
Additional part, Lanjutan dari wattpad bab 24 HOT DADDY !!🔥❤
Pengalaman pertama.. LIAR! Efek dari novel Yang di baca ruby! 🔥🥵
Jendra keluar dari kamar mandi hanya dengan celana boxernya saja, ia berjalan dengan santai ke arah tempat tidur.
"Jen, pake bajunya!"
"Baju gue kotor by" jendra menyusup ke dalam selimut yang tengah ruby pakai.
"Dingin tau, liat tuh" ruby menunjuk ke arah AC yang suhunya di angka 18°c, ruby menjalaskan kepada jendra, jika ia tidak bisa tidur dengan suhu di atas 20°c
"Gue enggak butuh baju, karena ada lo yang bisa angetin tubuh gue!"
"Jendra gila! Lari boleh enggak sih!"
Ruby mengayunkan jari telunjuknya ke kiri dan kanan. "Jen, Udah janji enggak macem-macem ya"
Jendra smirk lalu berdecak. "Emang gue ada bilang, janji?"
“gimana tadi? Menanag atau kalah?”
lelaki itu berdecih mendengar pertanyaan dari pacarnya. “sejak kapan Jendra kalah?"
“kemaren, kan babak belur” pertegas ruby.
“Terluka bukan berarti kalah, sayang”
“Ooh, gitu ya”
“udah tidur, gue besok ada kelas pagi”
jendra mencium kening ruby sebelum merebahkan tubuhnya. “Tidur bareng gue, mimpinya pasti indah yang”
“hem, tapi kalo lo aneh-aneh bisa jadi mimpi buruk jen”
Jendra terkekeh, padahal leleki itu murni hanya ingin tidur berpelukan, melepaskan rasa lelahya dengan gadis yang ia sayangi.
Saat merebahkan tubuhnya, Jendra meraih sesuatu dari punggungnya, ia merasa ada sesuatu barang yang ia tindih.
"Wahhh bacaan lo keren, yang" jendra menggelengkan kepalanya sembari berdecak, ia tidak menyangka ruby menyimpan buku bacaan seperti ini.
Melihat buku novel miliknya berada di tangan jendra, ruby benar-benar merasa malu. "Balikin, lo nggak boleh baca jen"
Jendra melihat isi di dalamnya. "Kalo gue nggak boleh baca, seharusnya berlaku juga buat lo, maksudnya beli novel beginian buat apa? Hah!"
"Iseng aja jen" jawab ruby, buku itu memang di belinya sembarang saat bersama monic.
Jendra memukul lengan ruby pelan dengan buku itu. "Cewek pinter kaya lo, enggak mungkin cuma iseng!"
Ruby menoleh ke arah jendra, ia menatap jendra dengan raut wajahnya yang polos, mencoba untuk meyakinkan lelaki itu. "Penasaran aja sama isinya"
"Sex education? Hm?!" Jendra menarik satu sudut bibirnya ke atas dengan eskpresinya yang menggodanya.
Ruby menundukkan kepalanya, wajahnya memerah, ia benar-benar merasa malu.
Jendra menyentuh dagu ruby dengan jempol dan telunjuknya, membuat netra mereka saling bertemu. "Udah baca teorinya kan? Sini, gue ajarin prekteknya"
Wajah jendra mendekat, dengan secepat kilat lelaki itu menempelkan bibirnya ke bibir ranum milik ruby, setelah kecupan pertamanya kini tangan jendra memegang tengkuk leher dan yang satunya lagi membelai pipi ruby dengan begitu sensual.
Melihat ruby yang dengan senang hati menerima kecupan itu, jendra kini membuka mulutnya memainkan lidahnya untuk membelah bibir ruby, selanjutnya adalah melumatnya.
Tanpa penolakan, karena ruby ternyata juga menginginkannya, entah efek dari novel yang baru saja ia baca atau apalah, namun ruby langsung membalas ketika jendra menyesap, mencecap dan memainkan lidah di mulutnya.
Kewarasan meraka berdua benar-benar hilang, ruby bahkan sudah melingkarkan kedua tangannya di leher jendra, mereka memperdalam ciumannya, begitu dalam dan sangat dalam.
Hingga tanpa sadar ruby mengeluarkan erangan pertamanya. "Eunghh.. Ahhh"
"Di cerita novel itu, setelah kiss mereka ngapain? Hem" Jendra bertanya lirih, dengan jarak bibir yang begitu dekat, tangan jendra pun masih di posisinya, memegang tengkuk leher dan juga pipinya.
"Aahh, Neck kiss daddy" ruby mengucapkannya dengan nafas yang tidak beraturan.
"Daddy?"
"Yes daddy!" ruby memberi isyarat, ia melirik ke buku yang berada di sampingnya.
"Hot daddy?!"
Judul buku novel yang sedang di baca oleh ruby, pantas saja ruby sedikit liar.
"Emm" ruby menggoda jendra, dengan senyumnya yang nakal.
