
Deskripsi Singkat:
Perasaan yang terpendam, cinta yang tak terbalas, dan perubahan yang tak terelakkan membawa Arata, Ayame, dan Anglika pada persimpangan baru dalam hidup mereka. Saat Ayame akhirnya mengungkapkan isi hatinya, Arata dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa cinta tidak selalu berarti memiliki. Di tengah hubungan yang semakin rumit, akankah mereka menemukan jawaban atas keraguan dan harapan mereka, atau justru semakin tenggelam dalam bayangan masa lalu yang sulit dilepaskan?
Bab 12: Perubahan yang Tak Terelakkan
Minggu-minggu berlalu dengan cepat setelah pertemuan Arata dengan Anglika di bawah pohon sakura. Sebuah kekosongan yang terasa aneh mulai mengisi ruang dalam diri Arata. Ia sering melihat Anglika di sekolah, meskipun mereka tidak lagi berbicara seperti dulu. Kedekatan mereka telah berubah, menyisakan jarak yang terkadang membuat Arata merasa kesepian, namun juga memberikan kesempatan untuk berpikir lebih jernih.
Di sisi lain, Anglika merasa lega, meskipun ada rasa perasaan tak terlacak yang menggantung di hatinya. Setelah percakapan itu, ia merasa bebas untuk menjalani hidup dengan cara yang lebih mandiri. Tetapi kenyataan bahwa Arata masih ada di sekitarnya membuatnya tetap ragu, seperti ada ikatan yang tidak mudah diputuskan meski tidak terlihat jelas. Ia tahu Arata merasa kehilangan, tetapi ia tidak bisa kembali ke masa lalu—terlalu banyak hal yang telah berubah, termasuk dirinya sendiri.
Pada suatu hari, setelah pelajaran berakhir, Ayame menunggu Arata di gerbang sekolah. Rambutnya yang panjang dan gelap tersisir rapi, dan matanya yang biasa tersembunyi kini mencerminkan tekad yang lebih jelas. Ia ingin berbicara dengan Arata, melepaskan perasaan yang selama ini terpendam.
"Ayame, ada apa?" tanya Arata, sedikit terkejut melihat Ayame yang menunggunya dengan wajah yang serius.
"Arata... aku ingin membicarakan sesuatu," kata Ayame pelan, menunduk sejenak, lalu menatap langsung ke mata Arata. “Kamu tahu aku sudah lama menyimpan perasaan ini, kan? Tapi aku merasa, setelah semuanya yang terjadi antara kamu dan Anglika... aku tidak bisa lagi diam. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa meskipun aku tahu kamu sudah ada satu wanita di hatimu, aku tetap menganggap kamu sangat berarti untukku.”
Arata terdiam, bingung sekaligus merasa cemas. “Ayame... aku...” Ia hendak berbicara, tetapi tak ada kata yang benar-benar keluar. Di satu sisi, ia merasa bersalah karena tak dapat membalas perasaan Ayame. Di sisi lain, ia ingin menghargai perasaan Ayame, yang selama ini telah ada di sana untuknya. “Aku sangat menghargai kamu, Ayame. Tapi aku... aku tidak bisa menjanjikan apa pun. Kamu tahu hati ini hanya ada untuk seseorang."
Ayame tersenyum, meskipun ada kesedihan di matanya. “Aku tahu. Aku hanya ingin kamu tahu, aku akan selalu ada untuk kamu, Arata. Apapun yang terjadi.”
Arata memandang Ayame dengan rasa terharu, menyadari bahwa Ayame memang telah berubah banyak. Dulu, dia hanya gadis pendiam yang kini berubah menjadi seseorang yang kuat dan dewasa. Meski hatinya terluka, Ayame tahu ini adalah saat yang tepat untuk melepaskan perasaan itu. Ia tahu Arata tidak akan pernah menjadi miliknya, tetapi yang terpenting adalah dirinya menjadi pribadi yang bisa mendukung Arata meskipun dalam cara yang berbeda.
Setelah momen itu, Arata hanya bisa mengangguk perlahan. Mereka berdua berdiam sejenak, seperti ada angin sepoi-sepoi yang menenangkan suasana canggung di antara mereka. Dalam ketenangan itu, Arata akhirnya mulai mengerti sesuatu yang sederhana—cinta itu tidak selalu berarti memiliki. Cinta bisa berarti mendukung tanpa berharap, membiarkan orang yang kita cintai berjalan di jalannya sendiri, bahkan jika itu berlawanan dengan keinginan kita.
Namun, perjalanan mereka belum selesai. Perasaan tak terucapkan dan hubungan yang rumit antara Arata, Ayame, dan Anglika tidak akan berakhir begitu saja. Ada banyak hal yang perlu diselesaikan.
---
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
