
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu, dalam cerita ini saya menyertakan Allah agar supaya tulisan saya mampu dipahami dan tidak salah dalam setiap kata yang terketik. Cerita ini berguna untuk mengenalkan kepada pembaca sarana pengenalan kehidupan 1400-an yang berakatar timur tengah, melalui penjelasan yang mudah dipahami dengan kiat kiat yang mampu diserap oleh pembaca saya menulis ini seterusnya agar pembaca mampu berimajinasi dan mengantarkan pembaca melampaui batas alam sadar mereka Insyaallah.
Bermula saat terik yang berkobar diatas ubun-ubun manusia, ada seorang anak yang tegap berdiri diantara domba yang berkerumun. Dengan tegas ia menyibakkan lautan domba agar rapi berbaris dan memakan rerumputan liar dipinggir oase, panas yang menyambar menjadikan keringat mengucur diantara kedua alis pemuda tersebut.
Dengan mengerenyitkan dahi ia melihat dari kejauhan tersibak sebuah bayangan berbaris-baris yang kepala bayangan tersebut tiada terputus dan tak nampak ekornya. Semakin ia melihat semakin pula bayangan tersebut tiada habis-habisnya, lantas anak tersebut membasuh muka dengan air oase yang ada dihadapannya. Samar-samar ada sebuah bayangan yang mendekat padanya, terik yang terlalu membuat anak sedikitnya gusar dengan bayangan tersebut. Tiba-tiba!!! debu pasir mulai berhamburan kesana kemari membuat anak tersebut harus menutupkan mata, tak lengah seutas kain di lehernya digunakan untuk menutupi kedua matanya. Derap langkah bayangan tersebut semakin mendekat tak ayal ia langsung memegang tongkat yang semula untuk domba diacungkan kedepan untuk membela dirinya, semakin dekat langkah tersebut ia semakin siap dengan segala apapun yang terjadi.
Derap langkah tiba-tiba berhenti teriakan menggema diantara lembah Padang pasir
"Hei!!!! Anak muda!!!!"
Suara yang tegas tersebut dijawab dengan salam yang lembut
"Waalaikumsalam"
Kejadian itu terasa canggung orang yang semula tegas dan kasar tersebut mulai memelankan nadanya dan mengulangi perkataannya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, anak muda aku ingin bertanya perihal sesuatu kepadamu"
Dengan sopan anak itupun menjawabnya
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu perihal apa yang ingin engkau ketahui dari seorang penggembala??"
" Apakah didaerah lembah ini ada sumur yang dapat dipergunakan?"
"Sedari sepengetan saya sumur satu-satunya di lembah ini berada di balik bukit ini dan berada di antara kebun kurma"
"Baik, lalu adakah desa yang sekiranya letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi kebun kurma tersebut "
"Ada"
"Terimakasih atas informasi yang kau berikan anak muda, namun bolehkah aku tahu siapa namamu?"
"Nama saya Amir, Amir bin Judea"
"Terimakasih Amir!!! Assalamualaikum "
"Waalaikumsalam "
Sembari berlalu orang tersebut melemparkan sebuah kantong yang berbunyi sangat keras ketika menyentuh pasir.
"Gunakan dengan baik!! Gunakan untuk sesamamu dan bantulah orang lain"
Dengan tongkatnya ia mengambil kantong tersebut dan memasukannya kedalam saku, ternyata apa yang dilakukan Amir tak seperti menjaring angin. Matahari mulai menjingga dan Amir bergegas menggembalakan kembali domba-dombanya pulang, dengan lugas ia memerintah gembalanya agar rapi sembari melihat ke sebuah Padang terhampar kemah-kemah yang diterangi oleh cahaya api.
Amir melihat banyak orang berpakaian perang lengkap sedang bercengkrama satu dengan lainya, ia terus berjalan tanpa bergeming melihat hal tersebut. Terus ia berjalan hingga sampai di sebuah rumah yang terbuat dari tanah dan beratapkan jerami di sudutnya terdapat kandang domba yang terbuat dari kayu sederhana, lantas ia memasukkan domba-dombanya ke kandang dan mengunci mereka.
Amir segera membasuh kaki dengan air dalam kendi yang berada di lain sudut rumahnya, setelah masuk rumah Amir terduduk sembari memikirkan koin yang ia dapatkan hendak diapakan uang sebegitu banyaknya. Sembari bersantai diatas dipan Amir merasakan kantuk yang teramat sangat, sekuat apapun ia membuka mata rasa kantuk yang ia dapat. Tak lama berselang ia akhirnya tertidur.