"Damn!" Ekspresi yang ruby tunjukkan benar-benar membuat jendra ingin menelanjanginya detik itu juga. "Oke, let's play, baby girl"
Jendra kembali menyesap bibir merah muda milik ruby, kali ini ciumannya lembut, jendra ingin memulai pengalaman pertamnya dengan lembut.
Setelah puas bermain di bibir ruby, ciuman jendra turun ke lehernya, jendra mengecup menyesap, dan menggigit pelan hingga ruby kembali mendesah indah.
"Aahhh eughhh"
Jendra bahkan menjilati leher ruby hingga ke belakang telinga, ruby merasakan benar-benar di buat gila oleh jendra.
“Ahhh jen” Tangan ruby menjambak rambut belakang jendra, perasaan nikmat itu membuat bagian bawahnya basah.
Jendra menatap wajah ruby yang memerah karena gairahnya, sungguh kecantikannya semakin bertambah, bahkan sejak awal lumatannya, milik jendra sudah mengeras dan sesak di dalam celananya.
"Next?" Bisik jendra yang kemudian menggigit pelan daun telinga ruby.
Ruby menuntun tangan jendra hingga berada tepat di buah dadanya, jendra yang di beri lampu hijau merasa begitu senang.
"You sure baby?!"
"Emm, tapi pelan" ruby membisikkannya lirih di samping telinga jendra.
“Pelan? Em, tapi semakin liar semakin nikmat sayang”
Jendra kembali melumat bibir ruby, kali ini tangannya tak diam, karena yang selanjutnya terjadi adalah tangan jendra masuk ke dalam piyama yang di pakai oleh ruby.
Ruby merasakan sensasi geli saat jendra meraba serta meremas di sekitaran pinggang dan juga pungungnya, jendra memberikan rangsangan yang membuat ruby menggila.
Jendra mulai membuka kancing piyama yang ruby pakai, satu persatu hingga kancing itu terlepas semua, jendra kini bisa melihat buah dada ruby yang masih terbungkus bra hitamnya.
Netra jendra sempat menatap wajah ruby, saat gadis itu memanggut mempersilahkan, jendra langsung melepaskan bra yang di pakai ruby.
"Eunghh" ruby melenguh, merasakan tangan jendra bermain di dadanya, lelaki itu meremas lembut dan memainkan ujungnya.
"Next, di isep kan?!"
"Pelan" pinta ruby.
Ruby memegang lengan jendra ketika ia kembali mengecup leher, hingga turun ke area dadanya.
"Aahhh" ruby memejamkan mata ketika merasakan putingnya di jilat lalu di hisap lembut oleh jendra, yang satu ia mainkan dengan mulutnya sedangkan yang satunya lagi di remas.
"Oughh" desah ruby ketika jendra mengigit putingnya. "Ahhh pelan jen"
"Enak ya? Hem?"
"Mau yang lebih enak, tapi jangan di masukin" ruby mengucapkannya dengan begitu sensual.
Sial! Ruby sudah termakan ucapan jendra, ia benar-benar sudah kehilangan kewarasannya! Tanpa di minta ia menyerahkan dirinya sendiri kepada jendra.
"Damn! Lo bikin gue makin gila laruby!"
Jendra melepaskan celana yang di pakai oleh ruby, saat ini pakaian yang menempel pada tubuhnya hanya celana dalam saja.
"Jen" ruby menggelengkan kepalanya, sepertinya otak ruby sedikit sadar, ia merasakan adanya ketakutan di dalam dirinya.
Jendra menarik satu sudut bibirnya ke atas. "Mau berhenti? Telat sayang"
Jendra menarik celana dalam hitam yang di pakai oleh ruby untuk menutupi bagian inti miliknya.
"Holy shit"
Jendra bisa melihat dengan jelas inti tubuh ruby yang begitu indah, merekah kemerahan dengan sedikit bulu di bagian atasnya.
Ruby menutupi inti tubuhnya dengan kedua tangannya, ruby malu dan juga takut. Namun Jendra menatapa mata ruby dengan raut wajahnya yang menenangkan, lelaki itu seolah memberi isyarat jika semuanya akan baik-baik saja.
"Ini basah jen, di bersihin dulu"
"Emm, ini mau gue bersiin yang, pake lidah"
Detik berikutnya kepala jendra sudah berada di antara paha ruby, jendra mengendus aromanya, kemudian mengecupnya beberapa kali, setelah itu ia menjulurkan lidahnya menyapu inti tubuh ruby.
"Agghhh aahh" ruby mendesah ketika merasakan lidah jendra memainkan miliknya, apalagi saat lidahnya itu menyentuh klitoris dan menjilatinya konsisten naik tutun.
"Aagghhh, emmm"
"Habis lo sama gue, yang"
Tangan jendra meremas dada milik ruby semakin kencang karena gemas, sedangakan bibir dan lidahnya kini tengah bermain di bagian inti milik ruby.
"Oughhh, ahhh" ruby tak hentinya mendesah, merasakan kenikmatan itu, kepalanya berulang kali mendongak ke atas, miring ke kiri dan kanan, ruby benar-benar pasrah.
