PART 3 : PETAK UMPET

0
0
Deskripsi

Setelah meletakkan barang - barangnya, Haechan, Felix, HueningKai dan Beomgyu memutuskan untuk berkeliling kastil. Dari lantai satu yang mereka pikir biasa - biasa saja, sampai akhirnya menemukan sebuah galeri lukisan yang membuat keempatnya takjub dan terdiam menatap pada puluhan lukisan yang terpajang di galeri. Haechan memajukan tubuhnya dan melihat tanda tangan yang ada di bagian bawah lukisan dan sepertinya yang membuat lukisan ini adalah Hyunbin. 

“Hyunbin nunna ya yang melukis,” kata Felix. 

Haechan menganggukkan kepala, “Aku baru tahu kalau dia suka melukis.”

“Tapi kenapa diletakkan di sini? Bukankah terlalu jauh dari Seoul?” HueningKai entah bertanya pada siapa.

“Ruangan di samping sepertinya, ruangan khusus untuk studio lukis Hyunbin nunna,” Beomgyu menjijitkan kaki untuk mengintip pada ruangan disamping. 

“Lanjut ke lantai 2 yuk,” ajak HueningKai tiba - tiba. 

“Kenapa?” tanya Haechan, “Kau sudah bosan di ruangan ini.”

“Tidak.. entah kenapa perasaanku tidak enak,” ucap HueningKai yang kemudian menatap pada salah satu lukisan. 

Haechan ikut menatap kearah lukisan yang ditatap oleh HueningKai. Lukisan seorang perempuan yang berdiri dengan kepala terbelah, didalam tempurung kepala tidak terisi apapun namun dari bagian kepala yang terbelah mengalir darah berwarna merah yang begitu pekat. Seolah seperti di lukis menggunakan darah sesungguhnya. Haechan jadi terus menatap pada lukisan perempuan di hadapannya ini, wajahnya seperti familiar. 

“Ayo Haechan keluar…” HueningKai menarik - narik lengan Haechan. 

Haechan akhirnya mengikuti langkah kaki HueningKai untuk melangkah keluar dari galeri lukisan. 

Begitu keluar dari galeri lukisan, perhatian Haechan terpaku pada sebuah tangga yang dipagari dengan pagar besi ber cat warna putih dan menuju kebawah. 

“Kastil sebesar ini tentu saja memiliki ruang bawah tanah ya,” kata Felix. 

“Di bawahnya ada apa ya?” Haechan ikut penasaran dengan isi dari ruang bawah tanah. 

“Kau bisa masuk ke dalam kalau mau..”

Haechan menolehkan kepala, menatap pada Mark yang  berdiri tidak jauh darinya. Laki - laki berwajah tampan itu kemudian mendekat pada Haechan, melingkarkan tangan pada pinggangnya dan tersenyum lebar. 

“Sangat menyenangkan bermain dibawah sana,” kata Mark. 

Haechan tidak menjawab apapun, ia justru menatap kearah tangga dimana Renjun baru saja turun, “Darimana Renjun kok baru kelihatan?” 

“Aku ketiduran di kamar,” ucap Renjun dengan senyuman lebar, “Bangun - bangun kalian sudah tidak ada di kamar.”

“Kami berkeliling, tapi baru di lantai satu sudah penasaran dengan ruang bawah tanah ini,” kata Beomgyu. 

“Ayo kebawah,” kata Mark, “Sambil bermain.”

“Mau bermain apa hyung?” tanya Haechan. 

Mark tidak langsung menjawab, ia kemudian menatap lurus ke arah koridor, bertepatan dengan Jaehyun yang keluar dari ruang persiapan pesta. 

Mark tersenyum lebar dan menatap pada Haechan, “Tenang saja… akan sangat menyenangkan permainan kita nanti. Panggil yang lain dulu… aku mau mengundang Jaehyun dan beberapa pelayan itu untuk ikut main.”

Haechan baru saja akan memanggil Mark untuk tidak melibatkan Jaehyun ketika kekasihnya itu malah sudah berlari menuju pada Jaehyun. Haechan sangat yakin jika Mark memiliki niat jahat pada Jaehyun. 

@@@@@

Kaki Haechan akhirnya menapak di lantai bawah tanah yang ada di kastil milik keluarga besar Mark. Ia menatap sekeliling, terdapat beberapa lorong yang bahkan tidak ada lampunya sama sekali, sementara untuk ruangan dihadapannya ini karena digunakan untuk menyimpan wine sepertinya tidak terlalu kotor atau berdebu. Haechan melihat ruangan - ruangan lain tetapi tidak yakin digunakan untuk apa dan apa isinya. Ketika telinganya mendengar suara langkah kaki, ia menolehkan kepala dan melihat Mark yang datang dengan Changbin dan Yeonjun. Melihat senyuman dari kekasihnya itu, ia yakin jika ketiganya memang sudah merencanakan sesuatu yang cukup jahat. Dan dugaan Haechan semakin kuat karena ada Jaehyun dan Doyoung yang mengekor di belakang mereka. 

“Mau ngapain sih Mark?” tanya Jungkook yang mulai jengah. 

“Lho… Jaehyun…” Eunwoo menunjuk kearah Jaehyun, ia mendekat pada laki - laki bertubuh tinggi nyaris sama dengannya itu dan menyalaminya meski Jaehyun terlihat kaku dan kaget dengan perlakuan Eunwoo padanya. 

“Eunwoo hyung sudah kenal ternyata,” kata Mark yang menatap ragu kearah Jaehyun, “Tapi.. tetap akan dilanjutkan permainannya sambil menunggu pesta ulangtahunku nanti malam kan.”

Haechan mengamati Mark yang mendekat pada Jaehyun, merangkulkan tangannya walaupun terlihat sekali agak susah payah karena perbedaan tinggi badan mereka. Mark melepaskan rangkulannya pada bahu Jaehyun. 

“Aku ingin bermain petak umpet di ruang bawah tanah ini,” kata Mark yang menatap kearah Jaehyun lagi, “Dengan Jaehyun dan Doyoung yang bertugas sebagai orang yang akan mencari dan… aku ingin Jaehyun dan Doyoung dalam keadaan telanjang.”

Semua kepala memang menoleh dengan cepat menuju kearah Mark, namun Haechan bisa melihat dengan jelas jika hanya beberapa saja yang terkejut sementara yang lain senyum - senyum seperti menikmati. 

“Hei… jangan melakukan hal seperti itu di tempat nenek moyang kita beribadah dan berdoa,” kata Hyunbin. 

“Kita kesini kan karena mau merayakan ulangtahun ku nunna, santai sedikit saja,” kata Mark, “Lagipula nenek moyang kita sudah mati dan menjadi tan…”

Haechan sama terkejutnya dengan Mark ketika melihat Hyunbin melangkah dengan cepat menuju pada Mark. Beruntung sekali Irene dan Eunwoo dengan cepat memegangi dua tangan Hyunbin agar tidak memukul adik sepupunya itu sendiri. 

“Hanya sekali ini saja nunna, lagipula yang lain juga mau bermain kan…” kata Mark. 

“Sepertinya menyenangkan hyung,” ucap Renjun. 

“Aku penasaran dengan ukurannya,” ucapan Felix segera terhenti karena mendapat tatap mata tajam dari kekasihnya, “Bercanda Changbin hyung.”

“Aku ikut permainan ini,” kata Bangchan dengan senyuman lebar. 

“Gila kalian semua.. aku tidak akan ikut,” kata Eunwoo yang mendekat pada Jaehyun, “Ayo ikut denganku Jaehyun….”

“Ehh.. aku butuh Jaehyun hyung disini,” Mark melepaskan pegangan tangan Eunwoo pada tangan Jaehyun. Ia menatap tajam pada Eunwoo namun sialnya laki - laki dihadapannya ini tidak mau mengalah dan bahkan tidak mau bergerak dari hadapan Mark. 

“Aku akan ikut permainan ini,” ucap Jaehyun, “Telanjang - pun tidak masalah. Tapi jangan libatkan Doyoung.”

“Jaehyun.. kau tidak perlu melindungiku seperti ini,” bisik Doyoung pada Jaehyun, sayang suaranya cukup menggema di ruang bawah tanah yang memang kedap suara ini.

“Aku tidak ikut,” Hyunbin membalikkan badan dan melangkah menaiki tangga. Hyunbin berhenti melangkah ketika menyadari Irene tidak bergerak dari tempatnya berdiri. 

“Sepertinya asyik, jadi aku mau ikut,” kata Irene dengan senyuman canggung pada Hyunbin. 

Hyunbin menganggukkan kepala, ia tidak berkata apapun hanya mendengus kesal dan melanjutkan langkah kakinya menuju lantai dasar. 

“Nunna aku ikut denganmu,” Eunwoo menatap pada Jaehyun, “Maafkan aku..”

Jaehyun balas tersenyum, ia menggelengkan kepala dan memberikan kode pada Eunwoo agar pergi. Jaehyun kemudian menatap pada Doyoung, “Kau juga sebaiknay pergi Doyoung.”

Doyoung terlihat ragu untuk pergi pada awalnya, namun kemudian ia melangkah pergi setelah tatap mata dan beberapa ucapan Jaehyun menyakinkannya. 

“Baiklah.. mari kita mulai,” kata Mark dengan penuh semangat. 

“Mark hyung..” panggil Haechan setelah sekian lama terdiam dan hanya menjadi penonton. 

“Iya chagi..” balas Mark sambil merangkulkan tangannya pada pinggang Haechan. 

“Kau keterlaluan,” kata Haechan. 

“Hei santai.. toh Jaehyun sud..” 

Haechan paham kenapa Mark menghentikan ucapannya dengan mendadak, ia juga paham kenapa mendadak tidak ada yang berbicara apapun dan ia juga paham mengapa Changbin benar - benar menjadi panik dan menutupi mata Felix. Begitu pula Yeonjun yang ikut menutupi mata HueningKai, sementara Renjun bersiul lirih dan menatap senang kearah Jaehyun yang sudah melucuti pakaiannya sendiri. 

Jaehyun benar - benar melepaskan semua pakaiannya, tanpa tersisa hingga akhirnya memamerkan penis miliknya yang berukuran ‘besar’ untuk orang - orang Asia seperti mereka ini.

“Jangan buka semuanya.. pakai celanamu,” kata Jungkook. 

“Bukankah tadi aku disuruh telanjang,” kata Jaehyun. 

Haechan tidak yakin jika Jaehyun berpura - pura patuh, polos atau justru menikmati memainkan orang - orang yang berniat memainkannya ini.

“Tidak.. tidak.. pakai celana dalammu,” Jungkook menendang celana dalam Jaehyun yang ada diatas lantai kearah Jaehyun, “Kau mau pamer ya brengsek.”

Jaehyun memakai kembali celana dalamnya, ketika tubuhnya menegak kembali dengan perlahan tatap matanya dengan sengaja mengarah pada Haechan yang tengah menatapnya. 

“Ayo kita mulai permainannya!!!”

Teriakan Mark membahana memenuhi ruang bawah tanah di bawah kastil megah milik keluarga Lee. Beberapa orang mulai berlari menyembunyikan diri mereka ketika Jaehyun menutup mata dengan kedua tangan dan berhitung. Haechan masih berdiri di depan Jaehyun, menatap kearah laki - laki yang berdiri dengan mata tertutup dan hanya menggenakan celana dalam yang terlihat sudah mulai usang dan memudar. Haechan melangkahkan kakinya mendekat pada Jaehyun, namun lagi - lagi ia belum berbuat apapun ketika Mark malah menarik tangannya kasar dan memaksanya menjauh dari Jaehyun. 

@@@@@

Hyunbin berdiri di depan salah satu lukisannya. Sebuah lukisan kastil milik nenek moyangnya ini. Kastil yang dibangun oleh kakek dari kakek buyutnya, kurang lebih 1000 tahun lalu. Hyunbin tidak biasa melukis objek bangunan, ia memang tidak terlalu tertarik untuk melukis objek bangunan tetapi dua tahun lalu tepat seminggu sebelum kakeknya meninggal, ia menyelesaikan lukisan kastil ini. Ia masih teringat dengan senyuman lebar kakeknya yang begitu bahagia karena mengingat masa - masa kecil di kastil bersama saudara dan keluarga yang lain. 

Hyunbin melangkah satu kali lebih mendekat pada lukisan mengenai kastil ini. 

“Suatu hari nanti… ramaikan kastil dengan ‘keluarga’ kita…”

Pesan terakhir dari kakeknya itu masih teringat sangat jelas di kepala Hyunbin. Dan ia tahu, jelas sekali yang dimaksud oleh kakeknya bukanlah keluarga yang terlihat seperti keluarga. Bukan Mark, bukan ayah dan ibu Mark. 

“Permisi…”

Kepala Hyunbin menoleh, ia melihat Jihyo masuk kedalam ruang galeri lukisan dengan nampan berisi teh hangat yang masih mengepul dan beberapa kue kering. Hyunbin bahkan melihat ada kue jahe berbentuk manusia dengan butir coklat sebagai dua bola mata. 

“Baekhyun - ssi menyuruhku mengantarkan ini untukmu nona,” Jihyo meletakkan nampan di meja depan satu set sofa yang ada di bagian kiri galeri, tepat di depan sebuah lukisan besar dengan gambar pemandangan yang awalnya Jihyo kira biasa saja, tetapi, “Kenapa sungainya berwarna merah?”

Hyunbin melangkahkan kakinya, berdiri disamping Jihyo yang masih menatap kearah lukisan pemandangan yang ia lukis sekitar 3 tahun lalu. 

“Kenapa ada 3 bulan? Tapi ada matahari juga, sementara langitnya terang seperti siang hari?” Jihyo kembali menanyakan hal - hal yang menurutnya aneh pada lukisan dihadapannya. 

“Sejujurnya ini bukan lukisanku yang paling aneh dan sejujurnya baru kali ini ada yang tanya detail seperti kau,” kata Hyunbin. 

Jihyo menolehkan kepala, menatap pada Hyunbin yang tersenyum padanya. 

“Meski kau tidak mau menjawab, aku tetap penasaran kenapa sungainya berwarna merah?” pertanyaan Jihyo masih tetap sama, “Kalau kau tidak mau menjawab yang lain tidka masalah.. tapi sungai berwarna merah itu.”

“Menurutmu kenapa?” tanya Hyunbin. 

Jihyo meluruskan badannya menghadap pada lukisan, mata bulatnya mengamati pada lukisan di hadapannya ini. Begitu fokusnya, ia bahkan tidak begitu memperdulikan kenyataan jika Hyunbin memeluknya dari belakang, melingkarkan tangan pada perut ratanya. 

“Apakah sungai itu memerah karena darah?” tanya Jihyo, “Apakah kau merujuk pada peristiwa pembantaian rakyat Korea ketika penjajah Jepang masuk ketanah ini?”

“Jarang sekali ada perempuan cantik, seksi dan pintar sepertimu,” Hyunbin mencium lembut pada leher Jihyo. Karena tidak mendapat perlawanan, Hyunbin mengeratkan pelukannya, “Kau sepertinya.. yang aku cari selama ini.”

“Aku hanya seorang pelayan nona,” ucap Jihyo yang mulai kembali pada seutuhnya dunia saat ini dan merasakan jika jantungnya ternyata tidak baik - baik saja. Berdetak begitu kencang apalagi ketika merasakan bibir Hyunbin bergerak pelan, menciumi tengkuk lehernya dan berakhir mencium pipinya. 

“Tidak masalah… aku tidak pernah memandang status sosial seseorang,” kata Hyunbin, “Lagipula, jika kau bersamaku. Kau akan menjadi ratu. Kau akan menjadi permaisuri yang memiliki istananya sendiri.”

Jihyo terdiam bukan berarti menolak, bukan berarti setuju dengan penawaran dari Hyunbin, ia sudah sulit untuk berkonsentrasi dengan apapun ucapan Hyunbin ketika perempuan berambut pendek yang memeluk tubuhnya di belakang ini menggerakkan tangan dan mengelus lembut pada perutnya, bergerak semakin naik keatas dan meremas lembut pada payudaranya. Kepala Jihyo menoleh kearah Hyunbin dan sialnya ketika tatap matanya bertemu dengan Hyunbin, ia justru memasrahkan dirinya dan membiarkan Hyunbin melumat bibirnya. Ia benar - benar jatuh pada pesona Hyunbin. Jatuh dengan begitu cepat. Jatuh yang terlihat tidak masuk akal. 

@@@@@

Deru nafas Jaehyun terdengar cukup keras diantara langkah kakinya diantara koridor - koridor pada ruang bawah tanah. Diantara ruangn bawah tanah yang sempit, pengap dan memiliki lebih sedikit oksigen. Ia harus menemukan semua orang yang bermain petak umpet jika ingin segera mengakhirinya. Tubuhnya yang digempur rasa dingin perlahan - lahan membuatnya lemah, membuat langkahnya semakin pelan. Sialnya baru beberapa orang yang bisa ia temukan sementara yang lain tidak berhasil ia temukan. 