Dalam kemelut bunga mimpi yang Amir dapatkan ia sedang berjalan-jalan, datang dari arah berlawanan kuda perang lengkap dengan pelindung disetiap lekuk tubuhnya menghampiri Amir dengan kaki memercikkan api. Semakin kencang kuda itu menghampiri Amir hingga ia tersungkur ke tanah, hewan tersebut dengan tegap berdiri diantara dua kakinya seakan-akan ingin menginjak wajah Amir. Dalam perasaan kalut Amir terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin mengucur diwajahnya.
"La illa ha ilallah wah dahulla syarikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli syai'in qadir"
Terduduk Amir diantara dua kakinya, bergumam dalam hatinya
“Astagfirullah mimpi apa yang telah ku alami”
Amir berdiri dan langsung mengambil bejana berisi air untuk minum, setelah kegusaran tersebut sirna bersamaan dengan mengalirnya air dalam kerongkongannya ia berdiri dan menuju keluar rumahnya matahari yang mulai berwarna ungu kemerahan nampak jelas di matanya. Amir memutuskan untuk berjalan-jalan mencari udara segar, ketika berjalan-jalan Amir merasakan ada yang mengikutinya dari belakang. Sekencang Amir melangkah derap kaki dibelakangnya semakin cepat, karena dirasa semakin tidak nyaman ia memberanikan diri menoleh kebelakang. Betapa terkejutnya ia hingga terduduk ditanah Amir masih terbelangah dengan pemandangan yang dilihatnya, mimpi yang dikiranya hanya bunga tidur menjadi kenyataan. Kuda yang sama persis dengan apa yang ada dalam tidurnya berdiri diatas kedua kakinya dan seakan ingin menginjak mukanya, suara hati Amir mengatakan bahwa ia harus berteriak diam. Dengan sekuat tenaga ia mengumpulkan suaranya dalam perutnya dan mengeluarkan semuanya hanya untuk berkata
"Diam!!!!!"

Kuda tersebut terdiam dan menurunkan kakinya ke tanah seperti tak terjadi suatu apapun, Amir dengan segera berdiri dan sedikit menjauh dari kuda tersebut dengan tenang ia melihat jauh kedalam mata kuda tersebut.
" Sepertinya kuda ini sudah terlatih dan jinak" gumamnya
Dengan perasaan was-was ia berjalan menuju kuda tersebut, Amir perlahan mengelus leher kuda hingga hewan tersebut meringkik. Ia kemudian mengambil tali kekangan hewan tersebut dan menyeretnya menuju rumah, dengan lengang santai Amir menarik kuda tersebut.
Perjalanan mencari angin segar berubah menjadi sebuah kebingungan yang menjadi, Amir yang sebelumnya memiliki bunga tidur menjadi kenyataan. Ia memikirkan mau diapakan kuda ini? Sebenarnya Amir mahir berkuda karena diajarkan pamanya, namun kembali ia berpikir bahwa kendaraan perang tersebut bukanlah haknya. Sembari diterangi pelita dan bintang, Amir berpikir dengan amar keras hingga mengantuk diputuskan ia akan keluar esok hari dan mengembalikan hak kuda kepada pemiliknya.
Fajar seperti ekor serigala pun muncul, Amir mendengar lirih suara kuda tiada berhenti meringkik. Ia terbangun dan mengucap :
"Alhamdulillahiladzi ahyana ba'dama amatana wa ialihin nusur"
Kemudian Amir mengusap wajahnya tiga kali dan bergegas menghampiri kuda tersebut. Terlihat seekor ular sedang berada di bawah kaki kuda, tanpa berpikir panjang Amir mengambil galah dan memukulkannya ke kepala ular hingga terkapar.P
Ia kemudian menaruh galah dan mengelus kuda tersebut dan merawat sebaik mungkin. Waktu berlalu hingga benang putih berhamburan ke penjuru langit, Amir masih bergelut dengan perawatan kuda dan perlengkapannya. Dengan senang ia kembali menuju kandang domba dan memberi mereka makan,
setelah semuanya selesai ia menuju rumah dan membersihkan badan. Melihat persediaan air yang tinggal sedikit Amir berinisiatif mengambil air di sumur yang lumayan jauh dari rumahnya, sembari mengikatkan beberapa kendi dengan tali dan menaruhnya diatas Bagal*.
Dalam perjalanan Amir menyusuri jalan yang sering dilewati oleh khalayak ramai, ia bertemu dengan banyak orang namun matanya tertuju hanya kepada satu insan yang dari kejauhan ia berpakaian compang camping. Dalam keadaannya yang sederhana Amir berpikir bagaimana bisa masih ada orang miskin yang ada di negara semakmur ini?
Berbagai prasangka yang hilir mudik di kepalanya belum terjawab hingga ia mendekati orang tersebut, dengan yakin ia memberikan beberapa keping emas dari prajurit yang ditemuinya beberapa hari lalu.
"Tuan, Alhamdulillah saya diberikan oleh Allah dinar ini percuma. Namun sekarang saya penuhi hak dinar ini kepada anda, maka terimalah dengan tangan terbuka "
Orang tersebut menatap ketus Amir, tangan yang awalnya menengadah sekarang malah mendorong Amir jatuh ketanah.
"La haula walla quwwata, apakah salah saya tuan?? Saya hanya memberikan hak yang seharusnya memang untuk anda!!! Apakah anda tersinggung!?"
Orang tersebut hanya menatap tak memberikan sepatah kata
"Tuan aku mohon jangan siksa aku dengan tidak menjawab perkataan ku apakah kurang uang yang kuberikan padamu??"
Orang tersebut dengan pelan berkata
"Kuda"
Amir yang tak terlalu mendengar apa yang dikatakan orang tersebut mencoba mengulangi pertanyaannya.
"Apakah kurang tuan?"
Orang tersebut kembali dengan suara lirih mengatakan.
"Kuda"
Amir yang sedikit bingung dengan omongan tersebut mencoba bertanya kembali
"Apa yang kau maksudkan?"
"Aku hanya meminta hak ku atas kuda dan aku tak meminta sepeser uangpun"
Amir mulai bertanya-tanya dengan apa yang coba di maksudkan oleh orang tersebut dengan kuda, ia mulai mengingat kuda perang yang ditemukannya. Dengan perasaan kaget ia mulai bertanya.
"Apakah warna kuda itu?"
"Cokelat"
Amir terdiam sembari mengambil nafas
"Apakah kuda itu hewan untuk mengangkut barang?"
"Bukan"
"Apakah kuda itu untuk mengangkut manusia?"
"Benar, bukan hanya manusia namun juga pedang dan tombak yang biasa aku bawa"
Amir tercengang dengan pernyataan orang tersebut, karena belum sekalipun Amir bercerita perihal kuda perang yang ia temukan kepada siapapun. Rasa takut mulai menjarah hati Amir, jangan-jangan ia akan dimasukkan kedalam penjara. Orang tersebut kembali bertanya pada Amir
"Apakah kau siap mengembalikan hak kuda tersebut?"
Amir terdiam
"Aku ulangi anak muda, apakah kau siap dengan segala yang terjadi kau akan mengembalikan hak kuda tersebut!?"
Amir dengan keberanian yang dikumpulkannya berteriak
"Yaa.... Aku siap mengembalikan semua hak dan apa yang kurang dari kuda tersebut"
"Baik, maka antarkan aku kepada kuda tersebut"
Mereka akhirnya berbalik arah hingga Amir terlupa untuk mengambil air, di jalan Amir diperhatikan oleh banyak orang rasa gusar menghampiri hati Amir. Apakah ia benar-benar bersalah hingga semua orang tau bahwa kuda ini memang milik orang tersebut ataukah memang ini akhir dari jalan seorang pengembala yang dihukum karena tidak tahu menahu atas kuda yang ia temukan.
Setelah mendekati rumah yang ditinggali Amir orang tersebut membuka kembali percakapan
"Wahai anak muda apakah engkau tau siapa aku?"
Amir hanya terdiam tanpa menanggapi pertanyaan tersebut, yang ada dalam otaknya hanya bayangan tangan yang terpotong akibat mencuri.
"Tuan sepertinya kita telah sampai"
Ia melihat sekeliling
"Apakah ini rumahmu?"
"Benar"
"Kau orang yang sederhana"
Amir terdiam
"Boleh kau tunjukkan kuda yang aku maksud?"
Amir menunjuk kearah kandang disebelah kandang domba
"Ayo kau ikut bersamaku"
Mereka berjalan beriringan dan melihat kuda tersebut
"Tuan apakah kuda ini yang kau maksudkan?"
Orang tersebut terdiam dan meneteskan air mata, Amir yang tak ingin menambah masalah hanya diam tanpa berkata kembali.
"Wahai anak muda"
Amir menoleh dan melihat dalam orang tersebut
"Ya??"
"Kau telah menunaikan hak kuda ini dengan membersihkan merawat dan memberinya makan"
Amir terdiam
"Engkau juga masih belum menjawab pertanyaan ku sebelumnya"
"Tentang apa tuan?"
"Apakah kau tau siapa sebenarnya aku?"
Amir kembali terdiam beberapa saat hingga orang tersebut menjawab
"Aku adalah sultan negeri ini"
Bersambung......
*Bagal adalah perkawinan silang antara kuda dengan keledai
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