati melukis bertelanjang dada di pagi hari, sambil menyesap rokok dan ditemani segelas kopi yang berangsur dingin. Ravindra, sebenarnya hanya ingin hidup seperti itu sampai tua. Namun, gadis berwajah polos bernama Evelyn itu sanggup membuat hatinya gelisah sejak pertama kali bertemu.Tak sengaja berjumpa saat sedang sama-sama membuang sampah di depan rumah, nyatanya Evelyn saat itu mampu menimbulkan getar aneh di hatinya. Ravindra masih ingat, waktu itu Evelyn mengenakan kaos kebesaran dan juga celana pendek sebatas lutut. Rambut hanya diikat asal dan tampak sedikit berantakan.Baru nempatin? sapanya saat itu, hanya untuk sekadar berbasa-basi pada tetangga baru. Pasca enam bulan menempati rumah di kompleks, Ravindra merasa luar biasa lega akhirnya ia mempunyai tetangga. Mau bagaimana lagi, hanya ia satu-satunya penghuni di blok ini.Iya, jawab Evelyn ramah. Kakak udah lama di sini? Baru enam bulan...Saya Evelyn. Panggil aja Eve. Gadis itu menangkupkan kedua tangannya.Saya Ravindra, jawab Ravindra sambil memperhatikan rona merah di kedua pipi Evelyn. Tidak, ia yakin rona itu bukan disebabkan karena wajahnya yang kelewat tampan, melainkan matahari memang sedang terik-teriknya.Wajah kecil dengan kelopak mata yang lebar itu mampu menarik perhatiannya dengan cepat. Kedua alis yang menaungi mata besar itu tertata dengan rapi. Tidak terlalu tebal, juga tidak tipis. Tatapannya beralih pada dagu runcing Evelyn yang membuat Ravindra mendadak ingin menyapu sudut lancip itu dengan kuas. Panggil aja Vin, ucapnya kemudian sambil mengamati bibir Evelyn yang masih membentuk senyuman.Merah muda, warna ranum bibir Evelyn yang saat itu tertangkap matanya dengan begitu sempurna.Ravindra, telah berkali-kali memenjara keindahan gadis mana pun dalam bingkai kanvasnya. Namun belum ada satu pun di antara mereka, yang mampu membuat jantungnya berdetak lebih kencang hanya dengan memakai pakaian rumahan dan tanpa polesan make up.Setelah proses basa-basi yang cukup singkat, Evelyn menghilang di balik pagar besi yang menjulang tinggi. Ravindra ingat betul, hari itu juga ia menghubungi jasa pembuatan pagar demi membatalkan pagar pesanan, yang baru saja dipesan sehari sebelumnya.Di blok ini hanya ada mereka berdua, sisanya rumah yang masih dalam tahap pembangunan dan tanah kavling kosong. Ravindra ingin suatu hari nanti Evelyn datang dan mengetuk pintu rumahnya. Ia ingin mengurangi pembatas di antara mereka dengan membiarkan gadis itu bebas menginjakkan kaki di halaman rumahnya, kapan saja.Keinginannya terwujud. Evelyn, hampir selalu datang dan pintu rumahnya terbuka dua puluh empat jam untuk gadis itu. Evelyn menjelma menjadi satu-satunya perempuan yang ia lukis. Ravindra tidak bisa menahannya. Ia membiarkan Evelyn masuk dan menguasai hatinya dengan bebas.Mantan kamu ada berapa? Evelyn bertanya suatu hari, saat ia sedang menempelkan sebelah sisi wajah di permukaan perut yang kian membesar. Lucunya, pertanyaan itu dilontarkan setelah usia kehamilan Evelyn memasuki bulan ke-empat.Kenapa tiba-tiba nanya gitu? Ravindra tersenyum geli, kemudian mengecup lembut permukaan perut Evelyn.Hmmm... penasaran aja. Senyuman Evelyn mengembang. Sebenernya udah lama aku pingin nanya ini. Tapi aku takut kamu nanti nanya balik berapa mantan aku... Emang berapa mantan kamu? Ravindra malah bertanya dan membuat Evelyn cemberut lucu.Tuh kan kamu nanya.... Aku bakal jawab berapa mantan aku, kalau kamu jawab dulu berapa mantan kamu. Ravindra mengulum