
“Sssttt, Sayang maafkan aku, aku sudah menyakitimu.”
Adena tidak menjawabnya dia terus menangis. Pikirannya sangat kalut, batinnya berperang hebat dengan raganya. Bahkan perasaan serta logikanya juga ikut berperang.
“Sayang, aku sangat mencintaimu. Maafkan kebodohanku yang selalu melukaimu. aku tidak ingin berpisah denganmu. Aku sangat mencintaimu Sayang. Maafkan aku.” Bisik Dzaki lembut di telinga Adena.
“Dzaki, aku lelah. Aku ingin tidur.” Bisiknya. Tenaga Adena seperti terserap habis. Kepalanya...
Bertahan dalam Luka
21
27
16
Berlanjut
Cerita ini didedikasikan untuk pembaca setia aku yaitu Mak Dee, semoga suka 👸🏼👸🏼👸🏼☘☘☘☘Adena dan Dzaki sudah menjalin hubungan selama tiga tahun dan berencana akan menikah. Perjalanan cinta yang berliku membuat Dzaki terjerat dalam perasaan bosan dan hambar. Setiap hari perasaannya kian berubah dan puncaknya satu bulan sebelum hari-H Dzaki mendadak cuek dan mengurangi komunikasi bahkan kontak fisik dengan Adena. Adena yang menyadari perubahan sikap calon suaminya mulai mempertanyakan keseriusan Dzaki dan berujung pada bertengkar hebat. Adena yang merasa hanya berjuang sendirian kini mulai menyerah. Dia menyerahkan semua keputusan kepada Dzaki. Adena diam-diam pergi tanpa sepengetahuan siapa pun dan hanya meninggalkan sepucuk surat untuk keluarganya. Dia juga mengirim pesan kepada Dzaki yang membuat pria itu kehilangan cintanya.
1,270 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Bertahan dalam Luka Bab 8
2
3
“Berapa lama kita pacaran? Selama ini saat kamu ingin, aku melayanimu seperti orang bodoh. Lalu kamu marah dan kita kembali melakukannya. Setiap kali kita bertengkar hebat obatnya hanya satu, tubuhku! Kamu hanya mempermainkan aku selama ini Dzaki. Aku tahu memang tidak layak bersamamu. Aku ini kotor, aku juga murahan. Lelaki mana yang mau menjadikan aku sebagai istrinya!” teriak Adena sambil menangis.“Aku tidak pernah menganggap begitu!” teriak Dzaki.“Tapi aku merasakannya Dzaki, hatiku merasa begitu!”Dzaki menghela napas pelan. Dia menatap Adena lekat-lekat. “Apa kamu sudah siap jika aku melamarmu?”“Buktikan ucapanmu baru kamu tahu aku siap atau tidak.”“Astaga, Yang. Aku bukan nggak mau menikahimu. Aku pasti menikahimu, bisa nggak kamu bersabar.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
