
Dia juga tinggal di sini? Rasanya Alicia tidak ingin percaya. Saat ini, di minimarket yang biasa ia datangi, ia bertemu dengan Ricky Caraka secara kebetulan. Alicia yakin bahkan rasanya juga sulit menilai ini adalah kebetulan belaka mengingat Ricky adalah ayah dari janin yang kini ada di dalam kandungannya.
Tentu saja Alicia terkejut. Ricky, juga tampak terkejut sama sepertinya.
"Bu Alicia kok ada di sini?" tanya Ricky sambil mengembalikan kotak susu di tangannya kepada Alicia.
"I.... iya saya tinggal di sini. Kebetulan ini mau belanja buat kado temen yang lagi hamil...." Alicia tidak sempat menyesali informasi yang terlanjur ia berikan kepada Ricky. Sial. Kenapa harus mengatakan kalau ia tinggal di sini segala? Alicia menyesali lidahnya yang terlalu licin akibat debaran tidak jelas yang tiba-tiba muncul di dadanya. Dengan segera, Alicia mengembalikan kemasan susu di tangannya.
Ricky hanya melirik sekilas kemasan susu yang telah kembali berada di dalam rak, kemudian segera mengembalikan atensi kepada Alicia. Wanita itu tampak masih mengenakan pakaian formal meski dipadu dengan jaket dan sandal rumahan. Entah kenapa, saat penampilan Alicia seperti ini, Ricky melihat Alicia tidak jauh berbeda dari mbak-mbak kantoran pada umumnya yang lebih mudah digapai.
He, digapai sama siapa? Ricky diam-diam menertawakan dirinya sendiri. Ricky sadar, Alicia jauh dari jangkauannya.
"Oh, Bu Alicia tinggal di apartemen sini?" Ricky berlagak memastikan meski ucapan Alicia sudah jelas di telinganya. "Sama dong! Saya juga tinggal di apartemen sini!" Senyuman Ricky mengembang cerah. Kedua matanya berbinar menatap Alicia yang tampak hanya bengong saja. "Menara satu atau menara dua Bu?" tanya Ricky dengan tampang antusias.
Dia juga tinggal di sini? Rasanya Alicia tidak ingin percaya. Saat ini, di minimarket yang biasa ia datangi, ia bertemu dengan Ricky Caraka secara kebetulan. Alicia yakin bahkan rasanya juga sulit menilai ini adalah kebetulan belaka mengingat Ricky adalah ayah dari janin yang kini ada di dalam kandungannya.
Dia ayah janin ini. Alicia tenggelam menatap lekat wajah Ricky. Aneh tapi nyata, perlahan debaran di dadanya berkurang, berganti dengan perasaan tak menentu yang sangat sulit ia terjemahkan. Perasaan apa ini? Mona tidak ingin keliru mengartikan perasaannya. Apa karena tempat tinggal mereka berdekatan, sehingga ia merasa tidak sendirian? Entahlah. Alicia sendiri bingung membaca situasi hatinya yang kelewat rumit.
"Bu Al?" Kedua mata Ricky melebar saat menunggu jawabannya.
"Oh saya di menara satu." Bagai tersadar Alicia segera menjawab. "Kalau Mas Ricky?"
"Saya menara dua." Ricky tersenyum tipis.
Sial. Gigolo ini tinggal di menara dua yang terkenal mahal-mahal itu? Alicia menatap tak percaya. Tetapi detik berikutnya ia segera teringat tentu saja Lusy yang membiayai kehidupan mewah Ricky. Yeah, tentu saja. Alicia berakhir manggut-manggut dengan senyuman yang terbaca janggal oleh Ricky.
"Nggak jadi beli susu buat kado?" Ricky melirik ke arah rak.
Alicia menangkap wajah berseri-seri Ricky dan kenangan akan perkenalan mereka di bar kembali muncul dalam ingatannya. Wajah Ricky saat itu persis seperti saat ini. Berseri-seri dan sering tersenyum. Pesona manis yang membuatnya melakukan kesalahan dalam waktu semalam dan berakibat panjang. Wajah ramah Ricky saat ini, sangat jauh berbeda dibanding saat mereka bertemu terakhir kalinya di kantor. Saat berada di kantornya, Ricky terlihat angkuh, irit senyum dan hati-hati dalam bersikap. Apa mungkin karena ada Lusy? Bisa saja.