senyum.Mmm... oke. Mantan aku ada... tapi janji jangan ketawa ya!Senyuman Ravindra terurai lebar.Tuh kan, ketawa!Nggak, nggak ketawa.... Ravindra buru-buru menyesap pipi bagian dalam.Vin!!! Muka kamu jeleeek.... Evelyn tak dapat menahan tawanya.Bohong! Kamu pasti sering muji-muji kalau muka aku itu ganteng. Ravindra tersenyum angkuh. Buruan berapa mantan kamu? desak Ravindra yang sudah terlanjur penasaran.Mmm... satu, jawab Evelyn malu-malu sambil mengangkat jari telunjuknya.Satu doang? Ravindra menatap tak percaya.Evelyn mengangguk dengan wajah memelas.Kasihan. Nggak laku ya?Ihhh!!! Sebelah tangan Evelyn gemas mencubit lengannya, kemudian bibir ranum itu mengerucut lucu. Sungguh saat sedang hamil muda Evelyn semakin menggemaskan saja. Jika tidak ingat apa kata dokter, mungkin Ravindra sudah menyeret Evelyn ke dalam kamar dan melakukan sesuatu yang sedikit brutal. Namun ia selalu teringat apa kata dokter, Pelan-pelan ya Pak, istrinya lagi hamil muda. Jangan digoyang keras-keras.Sekarang jawab, berapa mantan kamu! Tatapan tajam Evelyn serasa ingin membunuhnya.Mmm... Ravindra memutar kedua bola matanya. Berusaha mengingat-ingat. Ah sulit. Bahkan ia lupa, kapan terakhir kali pacaran.Lama! Evelyn menatap galak.I stop counting from..... Ravindra mengacungkan ke sepuluh jarinya dengan cengiran di wajah.Sepuluh? Kedua mata Evelyn membulat.Mmm... sebelas, dua belas... lima belas... Eh... Vin!Aku lupa he he he.... Ravindra tersenyum kikuk memamerkan seluruh giginya.Mau bagaimana lagi, sama sekali tidak ada yang serius. Bahkan tahun-tahun belakangan, ia mulai tidak tertarik pada komitmen sebelum akhirnya bertemu dengan Evelyn.Nak, jangan kayak bapakmu ya... Evelyn memasang tampang sedih yang dibuat-buat sembari mengusap perutnya.Kenapa cuma satu? Apa dia segitu spesialnya? Jangan-jangan cinta pertama kamu, goda Ravindra kemudian.Evelyn tersenyum kecil. Dia memang spesial. Kita putus baik-baik begitu lulus SMA, dan sejak itu aku nggak tertarik sama siapa pun sampai akhirnya ketemu kamu. Thanks to him. Dia jaga kamu dengan baik. Nggak kayak aku.... Senyuman nakal Ravindra mengembang.Hm iya. Dia alim. Nggak kayak kamu yang langsung sosor terus, ledek Evelyn dengan senyumannya yang centil menggoda. ..... terus lanjut di kamar, Sayang, sambung Ravindra kemudian mengangkat tubuh Evelyn dari sofa.Vin, mau ngapain?? Evelyn menatap panik.Susu kamu tambah montok.... mau mikcu, jawab Ravindra tanpa perasaan bersalah, padahal kemarin malam sudah dapat jatah.Vin! Dasar maniak!!! Diiringi tatapan protes, Evelyn memukul pelan bahunya. Namun, Ravindra saat itu tidak peduli.Rasanya Ravindra rindu masa-masa itu. Rindu Evelyn tidur di sampingnya. Rindu menyelami seluruh jiwa raga wanitanya di malam-malam sunyi.Setelah Evelyn hamil, mereka menikah dan menggelar syukuran secara sederhana yang hanya dihadiri oleh keluarga dekat. Ia pindah ke rumah Evelyn, sementara rumahnya sendiri beralih fungsi menjadi art studio kecil- kecilan, yang sebagian besar berisi lukisan-lukisannya.Awal-awal menikah, segalanya masih terasa begitu indah hingga mereka tiba pada hari kelahiran Ivy.  