Jendra melepaskan lidahnya, tubuhnya kini di samping ruby, ia kembali menyesap buah dada ruby, kali ini ia meremasnya dengan brutal, tangan kirinya turun membelai inti tubuh ruby yang tadi ia jilati.
"Jen jangan" ruby berusaha memundurkan tubuhnya, takut jika miliknya nanti di masuki jari jendra.
Lelaki itu tidak menggubrisnya, ia memainkan klitoris ruby begitu cepat naik turun, dengan mulutnya juga yang bermain di dada miliknya.
"Oughhh aahh jen"
“sshhhb ahh jen!”
Mendengar ruby yang semakin mendesah, jendra menambah kecepatannya, membuat ruby memejamkan matanya dengan kepala mendongak ke atas, rasanya benar-benar gila, di atas maha gila, miliknya berdenyut hebat, ini adalah pelepasan klimaksnya yang pertama.
Jendra menepati janjinya, ia tidak memasukkan miliknya ataupun jarinya, hanya dengan memainkan klitorisnya saja sudah membuat ruby menggila, bagaimana jika milik jendra yang benar-benar masuk ke dalam miliknya? pikir ruby di sela-sela nafasnya yang ngos-ngosan.
"Enak sayang? Hemm" jendra membisikkannya pelan ditelinga ruby, ia kemudian mengecup kening ruby.
Ruby membuka mata dengan raut wajahnya yang sayu dengan nafasnya yang masih ngos-ngosan. "Ahhh hah, lo gila jen!"
Jendra hendak ke kamar mandi untuk mencuci tangan, namun sebelum itu ia menarik selimut untuk menutupi tubuh ruby yang kini telanjang bulat.
Hanya beberapa menit di kamar mandi, saat jendra keluar, ruby sudah terlelap dengan pulas.
***
Ruby mengerjapkan matanya, ia mendapati jendra yang tertidur dengan tangan yang melingkar sempurna di perutnya, ia bangkit dari ranjangnya dengan pelan dan penuh kehati-hatian, selimutnya di lepas, ia turun dari ranjang tempat tidur dengan telanjang bulat kemudian bergegas ke kamar mandi.
Setelah melakukan kegiatannya, ruby duduk di samping jendra. "Jen bangun, hari ini kuliah pagi kan?"
Jendra menyibak selimutnya, ia menunjuk ke arah juniornya yang tagak sempurna. “Liat tuh yang”
Padahal tadi malam jendra sudah memainkan juniornya solo, lelaki itu tidak mau membuat ruby kembali terjaga hanya untuk memuaskannya, jendra justru merasa senang karena ia bisa memuaskan ruby.
“Ayo sayang”
Jendra sebenarnya sudah bangun sejak beberapa menit yang lalu, namun ia memilih memejamkan matanya, menunggu ruby menghampirinya.
"Tanggung jawab yang, gue mau bangun, tapi bikin tidur dulu jendra juniornya" jendra mengucapkannya dengan mata yang masih tertutup.
"Ahh! Masih pagi jen"
"Justru tiap pagi dia lebih nakal, yang" jendra menuntun tangan ruby untuk menyentuh miliknya yang masih berada di dalam celana boxernya.
"Jen, tap___"
"Sampe gue telat masuk kelas, hukumannya lebih dari ini sayang"
Ruby terbelalak dengan mulutnya yang menganga ketika jendra menurunkan boxernya, ruby melihat junior milik jendra yang besar dan berurat.
Jendra menuntun tangan ruby untuk mengelus dan memainkannya, tangan ruby terlalu kecil untuk melingkari junior jendra.
"Sshhh aahh, good job baby!" desah jendra sembari mengelus kepala ruby.
"Udah jen, ini lama" tutur ruby yang merasakan tangannya mulai leleh mengocok kejantanan jendra.
"Mau cepet? Hm? Isep sayang"
Dengan sedikit ragu, kepala ruby mendekati junior milik jendra, lidahnya ia julurkan untuk menjilati kejantanan itu.
Jendra mengepalkan tangannya. "Aah fuck!
Setelah dijilati, ruby mulai membuka mulutnya untuk mengulumnya, kepalanya naik turun menikmati.
"Yang, sshh oughh, bentar lagi"
Jendra memejamkan mata, mendongakkan kepalanya ke atas dan menggigit bibir bawahnya, ketika mulut ruby bergerak naik turun semakin cepat, ini terlalu nikmat hingga jendra merasakan sudah di puncaknya.
"Oughh, oh shit! Ahhh ahhh!"
Jendra mengeluarkan cairan putih kentalnya tanpa aba-aba, ruby menarik kepalanya dengan cepat namun cairan itu sedikitnya masuk ke dalam mulutnya.
"Argh jen! Bilang kalo mau keluar" omel ruby.
"Maaf sayang, lain kali gue bilang kalo mau keluar"
"Lain kali?"
Jendra menarik satu sudut bibirnya ke atas saat melihat raut wajah ruby yang tegang dan sedikit panik mendengar ucapannya.
"Yes baby girl"
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