"Mmm... masih bingung pilih yang mana." Alicia mengembalikan tatapannya pada deretan susu ibu hamil di dalam rak.
"Hmm temennya hamil berapa bulan?" Ricky bahkan tidak tahu kenapa ia menanyakan hal ini. Ia hanya ingin menyambung obrolan saja dan berlama-lama dengan Alicia.
"Enam minggu." Alicia menatap lurus kedua mata Ricky, seolah sedang memberitahukan mengenai kehamilannya.
"Berarti baru aja ya...." Ricky melirik sejenak ke arah rak sebelum mengembalikan tatapannya pada Alicia.
Alicia hanya membeku saat kedua mata Ricky kembali menemukan tatapannya.
"Ya, ya udah. Silahkan dilanjut." Ricky membungkuk sedikit dan mendapatkan anggukan singkat yang diiringi senyuman Alicia sebagai balasan.
Ricky segera berbalik dan menuju mesin pendingin untuk mengambil minuman. Sementara Alicia kembali menatap susu ibu hamil di dalam rak.
***
Pintu minimarket dibuka dan Ricky melihat Alicia keluar sambil menenteng kresek belanjaannya. Ricky kembali menyembunyikan dirinya di balik pilar teras minimarket. Ia melongok sedikit dan melihat Alicia berjalan menjauh menuju gedung apartemen sebelah.
Ricky menghembuskan santai asap rokoknya. Perlahan ia mengikuti langkah Alica dari kejauhan. Tangan kiri menenteng kresek belanjaannya sendiri sementara jemari tangan kanan setia menjepit rokok. Dari jarak tempatnya berjalan, ia melihat Alicia melintasi taman. Ricky juga heran kenapa saat ini ia harus bersikap seperti penguntit? Tetapi Ricky sesungguhnya hanya ingin memastikan dengan kedua matanya sendiri, bahwa Alicia benar-benar tinggal di menara sebelah. Ricky tahu itu adalah alasan yang tidak masuk akal. Untuk apa Alicia harus berbohong padanya? Ricky segera menyadari, ia hanya masih ingin melihat Alicia.
Tidak diduga, tiba-tiba tas kresek belanjaan Alicia putus, sehingga kantung kresek itu terjatuh dari tangan Alicia.
Ricky reflek menghentikan langkahnya. Ia melihat Alicia kepayahan membawa tas kresek yang tampak penuh.
Ahhh. Ricky tidak sempat menyesali keadaan. Rasanya tidak tega membiarkan Alicia sendirian dan kebingungan menghadapi situasi seperti ini. Jadi mau tidak mau, Ricky memutuskan segera muncul dan mendekati Alicia. Dengan cepat Ricky mematikan puntung rokoknya dan membuangnya ke tong sampah.
"Bu Al!" Ricky segera menghampiri Alicia.
Alicia yang sedang membungkuk otomatis mendongak ketika mendengar suara yang tidak asing. Mendadak, hatinya berangsur lega saat melihat Ricky.
"Mas... Ricky?" Alicia menatap heran sementara Ricky segera mengambil alih kresek Alicia di atas paving.
"Saya kebetulan lagi ngerokok di deket sini. Ini putus.... mau pakai tas kresek saya aja?" Ricky segera menawarkan tas kreseknya yang memuat dua botol cola 1500 ml dan beberapa kotak rokok.
"Terus Mas Ricky bawa belanjaannya gimana?" tanya Alicia dengan wajah segan.
"Gampang." Ricky segera menepi ke area rerumputan dan berjongkok. Kemudian dengan cekatan ia mengeluarkan barang belanjaannya dan menggantinya dengan barang-barang belanjaan Alicia yang berupa dua botol sirop, buah potong, beberapa makanan ringan, dan es-krim. Ricky juga melihat satu kemasan susu ibu hamil dan memutuskan tidak berkomentar mengenai hal itu.