Pada hari itu, Ravindra juga terlahir menjadi seorang ayah. Peran baru dengan tanggung jawab yang demikian besar. Seiring bertambah hari, cinta Evelyn terkikis oleh peran baru mereka sebagai orang tua. Cinta mereka menjadi kian hambar. Perselisihan kerap terjadi yang sumber masalahnya itu-itu saja.Apalagi kalau bukan soal uang.Ravindra tidak menyesali kehadiran Ivy. Sama sekali tidak. Namun tidak dipungkiri, kehadiran Ivy justru membuat perasaan Evelyn semakin jauh darinya. Ia bukan lagi prioritas Evelyn dan Ravindra bisa menerima itu.Ia tidak bisa cemburu pada putri kecilnya. Ivy, bagaimanapun juga adalah alasannya bertahan dari serangan demi serangan yang kerap dilakukan oleh Evelyn. Ravindra ingin Ivy tetap merasakan kasih sayang utuh darinya. Ia tidak ingin Ivy kehilangan peran ayah. Ia ingin selalu dekat dengan putri kecilnya meskipun hati dan telinga seringkali tidak tahan terhadap perkataan Evelyn. Namun sayangnya, Evelyn menyerah. Perempuan itu memilih berpisah. I'm sorry. I cant love you anymore, ucap Evelyn saat mengungkapkan keinginannya untuk bercerai.Ia tidak bisa menahan keputusan Evelyn. Kedua orang tua mereka bahkan saling bertemu untuk membantu proses mediasi. Namun sepertinya ia sudah menjadi laki-laki yang gagal di mata Evelyn, hingga wanita itu membulatkan tekad untuk tetap bercerai. Dan kini setelah mereka resmi bercerai, Evelyn masih merasa berhak mengatur-atur dirinya?Itu urusan aku! Karena perempuan itu bakal jadi mama tirinya Ivy! Semalam wanita itu berucap dengan nada tinggi. Napas memburu, dada naik turun, ditambah sebelah tangan tangguh tak bergeming setelah menggebrak meja.Kamu cemburu? tanya Ravindra dengan senyuman samar.Nggak!!! Evelyn buru-buru merubah mimik wajahnya menjadi lebih kalem. Aku cuma khawatir sama Ivy. Khawatir bapaknya bawa pulang lonte.... Evelyn menatap sinis kedua matanya.Eve... kan kamu tahu aku nggak punya duit? Kamu pikir lonte mau dipake gratisan cuma karena aku ganteng? Kan cuma kamu yang terpesona sama kegantengan aku yang nggak menghasilkan duit ini.... Ravindra tersenyum kering saat melihat bibir Evelyn terbuka namun tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut perempuan itu.Maksud aku, bukan lonte dalam arti sesungguhnya. Maksud aku cewek gatel yang kesengsem sama kamu, terus nyamperin kamu gitu! Yang ngintilin terus, nggak guna pokoknya! Aku nggak mau ya, kamu pacaran di depan Ivy!Kamu ngomongin masa lalu kamu? Ravindra tersenyum mengejek.Eh enak aja! Aku nggak gatel! Kedua mata Evelyn melebar pertanda protes.Alah bilang aja itu kamu! Kamu tuh bisa ngatain orang lain yang kamu nggak tahu wujudnya, karena berkaca dari pengalaman kamu sendiri kan? Kamu dulu sering buang sampah pake hotpants demi pamer paha sama aku kan? Biar aku kena jebakan kamu gitu... ngaku aja dulu kamu suka kan liat aku? Senyuman Ravindra makin mengembang saat melihat wajah tidak terima Evelyn.Hiih!! Ngapain!! Justru aku tahu selera kamu itu ya cewek-cewek yang gampang masuk ke rumah kamu!Ya kayak kamu kan? Dulu gampang masuk rumah aku.... ........ ........ gampang buka baju juga.......... Padahal kamu ngaku polos, tapi kamu buka-buka sendiri baju kamu!VIN!!!! Kamu duluan ya yang buka baju aku!Terus kenapa nggak nolak?.........Hahahahahaha.... Tawa Ravindra berderai saat melihat ekspresi serba salah Evelyn.Aku serius! Awas kalau kamu pacaran di depan Ivy! Kalo udah punya pacar, nggak usah minta sampo sama parfumku lagi! Nggak usah numpang cuci baju di rumahku! Nggak usah... Ravindra tersenyum geli saat mengingat bagaimana saat itu membungkam mulut Evelyn dengan bibirnya. Ia segera bangkit dari kursi dan mencuri kecup singkat dari bibir penuh wanita itu.Siap! ucapnya sambil menatap lekat wajah Evelyn yang bersemu merah.Wanita itu masih mencintainya. Ravindra tahu itu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan