Deskripsi
Hai-hai, akhirnya setelah sekian lama ada juga ekstra partnya cerita ini. Buat kalian yang masih mengikuti, ke depannya terus pantengi, karena, saya akan update di saat-saat yang nggak menentu^^
---
“Mas kayaknya kelihatan lebih hot kalo masak nggak pakai baju,” godanya.
“Apa?” Aku berbalik dengan sebelah alis yang terangkat. “Saat ini Anna membayangkan apa?”
Lilianna hanya tertawa kecil, matanya berkilat nakal. “Nggak, Mas, cuma bercanda. Tapi serius, Mas kelihatan keren saat masak.”
Duda Ganteng Itu Suamiku
6
1
24
Berlanjut
Tetangga dan teman sekelas kompak menganggapku gadis jutek dan sombong. Aura songongku katanya kental sekali. Mereka juga bilang aku tidak pedulian terhadap lingkungan sekitar.Tentu saja aku masa bodoh dengan omongan mereka, tetapi rupanya sikap tersebut justru membuatku kelabakan sendiri.Suatu hari, tepatnya di malam minggu yang bertabur bintang, sepulang dari acara kelulusan aku mendapati beberapa orang berkumpul di ruang tamu. Di antaranya ada Papa, Mama, juga Abangku. Ditambah keberadaan tiga orang yang cukup asing.Mereka menatap, bahkan tersenyum ramah padaku. Kentara sekali mereka menaruh perhatian besar terhadapku. Selanjutnya yang membuatku kaget setengah mati adalah omongan yang keluar dari mulut pria paruh baya seperti Papa, beliau terlihat berwibawa di usia kisaran lima puluh delapan tahunan.“Maksud kedatangan kami adalah untuk mengkhitbah putri kalian, Lilianna Anandhita, untuk putra kami Raka Narendra Mahawira.”Enam belas kata dalam satu kalimat, sukses membuatku nyaris kena serangan jantung. YA TUHAN! APA YANG TERJADI DI SINI?!
1,518 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Selanjutnya
EKSTRA PART 02 : [Lilianna Kesayangan Rendra]
0
0
Hai, akhirnya ekstra part 02 launching juga. Nantikan yang 03-nya, besok-besok bakal ada notifnya, kok^^***Melihat matanya terpejam menikmati, aku tersenyum tipis dan mengusap sayang puncak kepalanya. Ah, biarlah hari ini terlambat masuk kerja. Yang terpenting, aku harus memastikan kondisi istri kecilku ini baik-baik saja. Dengan begitu, aku bisa tenang meninggalkannya.Setelah air lemon hangatnya habis diminum, Lilianna menyerahkan gelas kosong padaku, lalu bersandar di sofa dengan tangan kanan mengelus-elus perutnya. “Udah enakan perutku, Mas,” katanya.Sontak aku memperhatikan perutnya lama-lama. Keningku berkerut dalam melihat perbedaan yang tidak terlalu mencolok, tapi cukup kusadari karena aku tahu betul soal fisik istriku. “Apa mual ini karena ... Anna hamil?”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