Sementara Alicia menjadi serba salah sendiri saat melihat belanjaan Ricky yang berserakan di atas rerumputan. Memang tidak sebanyak barang belanjaannya tetapi Ricky pasti kerepotan membawa barang-barang belanjaannya ke menara dua dengan kantung belanjanya yang rusak. Tidak ada cara lain. Ricky sudah berbaik hati menolongnya di saat seperti ini. Alicia memutuskan tidak ingin menjadi egois.
"Gini aja, biar botol cola-nya saya bawa. Masukin aja belanjaan Mas Ricky ke dalam kantung kresek. Jadiin satu aja. Kalau Mas Ricky nggak keberatan, mau anter saya ke unit apartemen saya? Nanti sampai di sana, langsung saya keluarin semua belanjaan saya. Jadi Mas Ricky tetep bisa pakai kreseknya."
Ricky tentu saja luar biasa tercengang saat mendengar tawaran Alicia barusan. Selain praktis, ia jadi punya kesempatan untuk mampir ke unit apartemen wanita cantik itu.
"Oke Bu." Tanpa berpikir panjang Ricky langsung menyanggupi. "Bu Al bawa satu aja," Ricky hanya memberikan satu botol cola-nya. Dengan cekatan ia memasukkan satu botol cola lainnya dan beberapa kotak rokoknya ke dalam kantung kresek. Ia juga turut memasukkan kantung kresek Alicia yang sudah rusak agar tidak meninggalkan sampah di taman yang bersih ini.
Alicia membawa cola milik Ricky dengan kedua tangan. Sementara Ricky membawa kantung belanja. Mereka berjalan beriringan menuju menara satu. Rasanya sedikit canggung saat tidak ada sepatah kata pun yang terucap. Alicia diam-diam melirik Ricky. Saat sedang tidak mengenakan heels seperti saat ini, kepalanya hanya sedikit melewati bahu pemuda itu. Alicia kembali teringat di malam ketika mereka berjalan berdampingan sambil bergandengan tangan saat menyeberang menuju hotel esek-esek. Tiba-tiba kembali teringat, adegan saat Ricky buka baju.
Hell no! Alicia kembali mengenyahkan bayangan akan perut kencang Ricky. Bahkan saat itu kulit langsat Ricky terlihat sangat seksi di bawah temaram lampu kekuningan. Belum wajah tipsy dengan rambut gondrong berantakannya. Hah shit! Alicia segera mengutuk memori mesumnya. Dasar cabul! Udah hamil di luar nikah, masih sempet-sempetnya keinget.... tapi malem itu dia emang hot banget sih.
"Bu Al udah lama tinggal di sini?"
Pertanyaan Ricky membuyarkan memori Alicia akan cinta satu malam di hotel esek-esek dengan cahaya temaram.
"A... e....baru dua tahunan, jawab Alicia. Mendadak ia ingin tahu hal serupa. "Kalau Mas Ricky?"
"Sekitar enam bulanan."
Alicia kembali mengingat-ingat. Sepertinya ia sudah mendengar kabar mengenai Lusy yang tengah memelihara berondong baru, sejak beberapa bulan lalu dari Erlita. Kemungkinan, apartemen yang ditempati oleh Ricky saat ini merupakan fasilitas dari Lusy.
Mereka sampai di lobi apartemen menara satu dan segera menuju lift. Alicia menempelkan kartunya dan menekan lantai sebelas.
"Kalau saya di lantai lima belas," ucap Ricky yang segera mendapatkan tatapan kikuk Alicia.
"Oh." Hanya itu yang meluncur dari bibir Alicia. Apa pernyataan tadi merupakan undangan untuk mampir? Rasanya tidak mungkin pemuda ini berani.
Suasana kembali hening. Alicia tahu, interaksi mereka terbentuk demikian canggung. Sangat kontras dengan situasi ketika mereka untuk pertama kalinya berkenalan di bar. Alicia merasa lucu, tapi saat itu mereka adalah dua orang yang saling tertarik. Saat itu mereka saling berusaha menyambung topik obrolan demi membuat satu sama lain merasa nyaman.
"TING!" Lift berbunyi dan mereka sampai di lantai sebelas. Ricky berjalan mengikuti Alicia dan mereka sampai pada unit dengan nomor pintu 107.
Alicia membuka pintu dan segera mempersilahkan Ricky masuk.
"Silahkan." Alicia menahan daun pintu untuk Ricky.
Ricky segera melangkah masuk sambil mengamati suasana di dalam. Ia melihat Alicia menyiapkan sandal rumahan untuknya. Ricky segera melepas sandalnya dan menggantinya dengan sandal yang sudah disiapkan Alicia. Berikutnya ia membuntuti Alicia menuju ruangan berikutnya dan melihat suasana apartemen yang cukup nyaman.
"Belanjaannya taruh sini aja." Sebelah tangan Alicia menyentuh meja makannya sendiri.
Ricky segera menurut dan meletakkan kresek belanjaan di atas meja. Alicia mengambil alih dan mengeluarkan barang-barang belanjaannya dari dalam kresek. Ricky memilih mengamati suasana di apartemen Alicia dan mengedarkan tatapannya ke sekeliling. Ia melihat piring dengan irisan nanas di atas meja. Berikutnya ia melihat selembar kertas kecil yang membuat tatapannya terkunci.
Ricky tahu cetakan hitam-putih di atas meja itu apa. Ricky sangat yakin ia melihat hasil cetakan USG. Baru-baru ini sepupunya di Surabaya mengumumkan kehamilan dan mengirimkan foto yang mirip seperti cetakan di atas meja makan Alicia, ke grup chat keluarga besar mereka. Perlahan kedua mata Ricky melirik pada kemasan susu ibu hamil yang baru saja dikeluarkan Alicia dari dalam kantung kresek.
Tuhan. Ricky menggigiti pelan bibir bawahnya sendiri. Ia sungguh tidak ingin mempercayai pikirannya saat ini, tetapi memberi hadiah berupa susu ibu hamil pada seorang teman memang terdengar tidak lazim. Ia bahkan baru saja mendengar hal semacam itu di hari ini dan tidak sempat berpikir yang bukan-bukan karena merasa tidak tahu-menahu dengan urusan perempuan. Namun hasil cetakan USG di atas meja membuat hatinya seketika dilanda kecewa.
Ricky juga tidak mengerti, kenapa ia harus kecewa? Apa karena Alicia Syandana yang baru saja ia kagumi secara diam-diam, ternyata sedang hamil? Tunggu, mungkin saja Alicia sudah menikah karena Lusy tidak mengatakan apa-apa selain Alicia adalah privat bankir-nya. Ricky diam-diam melirik jemari Alicia dan mendapati cincin emas masing-masing satu buah di tangan kanan dan kiri. Ricky segera mengalihkan pandangannya pada dinding apartemen dan tidak menemukan foto pernikahan. Mendadak Ricky dilanda penasaran dan tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak bertanya.
"Bu Alicia sudah married?" tanya Ricky sambil mengamati reaksi Alicia yang tampak terkejut dengan pertanyaannya.
"Be... belum. Kenapa?" Alicia menatap heran. Kenapa tiba-tiba Ricky memberinya pertanyaan semacam ini?
Hati Ricky bagai mati separuh. Berarti Alicia hamil di luar nikah? Rasanya sungguh amat disayangkan. "Oh, itu Ricky kan kebetulan nge-band....."
"Iya udah tahu," tukas Alicia sambil menyungging senyuman tipis. "Mas Ricky biasa bawain jazz kan?Sering tampil dari kafe ke kafe?"
Dahi Ricky berkerut begitu saja. Setahunya, ia bahkan tidak pernah menceritakan soal ini kepada Alicia. "Kok Bu Al tahu?" tanyanya kemudian dengan tatap heran.
Bibir Alicia terbuka lebih lebar, saat ia menyadari kesalahannya. Kini ia benar-benar yakin Ricky benar-benar lupa mereka pernah bertemu sebelum dikenalkan oleh Lusy.
"Eeee... bu Lusy yang cerita," kilah Alicia dengan cepat. "Kan waktu bikin rekening deposito, harus buat rekening tabungan dulu? Nah kan saya harus buat CIF Mas Ricky? CIF itu semacam biodata gitu Mas. Waktu itu Mas Ricky juga nulis di form pembukaan rekening, kalau pekerjaannya anak band." Alicia menutup penjelasannya dengan senyuman tertahan.
"Oh..." Ricky mengerutkan dahi. Seingatnya, ia bahkan tidak mengisi form. Ia hanya tinggal tanda tangan saja. Entah apa yang tertulis di situ, ia juga tidak mengecek. Pokoknya asal terima beres saja. Ricky yakin mungkin Lusy yang mengisi form pembukaan rekeningnya.
"Kenapa?" tanya Alicia kemudian.
"Ya barangkali Bu Al ada rencana mau nikah dalam waktu deket, bisa pake band Ricky aja." Ricky segera melepas senyumannya yang paling manis. Ia hanya ingin memastikan mengenai calon suami Alicia atau ayah dari anak yang ada di dalam kandungan Alicia.
"Oooh. Iya makasih. Tapi kayaknya masih lama. Saya jomblo," jawab Alicia dengan mimik jenaka.
Senyuman Ricky perlahan memudar. Jomblo? Jomblo kok hamil? Berarti bukan hamil sama pacarnya? Ricky bertanya-tanya di dalam hati sambil menatap hampa wajah Alicia.
"Ok, makasih banyak ya Mas Ricky." Alicia menyungging senyuman.
"Sama-sama." Ricky segera mengangguk. "Kalau gitu saya pamit Bu Al." Ricky segera menenteng kantung belanjanya di atas meja.
"Oh iya, sebentar." Alicia segera mengeluarkan sekotak cokelat dari dalam kulkas. Masih tersegel, oleh-oleh dari salah satu nasabahnya yang baru saja kembali dari liburan panjang di Swiss. "Ini buat Mas Ricky." Alicia menyerahkan kotak cokelat di tangannya kepada Ricky.
"Oh, nggak usah Bu."
"Nggak pa-pa. Ini ucapan terima kasih saya. Tolong diterima." Alicia menatap wajah canggung Ricky.
"Oke Bu Al. Makasih banyak." Ricky menerima cokelat dari tangan Alicia kemudian memasukkannya ke dalam kantung belanja. "Ricky pulang." Ia berjalan menuju pintu. Alicia segera membukakan pintu dan memperhatikan Ricky yang sedang berganti sandal.
"Oh ya Bu Al, tolong jangan cerita soal ini ke tante Lusy ya?" pinta Ricky sebelum melewati pintu dan segera mendapatkan tatapan bingung Alicia. "Tante Lusy, cemburuan," lanjut Ricky kemudian dengan raut serba salah. Ia sungguh tidak ingin mengumbar kejelekan Lusy, akan tetapi ia hanya ingin menjauhkan Alicia dari perasaan cemburu wanita itu.
"Oh, aman Mas Ricky. Aman." Alicia segera mengangkat sebelah jempolnya.
"Makasih Bu Al. Saya balik sendiri aja," ucap Ricky basa-basi meski ia yakin Alicia tidak akan mau repot-repot mengantarnya turun. "Mari." Ricky membungkuk sopan sambil tersenyum sebelum melewati pintu yang telah terbuka.
Alicia membalas sikap Ricky dengan anggukan kepala dan senyuman di wajah. Ia mengamati sejenak punggung Ricky yang telah menjauh dan segera menutup pintu.
Alicia menghembuskan napas lega dan berjalan kembali menuju meja makannya. Alicia bagai membeku di tempatnya saat menyadari hasil cetakan USG-nya sedari tadi ada di atas meja, tepat di depan tempat Ricky berdiri tadi.
Kembali teringat pertanyaan Ricky barusan. "Bu Alicia sudah married?"
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