Jaehyun berhenti melangkah di antara persimpangan jalan. Koridor di depannya entah menuju kemana, lampu yang ada didinding ruang bawah tanah ini bahkan beberapa telah mati. Sementara koridor yang menuju bagian kiri tidak memiliki lampu sama sekali. Hanya ada kegelapan yang benar - benar gelap hingga ia tidak bisa melihat apapun. 

Kaki Jaehyun sudah melangkah menuju koridor kanan ketika ia mendengar langkah kaki dari koridor kiri. Dengan penuh waspada, Jaehyun membalikkan badan, matanya terbelalak lebar dan bersiap dengan siapapun yang ada dihadapannya. Namun kewaspadaannya segera menghilang ketika melihat Haechan keluar dari kegelapan pekat. 

Senyuman Jaehyun tercipta meski tanpa berbicara apapun. 

@@@@@

Haechan melangkah mendekat pada Jaehyun. Kali ini tidak ada Mark yang akan mengganggunya. Ia terus mendekat sehingga jaraknya menjadi begitu dekat dengan Jaehyun. Haechan menatap pada laki - laki dihadapannya ini. Sungguh kasihan keadaan Jaehyun saat ini, hanya memakai celana dalam dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya dan deru nafas kasar. 

Haechan menggerakkan tangannya sendiri, mengambil tangan Jaehyun dan meletakkan tangan Jaehyun pada dadanya. 

“Aku tertangkap hyung..” ucap Haechan dengan senyuman lebar. 

Untuk beberapa saat Haechan masih tidak mendapat respon apapun dari Jaehyun. Ia kemudian melepaskan pegangannya pada tangan Jaehyun dan melangkah pergi dari hadapan Jaehyun. Ketika langkah kakinya beberapa langkah sudah menjauh dari Jaehyun, kepalanya menoleh dan melihat jika laki - laki tampan berkeringat yang hanya memakai celana dalam mulai pudar itu masih menatap ke arahnya dengan senyuman lebar. 

Cukup mengerikan. Entah kenapa. Cukup menakutkan. Di tengah koridor yang minim pencahayaan, sosok Jaehyun yang berdiri hanya dengan celana dalam dan senyuman lebarnya menjadi sebuah siluet manusia yang terlihat cukup mengerikan. 

@@@@@

Hyunbin dengan cukup lembut membaringkan tubuh Jihyo diatas sofa dengan tautan bibir yang tidak ia lepaskan sama sekali. Hyunbin terus menerus melumat pada bibir ranum milik Jihyo. Melumat bibir atas Jihyo, kemudian berpindah melumat bibir bawah Jihyo. Tangan Hyunbin sendiri bergerak, meremas lembut pada bongkahan payudara Jihyo, jari jarinya memainkan puting milik Jihyo yang mulai mengeras. 

Hyunbin melepaskan ciumannya ketika menyadari jika Jihyo menepuk - nepuk pada bahunya. Ia menegakkan tubuhnya dan melihat pada Jihyo yang terengah - engah dengan wajah memerah. 

Cantik. 

Sempurna. 

Miliknya. 

Tangan Hyunbin bergerak lembut, mengelus pada pipi Jihyo. Ia belum berpikiran untuk melanjutkan kegiatannya ketika Jihyo justru berinisiatif membuka kancing pakaiannya sendiri dan memamerkan bra berwarna merah muda dengan merk yang tidak terkenal. 

Hyunbin menyelipkan jari telunjuk dan jari tengahnya di bawah sela bra dengan tubuh Jihyo. Ia melihat Jihyo sedikit menaikkan tubuhnya dan itu membuat Hyunbin menggerakkan tangannya yang lain untuk melepaskan pengait bra milik Jihyo. 

Mata Hyunbin langsung dimanjakan dengan dua bongkahan payudara yang begitu menggiurkan. Berukuran sempurna untuk Hyunbin dengan puting berwarna merah muda yang seakan menantang untuk dihisap. 

Hyunbin menindih pelan pada tubuh Jihyo. Karena menyadari jika tubuhnya yang lebih besar dan lebih berat, Hyunbin tidak membebankan semua berat tubuhnya pada sosok dibawahnya ini. Tangan Hyunbin kembali bergerak meremas payudara kanan milik Jihyo. Wajahnya bergerak mendekat, mulutnya terbuka dan memasukkan puting yang sedari tadi telah menantangnya. 

Suara desahan lembut yang membangkitkan gairah langsung terdengar dari belah bibir Jihyo. 

@@@@@

Entah sudah berapa kali Jaehyun melewati koridor dan belokan yang sama. Ia mulai lelah namun belum juga menemukan Mark, Changbin dan Yeonjun. Langkah kaki Jaehyun sudah mulai gontai, melangkah pelan sembari memegangi dinding ruang bawah tanah yang agak basah. Telinganya yang mendengar suara dari arah belakang membuat kepalanya menoleh, ia tidak melihat apapun dari koridor yang cukup temaram. 

Kepala Jaehyun kembali lurus, menatap kearah depan dan ia dikejutkan dengan kemunculan Mark yang tiba - tiba saja ada dihadapannya. 

Jaehyun semakin dikejutkan karena Mark melayangkan pukulan begitu saja pada wajahnya. Tubuh Jaehyun yang memang sudah capek ambruk diatas tanah dingin ruang bawah tanah. Ia merintih kesakitan di antara tendangan - tendangan yang diberikan oleh kaki - kaki di atasnya. 

Jaehyun sulit untuk melawan, ia hanya bisa melindungi kepalanya dengan menutupi memakai kedua tangannya. Sayangnya para penindas yang tidak memiliki belas kasih ini memilih untuk menarik dua tangannya dan memegangnya erat hingga ia tidak bisa melindungi kepalanya lagi. 

Jaehyun menatap kearah atas, matanya melihat sosok Changbin yang memegangi tangannya. Sementara di bawah sana, Yeonjun menarik paksa celana dalamnya hingga ia benar - benar telanjang bulat. 

“Hentikan… akkkhhhh!!!”

Suara jeritan Jaehyun terdengar membahana di antara koridor - koridor ruang bawah tanah ketika Mark dengan keras menginjak penisnya. 

Rasa sakit yang luar biasa. Bukan pada penis Jaehyun. Bukan pada tubuh Jaehyun. Namun pada hati Jaehyun. 

@@@@@

Haechan menolehkan kepala dengan cepat kearah koridor disamping kanannya. Ia seperti mendengar suara teriakan, namun tentu saja yang ia lihat hanya lorong panjang yang berakhir pada kegelapan. 

“Haechan, ayo naik… jangan menunggu disitu…”

Haechan menolehkan kepala ke arah tangga, dimana HueningKai turun dan memintanya untuk naik. 

“Udaranya semakin pengap… kau bisa - bisa sesak nafas,” kata HueningKai. 

“Tapi… lama sekali mereka,” kata Haechan, “Aku khawatir.”

“Siapa yang kau khawatirkan?” tanya HueningKai. 

Haechan menatap kearah sahabatnya. 

“Siapa? Mark hyung atau Jaehyun?”

Haechan tidak suka dengan nada bicara HueningKai. Ia menyeringai lebar, “Yeonjun hyung.. bagaimana jika aku mengkhawatirkan kekasihmu itu?”

Haechan tidak menunggu jawaban dari HueningKai, ia melangkahkan kaki memasuki salah satu lorong untuk mencari orang - orang yang masih bermain petak umpet. Atau mungkin, memainkan permainan lain. 

@@@@@

Hyunbin menatap dengan senyuman ketika melihat reaksi Jihyo saat jari tengahnya menerobos masuk pada vagina basah milik Jihyo. Tidak ada reaksi kesakitan, Hyunbin tahu bagaimana cara memuaskan pasangannya. Ia mendiamkan jarinya didalam vagina hangat Jihyo yang kembang kempis seperti menghisap - hisap pada jarinya. 

“Hyunbin nona….” panggil Jihyo dengan suara seraknya. Mungkin karena lelah mendesah sedari tadi. 

“Ne…” 

“Jangan tinggalkan aku,” pinta Jihyo yang diakhiri dengan suara desahan karena merasakan jari Hyunbin yang bergerak ke

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya PART 4 : PISAU
0
0
Didalam kegelapan yang begini pekat, Jaehyun bahkan tidak tahu apakah waktu sudah beranjak menuju sore atau bahkan malam. ia harus segera keluar dan bergabung dengan yang lain, ikut mempersiapkan pesta ulang tahun untuk laki - laki yang kini paling dibencinya. Jaehyun berjalan pelan - pelan. Dengan tubuh kedinginan. Dengan luka di sekujur tubuh. Dan dengan perih yang semakin terasa menyakitkan. Tangannya yang memegangi dinding ruang bawah tanah beberapa kali terasa seperti kehilangan pegangan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan