Fated 2 (Lanjutan Extrapart MLBTY)

147
49
Terkunci
Deskripsi

Sebelum beli baiknya cek review dulu yaah karena beberapa ga suka sama lanjutannya ini. Jadi takutnya udah terlanjur beli eh ternyata ga sesuai ekspektasi terus kecewa. Jdi yakinkan dlu yah mau beli apa ga nya. 

 

Cerita ini adalah extrapart tambahan Fated yang berjudul (My Love Belongs To You). Jadi ini ngga ada di buku ya. 

23,464 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
350
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya We Are Your Fault (Lengkap)
92
13
Berawal dari one night stand yang tak pernah Rere Irdiana bayangkan akan terjadi dalam kehidupannya. Ia harus menikah dengan seorang pria arogan, Kenzo Adigama.Pernikahan yang dibangun tanpa dasar cinta itu terjadi hanya karena Kenzo yang ingin memanfaatkan Rere untuk urusan pribadinya, dan Rere yang memanfaatkan Kenzo demi nama baiknya. Prinsip wanita itu, janda tidak perawan jauh lebih baik, daripada gadis namun sudah tak perawan.Meski begitu, Rere berusaha bersikap layaknya seperti seorang istri. Sedang Kenzo tetap pada pendiriannya yang selalu ingin menjadi lelaki bebas tanpa wanita. Rere baginya tak lebih dari seorang pembantu. Bukan seorang istri.Ketika Rere akhirnya sampai pada titik terakhir untuk bertahan. Perasaan cinta yang tulus, menyelusup ke hati Kenzo, membuatnya bimbang akan hati yang tiba-tiba dilanda keraguan.Namun belenggu masa lalu yang suram, mengusik pria itu, seperti tak rela melepaskannya begitu saja. Masa lalu dengan cinta pertamanya seolah menjelaskan, betapa takdir mengejek dirinya yang tak pernah bersahabat baik dengan cinta.  We Are Your Fault  Copyright @ Greya Publisher, 2017Penulis : Greya CrazPenyunting : Greya CrazLayout : SM DesignCover : Aziza Le Hak Cipta penulis dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian, atau seluruh isi tanpa izin penulis.      Ucapan Terima kasih  Spesial untuk keluargaku tercinta yang selalu mendukungku, tidak peduli itu adalah hal yang sebenarnya tidak kalian setujui, tapi kalian begitu percaya jika aku pasti bisa melakukannya.Untuk pembaca yang memberikan dukungan untuk cerita ini. Kalian membuat saya bahagia. Juga terima kasih untuk kalian yang mau membantu saya dalam mengatasi typo dalam cerita ini. Kalian bukan hanya pembaca, tapi juga editor terbaik. Terima kasih sekali.Untuk Mbak Fatmah, yang sering saya recokin. Saya gangguin dengan chat aneh-aneh saya. Makasih dukungannya, Mbak-ku! Untuk Madam Lea. Makasih udah mau aku sibukan dengan berbagai pertanyaanku. Makasih untuk semua tawaran bantuannya. Makasiiih Madaaam!!Terima kasih untuk yang sudah merekomendasikan cerita ini di lapak kalian. Terima kasih. Juga yang membuatkan cover untuk WAYF selama berada di wattpad, terima kasih.Tapi di atas itu semua. Rasa syukur yang berlimpah saya haturkan kepada-Nya. Dia penuntun saya. Allah.     Cinta adalah sesuatu yang tak kasat mata.Seperti hal ghaib, ada namun tak tampak.Seperti sebuah sengatan. Terasa, namun susah untuk dijabarkan bentuknya.Cinta itu bentuk kata kerja yang dilakukan oleh hati.Di mana semua itu muncul bukan karena kita mau.Tapi karena Tuhan yang menganugerahkannya pada kita.   We Are Your Fault      Bab Satu  Rere masih asyik mengerjakan pekerjaan kantornya di depan komputer dengan kacamatanya yang lumayan tebal dan sedikit mengganggu. Mengganggu mata orang-orang yang melihatnya. Bagaimana tidak? Dia masih setia mengenakan kacamata bulat dan tebalnya, rambut berminyak yang selalu ia cepol ke belakang, padahal ini sudah memasuki tahun 2016. Apalagi minyak yang ia kenakan adalah minyak rambut alami yang terbuat dari kemiri. Dia kuno, bukan?Ya ... itu lah Rere. Dia adalah wanita berusia dua puluh tujuh tahun yang jauh dari jodoh. Bagaimana tidak jauh, jika dia seperti siput yang selalu bersembuyi ke dalam cangkangnya di saat ada pria yang mendekat. Mungkin dia takut karena yang mendekatinya bukan pria tampan melainkan pria berumur dengan tubuh tambun. Kasihan dia. Tak ada pria tampan atau pun pria muda yang mendekatinya. Andai saja dia mau memoles sedikit saja wajah dan penampilannya.Sebuah sentakan dari suara melengking rekan kerjanya membuat perhatian Rere bercabang. Re! Nanti malem anterin gue, ya? ajak Laras teman wanita yang lumayan dekat dengannya. Hanya lumayan dekat saja. Khususnya, jika membutuhkan bantuannya.Kemana? tanya Rere menghentikan jemarinya yang sejak tadi menari-nari di atas keyboard. Dia membenahi letak kacamatanya, barulah kemudian mendongak melihat Laras, wanita yang mendapat julukan Betty Boob karena ukuran dadanya yang, wow! Fantastis.Ke tempat temen, jawab wanita itu berbicara dengan memaju-majukan bibirnya yang seksi.Kenapa aku? tanya Rere lagi.Mobil gue di bengkel. Motor ngga ada. Mau naik taksi, duit gue udah nipis, cin! Lo anterin gue, ya? biar dapet pahala! ujar Laras.Oooh ... jam berapa? tanya Rere mengangguk-anggukan kepalanya.Jam delapan malam lo kudu udah nyampe di apartemen gue! Ya udah, ya? Gue sibuk. Bye Rere, ucap Laras langsung kembali ke kubikelnya.Rere terdiam sejenak. Sebenarnya dia tahu jika dia dimanfaatkan. Hanya saja, dia memang tak bisa menolak. Itu adalah ajaran ibu panti yang mengatakan bahwa jangan pernah menolak jika ada orang yang meminta bantuan. Sayangnya karena hal itu, banyak yang memanfaatkannya.Benar. Rere adalah yatim piatu yang dibuang orangtuanya di depan panti asuhan Restu Bunda. Hingga ia tamat SMA, tak ada satu pasangan pun yang sudi mengadopsinya. Sesuai peraturan, Rere harus keluar dari panti asuhan untuk meringankan biaya pengeluaran. Walau sebenarnya, ibu panti tidak pernah memintanya pergi walaupun tak ada yang mengadopsinya.Tapi masalahnya ibu panti yang mengurus saat itu meninggal dunia saat ia berusia enam belas tahun. Jadilah ia diusir oleh ibu panti pengganti yang seperti ibu tiri menurutnya. Kejam! Tapi setelah dua tahun dia pergi, ibu panti kejam itu juga meninggal dunia, lalu diganti dengan ibu panti baru yang sangat baik.Dia tahu jika ibu panti berikutnya baik, karena dulu sesekali dia masih berkunjung. Namun semenjak dia sudah pindah ke luar kota. Jadilah ia tak pernah berkunjung di rumah yang sudah membesarkannya itu. Dia kini hidup di Jakarta. Kota metropolitan yang dikunjunginya lima tahun yang lalu. Sementara sebelumnya, ia tinggal di kota Balikpapan, yang merupakan tempatnya dibuang oleh orangtua kandung. Malang.*Sekali lagi Rere mematut dirinya di cermin. Tadi Laras berpesan agar dia melepas kacamatanya mengganti dengan softlens. Selain itu juga dia diminta untuk keramas agar terlihat segar tanpa minyak kemiri.Rambutnya dulu tipis. Namun karena minyak kemiri, sekarang rambutnya sudah lumayan tebal. Karena itu dia menggunakan minyak tersebut. Tapi memang sepertinya dia harus menghentikan penggunaan ramuan itu jika tak ingin selalu dihindari oleh pria tampan.Dia harus tampil cantik demi bisa menggaet seorang pria. Dia sudah dua puluh tujuh tahun. Dia harus sudah menikah untuk menghidupi kehidupannya yang sangat pas-pasan.Rere tampak manis dengan softlens berwarna coklat dan rambut bergelombangnya yang ia biarkan terurai begitu saja menutupi leher jenjangnya yang putih. Dia tersenyum lebar tak percaya bahwa bisa tampil secantik ini.Dia tidak menggunakan make-up apa pun karena dia tidak memiliki lipstik atau benda lainnya yang disebut 'perlengkapan berdandan wanita'. Bahkan untuk bedak, dia mengenakan bedak bayi. Sabun bayi, lotion bayi, juga minyak telon untuk bayi jika dia masuk angin.Katanya, wanginya jauh lebih enak dan tidak membuatnya pusing. Dia membenci bau parfum. Wangi cairan beraroma menusuk itu bisa merusak indra penciumannya.Baiklah! Sudah tampil memukau—menurutnya—dengan dress panjang hingga nyaris menutupi mata kaki, juga lengan tangan yang panjangnya, nyaris menenggelamkan jemarinya. Rere siap berangkat.Dengan motor matic-nya, Rere melajukan motor dengan begitu pelan. Kemudian tak lama ia tiba di apartemen Laras yang berada tak begitu jauh dari apartemen murah miliknya.Rere menunggu di lobby. Lima belas menit menunggu, lewat dari yang sudah dijanjikan. Laras baru muncul. Wanita dengan dada yang besar itu mengenakan dress ketat berwarna merah. Rere membuka mulutnya. Dua gunung kembar itu seakan ingin meloncat keluar dari sarangnya.C'mon! Laras menarik tangan Rere.*Rere tidak tahu tempat apa ini. Baru pertama kali dia masuk ke dalam ruangan yang begitu berisik dan bau. Rere mengernyitkan keningnya. Tak tahu jika penampakan club itu seperti ini. Berisik dan sesak. Rere menyilangkan tangan di depan dada takut jika miliknya yang kecil itu tersentuh tangan-tangan pria yang ada di sekelilingnya.Apalagi dirinya yang mendadak menjadi perhatian beberapa pengunjung. Penampilannya yang begitu sopan tentu saja mengundang tawa. Tapi dia tidak peduli. Lagian dia tak sudi jika harus mengenakan pakaian seperti yang Laras kenakan. Menjijikkan.Gue ketemu sama temen gue dulu. Lo di sini aja, ya?! ucap Laras setengah berteriak karena suara musik yang memekakkan telinga.Jangan lama-lama! teriak Rere takut. Dia takut karena ada banyak pasang mata yang menatapnya begitu liar seolah ingin menelanjanginya.Iya! Tenang aja! jawab Laras lalu pergi meninggalkan Rere di meja bartender. Diam dia di sana dengan perasaan menyesal. Mengapa dia harus menolong Laras? Dia jadi tersesat di tempat antah berantah ini, kan jadinya.Hai! Seorang pria muda dan tampan menghampirinya. Rere terpaku. Tak pernah ia disapa pria tampan kecuali teman kerjanya yang hanya ingin meminta bantuannya saja.Sendiri? ngga pesen minum? ucap pria itu duduk di sebelahnya. Pria yang ramah. Begitu pikir Rere.Aku tidak minum alkohol! jawab Rere tersenyum lebar.Begitu?! tanya pria tersebut tak perlu meragukan pernyataan Rere. Semua terlihat jelas dari penampilan lugu wanita itu.Rere mengangguk.Aku bawa air mineral. Kamu haus? Akan aku ambilkan, tawar pria itu semakin membuat Rere kagum.Kalau tidak merepotkan, jawab Rere tersenyum malu. Dia merona.Pria yang tampaknya ramah itu segera pergi menuju tempatnya yang kebetulan ada beberapa teman yang menunggu dirinya.Bagaimana? tanya teman prianya.Dia terlalu polos. Berikan aku air putih dan obatnya. Dia pasti masih perawan. Aku akan menikmatinya sebentar lagi! ucap pria itu senang. Dia tak menyangka akan mendapatkan durian runtuh.Temannya kemudian menyodorkan sebotol air mineral serta sebutir obat. Semoga berhasil. Dengan tambahan sedikit alkohol, ucap temannya.*Lama? tanya pria itu kembali menghampiri Rere yang celingukkan mencari keberadaan Laras yang hilang tertelan lautan manusia.Tidak, jawab Rere yang lalu menerima air putih yang pria itu sodorkan.Minumlah. Aku tahu kamu haus,ucap pria itu kembali duduk, sambil melemparkan pandangan tulus pada Rere.Rere mengangguk, lalu meneguk minuman di dalam botol itu hingga isinya tinggal setengah. Pria itu tersenyum licik. Sebentar lagi dia akan mendapatkan mangsa yang bagus.Menunggu reaksi obat yang mulai menjalar ke seluruh tubuh Rere, mereka terus berbincang, atau lebih tepatnya pria asing itu yang banyak berbicara karena Rere tak tahu harus berbicara apa. Pusing sudah mulai menjalari kepalanya yang kini terasa begitu berat.Beri aku wine! Seorang pria yang baru saja duduk di sebelah kiri Rere berteriak kepada bartender.Jadi berapa lama kamu tinggal di Jakarta? tanya pria asing yang tadi memberinya minum.Lima tahun! jawab Rere yang mulai merasakan aneh pada tubuhnya. Diam-diam pria itu kembali tersenyum licik. Sepertinya tanduk setan sudah muncul sempurna di atas kepalanya.Lalu, berapa kali kamu pacaran? tanyanya lagi mulai memancing pembicaraan seputar pria.Tidak pernah, jawab Rere gelisah. Rere memutar kursinya menghadap bartender. Dia kembali meneguk sisa minuman yang ada di botol hingga tandas, berharap itu bisa mengurangi panas yang tiba-tiba membakar tubuhnya.Oooh ... jadi tidak pernah mengenal laki-laki, hem? pria itu mulai menyentuh paha Rere perlahan-lahan dengan gerakan menggesek.Mendadak ada yang berdesir hingga ke pangkal paha wanita itu saat menerima sentuhan si pria asing. Dia tak pernah mengalami hal seperti ini.Heem, jawab Rere tak sanggup menjawab. Dia merasakan tubuhnya semakin memanas.Ada apa? tanya pria itu kemudian berdiri mendekatkan wajahnya ke telinga Rere, memberikan tiupan panas ke telinga wanita itu.Walau tak begitu sadar, ternyata Rere cukup tahu jika ada yang berusaha mengambil kesempatan atas dirinya. Jangan terlalu dekat! teriak Rere mendorong pria itu hingga terjatuh.Rere kemudian memilih berdiri perlahan. Mengapa rasa panas ini begitu sakit dan menyiksanya? Rere mendongak dan melihat pria asing yang tadi memesan segelas wine.Ayo ikut aku, ucap pria asing yang tadi ia dorong. Pria itu memegang pundak Rere dan sedikit menarik tubuh sempoyonyan wanita itu.Ssst! Jangan menyentuhku! teriak Rere lantang menyentakkan bahunya. Pegangan itu terlepas. Sementara mata Rere masih memandang pria setengah mabuk yang duduk di depannya.Ganteng, ucapnya mulai meracau. Kesadarannya yang sudah hilang setengah, sepertinya mulai hilang seutuhnya. Rere mulai mabuk.Aaah, desah wanita ini saat rasa panas semakin menyiksanya.Hei, ayo ikut aku, ucap pria asing sedikit memaksa agar Rere yang sudah mulai terpengaruh obat perangsang mau menurut padanya.Lepaskan! Aku mau laki-laki ini! ucap Rere mendorong pria yang menarik lengannya. Lalu tanpa menunggu, Rere langsung menarik tengkuk pria pemesan wine yang setengah mabuk itu hingga bibir mereka bersentuhan.Pria itu jelas mendorong Rere.Hey! Apa yang kam—aaah! desah pria itu tiba-tiba. Oh my god! Rere touch your dick, stranger.Rere meremas pelan milik pria tak dikenalnya itu penuh gairah. Entah belajar dari mana wanita ini. Yang jelas gairah itu telah menuntunnya untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.For god's sake! You are mine, baby, pria asing yang sudah meracuni Rere dengan obat perangsang berusaha menarik Rere yang malah asyik merangsang pria lainnya. Salah sasaran.Don't touch her! bentak pria yang miliknya masih berada di genggaan mungil Rere.She is mine! ucap pria itu penuh ancaman.Hey, bro. leave them. Jangan main-main sama dia. Seorang pria melerai mereka. Dia Kenzo Adigama. Jauhi dia, ucap pria itu lagi menarik pria yang sejak awal sangat ingin mencicipi tubuh Rere.Dia menggeram kesal karena usahanya ternyata gagal. Dia yang memberi obat perangsang itu. Tapi malah pria lain yang menikmatinya.Sementara itu, pria yang disebut Kenzo malah terpejam nikmat tak mempedulikan sekitar yang mungkin sempat menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. Sama juga dengan Rere yang sama sekali tak terpengaruh dengan keributan yang dikarenakan dirinya. Dia sedang menikmati leher dan junior pria ini yang sudah mengeras di bawah sana.Tidak di sini, Sayang. Tidak di sini, ucap Kenzo lalu berdiri dan menarik tangan Rere keluar dari keramaian. Mabuknya tak memengaruhi dirinya 100 persen. Dia masih sadar dengan di mana mereka berada dan di mana seharusnya mereka bercinta.Ada desahan kecewa yang lolos dari mulut Rere saat ia tak bisa menikmati leher Kenzo lagi. Panas! lirihnya di perjalanan. Kenzo membawa wanita itu ke sebuah hotel yang ada di depan club. Sesekali ia sempat menengok Rere dan dia tersenyum miris karena tahu apa yang pria asing tadi berikan pada wanita ini. Dasar licik, batinnya. Walau ia tak kalah licik dengan memanfaatkan keadaan. Tapi, hey! Rere yang memancing birahinya.Setelah memesan sebuah kamar. Kenzo menarik cepat tangan Rere yang sudah seperti cacing kepanasan. Bahkan di dalam lift, Rere masih sempat untuk menggoda Kenzo. Memainkan milik pria itu yang sudah sangat mengeras.Kenzo menggeram menikmati sentuhan Rere. Tidak di sini. Namun kewarasan masih mengontrolnya untuk tak kebablasan dan melucuti pakaian wanita yang belum ia ketahui namanya ini di dalam lift. Walau sesungguhnya dia juga sudah sangat tak tahan. Remasan amatir Rere ternyata membangkitkan gairahnya yang sudah selama satu bulan ini ia tahan.Tiba di kamar, Kenzo segera mengunci pintu. Sementara Rere langsung melepas seluruh bajunya. Panas membuatnya berteriak frustasi, walau sesekali dia mendesah penuh gairah.Kenzo menelan ludahnya kasar. Tubuh mungil wanita itu begitu menggodanya untuk segera melabuhkan diri dalam penyatuan yang sarat akan nafsu. Tak kuasa menahan diri melihat tubuh Rere yang sudah tak tertutupi sehelai benang pun. Kenzo langsung mengangkat tubuh Rere, lalu membawanya ke atas ranjang.Aaah! lenguh Rere nikmat saat jemari Kenzo bermain-main di miliknya yang sudah begitu basah.Kamu sudah sangat basah, ucap pria itu serak. Matanya berkilat penuh nafsu. Dadanya pun bergemuruh kencang. Akhirnya ia akan merasakan lobang surga dunia lagi setelah satu bulan berpuasa.Kenzo menurunkan wajahnya, lalu meletakkan bibirnya mencicipi milik Rere yang seolah menari mengajaknya untuk segera berlabuh ke sana. Lidahnya langsung menerobos membelah bibir inti Rere yang nampak memerah,Aaahh! teriak Rere menggelijang nikmat.Ia semakin bergerak tak karuan saat lidah itu melakukan gerakan menusuk. Eemh!! Toloong! Aaah! Rere ingin segera dilepaskan dari birahi gila yang menyiksanya hingga ia menarik kasar rambut Kenzo dan sesekali menekannya ke dalam.Kenzo menarik tangan Rere dari atas kepalanya, lalu ia menjauhkan wajah dan merangkak naik menindih tubuh Rere. Menciumi bibir wanita itu, dengan begitu brutal.Baiklah, malam yang panas sudah di mulai. Gerakan dan desahan erotis berkumandang di sekitar keduanya. Malam yang indah untuk mereka, namun sama sekali tak menjamin, jika ini adalah permulaan yang indah pula.  Bab Dua  Cahaya yang mengintip dari celah tirai jendela mengganggu sepasang mata yang kelopaknya bahkan masih tertutup rapat. Sepasang alis indahnya bertaut saat merasakan silaunya mentari pagi. Rere mengerjap beberapa kali.Em.... geramnya tak kuasa menerima sorotan mentari. Setelah beberapa saat beradaptasi dengan keadaan, baru kemudian Rere membuka sepasang kelopak matanya perlahan hingga ia menyadari di mana dirinya berada. Kerja otaknya lumayan cepat juga ternyata.Rere mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Dia tak mengenal tempat ini Tsk ... Aah!! erangnya saat rasa sakit menyerang kepala. Kembali setelah itu sorot matanya mengelilingi ruangan yang tampak dan terasa asing ini.Aku di mana? Rere mencoba mengingat-ingat di mana dia berada. Namun semakin jauh dia mengingat, maka kepalanya akan merasakan sakit yang berkali lipat.Hawa dingin dari AC yang terus menyala membuai kulit tak berpenghalang itu. Rere kedinginan. Hingga hal itulah yang menyadarkan dia akan ketelanjangan tubuhnya. Melihat dadanya yang terekspos dengan bagian pinggang ke bawah hanya ditutupi oleh selimut. Membuat tenggorokannya mendadak sakit.Mata indahnya memanas. Bibirnya sudah melengkung menyedihkan. Dia berada di tempat asing. Di sebuah kamar hotel—tebaknya—dalam keadaan tak berbusana. Kulit tubuhnya meremang tak sanggup menerima kelebatan bayangan atas apa yang terjadi padanya semalam.Dia berkenalan dengan seorang pria. Kemudian merasa panas dan pusing dan setelah itu dia lupa. Lupa melakukan apa lagi walau kenyataan pagi ini cukup memberinya petunjuk atas apa yang terjadi semalam. Apa lelaki yang tadi malam telah memasukkan sesuatu ke dalam minumannya? Tapi mengapa? Salah apa dirinya hingga diperkosa seperti ini?Tubuhnya bergetar hebat bersamaan dengan air mata yang terus meluncur jatuh. Rere kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Satu-satunya harta yang ia punya untuk membahagiakan suaminya kelak, namun sudah direnggut begitu keji dengan seseorang yang tak dikenalnya.Dia membekap mulutnya saat isakan lirih itu meluncur halus namun begitu memilukan. Dipukul dan dicakar tubuhnya dengan cukup keras seakan ingin menghilangkan jejak kotor di sana. Ditarik rambutnya bersama erangan frustasi. Dia merasa menjadi wanita bodoh. Bodoh tak bisa melindungi harga dirinya sendiri.Gerungan itu menggema di setiap sudut ruangan. Rere mengutuki dirinya, tak peduli tubuhnya perih oleh cakarannya sendiri. Bahkan perih di matanya akibat softlens yang ia kenakan selama dirinya tidur, tidak sama sekali dirinya pedulikan. Dia fokus pada rasa kecewa akibat kebodohannya sendiri.*Dua hari Rere menggelung diri di kamar. Pagi itu, setelah dia bisa menenangkan dirinya di hotel. Dia kembali ke club malam yang ia datangi bersama Laras malam itu. Kebetulan pula letaknya berhadapan dengan hotel tempatnya menginap.Beruntung. Bahkan setelah kehilangan mahkota kewanitaannya, wanita ini masih bisa mengatakan beruntung karena tas dan motornya tak hilang. Tasnya dijaga oleh bartender yang menemukan. Sementara motornya tetap terparkir di area parkir.Diusap wajah pucat dan sembabnya—karena terlalu banyak menangis—itu setelah dirasanya cukup. Cukup bermuram durja dengan semua sesal yang tiada guna. Dia masih memiliki kehidupan yang harus ia lanjutkan. Dia butuh makan juga butuh uang untuk membeli bensin.Perlahan tubuh kurus itu bergerak untuk duduk. Pandangannya begitu menyedihkan. Tak ada sorot kehidupan di sana selain kelam. Mungkin bagi orang ini adalah hal yang terlalu berlebihan untuk ditangisiYa ... di era yang serba modern ini, memang keperawanan bukan hal yang diagung-agungkan lagi oleh sebagian perempuan. Tapi tidak dengan dirinya yang masih menganggap keperawanan adalah tolok ukur kehormatan sebagai wanita yang belum menikah. Bukan hanya keperawanan. Lebih tepatnya, tubuhnya adalah kehormatan yang tak boleh disentuh oleh lelaki yang bukan suaminya.Tapi apa yang harus dirinya lakukan. Dia diperkosa. Bukan maunya diperkosa seperti malam itu. Lelaki brengsek yang selama dua hari ini terus dikutuknya itu telah memerkosanya lalu meninggalkan dirinya begitu saja bak pelacur. Pelacur saja masih diberi uang sebelum pergi. Sementara dia? Jadi maksudnya, dia mau dibayar, begitu?Tangisnya kembali pecah. Dia tak mau dibayar. Dia hanya mau lelaki itu bertanggung jawab karena telah merenggut kehormatannya. Tapi kepada siapa dia meminta pertanggungjawaban?Setelah kembali menangis meraung membelah keheningan di kamar kecilnya. Rere bangun saat perutnya berkerontangan meminta makan. Dua hari ini dia hanya mengisi lambung kecilnya dengan air dan air. Tak nafsu makan, ataupun melakukan aktivitas seperti biasa yaitu bekerja. Dengan langkah menyeret, dia menuju dapur untuk sekedar mencari apa yang bisa dimakan. Sayang, tak ada makanan siap makan. Hanya ada telor, Mie, daging yang masih perlu diolah agar menjadi makanan lezat.Antara mau dan tak mau. Terpaksa Rere mengeluarkan dua telor serta mengambil seiris daging. Telor dadar isi daging cincang yang paling gampang dibuat dan tak memakan waktu lama.Usai merampungkan makan dan membereskan apartemennya yang kacau balau, Rere segera mandi membersihkan tubuhnya yang sudah dua hari ini tak pernah menyentuh air. Iyuwh! Walau tak pernah berdandan ala wanita sejati. Tapi Rere bukan wanita jorok. Selain dua hari ini. Dia mentoleransi kejorokannya karena baru tertimpa musibah.Tok tok!Rere mendongak. Ada tamu di jam ... Rere memutar kepalanya dan melihat jam yang menggantung di atas ranjang. Matanya menyipit agar bisa melihat jelas pukul berapa sekarang. Sialnya posisinya terlalu jauh dari jam itu.Tsk! Rabun! gerutunya lalu mau tak mau ia segera keluar dari kamarnya dengan rambut basah yang bersembunyi di dalam handuk. Setidaknya dia sudah mengenakan pakaian lengkap untuk menyambut tamu tak diundang.Selamat siang, sapa pria berjas hitam yang berdiri tegap di hadapan Rere. Bibir wanita ini membulat seketika. Ooh ini siang?Cari siapa, ya? tanya Rere sopan setelah tahu kira-kira jam berapa sekarang. Antara jam sebelas sampai jam dua siang. Menurutnya itu adalah jamnya siang hari. Entah menurut orang lain, dia tak peduli.Mencari anda, jawab pria yang usianya mungkin baru menginjak kepala empat. Tampan. Begitu batin Rere memuji. Namun dia segera menggeleng kencang saat sadar jika pria di hadapannya ini mengatakan sedang mencarinya. Untuk apa? Batinnya langsung bertanya. Lalu ia langsung memberi pandangan menelisik, mulai menerka-nerka siapa pria yang berdiri gagah di depannya ini.Anda debt collector? Saya tidak pernah memiliki hutang. Anda polisi? Saya rasa bukan. Lagian untuk apa polisi kesini? Oh ... atau anda.... Rere memberi pandangan curiga orang yang berdiri di hadapannya ini sambil menilai dari atas hingga ke bawah.Sementara yang diperhatikan seperti itu hanya memberikan senyum dikulum. Entah apa yang ada di otak Rere hingga menyangkanya yang tidak-tidak. Rere menggeleng dengan wajah menyerah. Saya tidak mengenal anda. Mengapa mencari saya? Dugaannya yang menyangka pria ini adalah debt collector sepertinya meleset.Saya minta Anda ikut dengan saya sekarang. Ucapan pria ini terdengar sopan. Hanya saja, ada nada perintah di dalamnya. Rere mulai mengerjap dengan ekspresi takut.Anda siapa? tanyanya lagi dan kali ini dengan tangan menyilang di depan dada.Ikut saya, ujar pria itu lagi menyembunyikan senyumnya atas tingkah aneh Rere.Anda pikir saya anak SD, diminta untuk ikut begitu saja saya mau? Huus! Silahkan perg—Aaa! pekik Rere saat ingin menutup pintu dengan cepat, pria di hadapannya malah menahan pintu tersebut, menarik tubuhnya lalu meletakkan sesuatu di hidungnya hingga membuat Rere tak berdaya. Tak lama wanita ini langsung tak sadarkan diri.Dia dibius.*Derap langkah itu terdengar nyaring dan menghentak dalam tempo yang cepat. Seorang pria dengan setelan jas yang terpasang rapi dan begitu pas di tubuh kekarnya tampak masuk dengan tergesa-gesa ke dalam rumah yang hanya ada seorang pria yang duduk di sebuah single sofa, serta seorang wanita yang—tertidur pulas—masih lengkap dengan piyama dan rambut berantakan setengah basahnya di sofa panjang.Dia ingat wajah itu. Wajah wanita sialan yang mengacaukan semua rencananya. Harusnya malam itu ia tinggalkan saja wanita tak dikenalnya itu dan biarkan diperkosa oleh lelaki licik yang sudah memberi obat perangsang, atau harusnya ia bunuh saja wanita itu setelah dia renggut keperawanannya, dan dia pasti tak akan ada di posisi ini.Kejam. Membunuh seorang wanita yang sudah direnggut keperawanannya. Pria ini bahkan tak pernah menyangka jika wanita berpakaian gamis malam itu adalah seorang wanita amatir. Masih terekam jelas di ingatannya bagaimana wanita itu mengerang kenikmatan, bahkan sesekali terisak kesakitan saat dia terus bergumul dengan tubuh mungil itu. Sangat-sangat tak berpengalaman.Baru 27 hari dan kamu sudah melanggar janji kamu, ujar pria berusia 53 tahun yang masih tampak sehat bugar itu. Segera ia bangun dari duduknya seraya menampilkan senyuman paling licik menurut pria yang baru saja datang.Pria paruh baya itu terdiam sejenak seakan menimbang-nimbang sesuatu. Bagaimana ya kira-kira wajah ibu kamu yang selalu membanggakan anaknya ini? Pria itu mendengus geli. Anak saya itu terhormat! Tidak pernah one night stand sama siapapun! Baik-baik. Saya terima tantangan kamu! Satu bulan. Satu bulan kamu awasi Kenzo, dan kalau dia sampai bermalam dengan wanita. Silahkan. Kenzo masuk ke perusahaan kamu! Pria itu kembali mengulang ucapan mantan istrinya satu bulan yang lalu saat dia memperebutkan Kenzo agar memimpin perusahaannya yang timpang tanpa seorang pemimpin—Direktur.Kenzo. Putranya itu langsung mendengus kasar. Sama sekali dia tak bernafsu bergabung bersama sang ayah, juga sang ibu. Dia ingin menjadi lelaki bebas tanpa terikat dengan apa dan siapa pun. Sudah cukup dua belas tahun hidupnya dihabiskan untuk duduk di balik meja kerja.Sekarang di usianya yang telah menginjak tiga puluh tiga tahun ini, dia ingin menikmati hasil jerih payahnya. Tak perlu bekerja, karena dia cukup menerima hasil dari perusahaan yang sudah ia dirikan setahun yang lalu. Tak perlu menjabat di perusahaan property tersebut, karena dia cukup menerima gaji dan sahabat terbaiknya yang menjalankan.Nikahi wanita itu. Sudah kamu perawani dia, kan? Jadi bertanggung jawablah.Shit! Kenapa dia bisa tahu? Kenzo menyipit memandang ayahnya penuh selidik dan curiga.Bukan jebakan, kalau itu yang ada di pikiran kamu, terka ayahnya sebelum Kenzo mengeluarkan kata-kata yang menjurus ke satu tujuan yaitu apa yang sudah ayahnya terka. Setelah diselidiki, dia ternyata karyawan papa yang merupakan wanita baik-baik. Syukurlah, wanita yang kamu tiduri bukan wanita yang salah.Baik-baik yang tersesat di club malam maksudnya?Kenzo menggeram. Tangannya terkepal erat walau dia tetap berusaha menahan diri untuk tetap tenang. Bukan Kenzo jika terpancing dengan situasi murahan seperti ini.Murahan? Damn you, Kenzo! Masa depanmu akan dipertaruhkan di sini.Menikah dengannya jauh lebih baik daripada menikah dengan wanita pilihan ibu kamu. Dia. Ayahnya menunjuk Rere yang masih tertidur lelap ditemani mimpi indahnya. Rere Irdiana; yatim piatu, single, baik hati dan yang terpenting adalah dapat diajak bernegosiasi. Nikahi dia, lalu kamu bisa aman dari perjodohan yang akan ibu kamu lakukan. Lepaskan dia setelah ibu kamu menyerah. Negosiasi. Pria itu mengangguk-anggukan kepalanya, lalu berbalik meninggalkan Kenzo.Kemudian senyap. Kenzo masih diam karena tengah melakukan perdebatan yang begitu sengit dengan dirinya sendiri. Negosiasi, Kenzo. Tuan Raja Adigama yang terhormat, benar. Nikahi dia dan Nyonya Liandra Lazuardi tidak akan memaksa kamu untuk menikah dengan Jessi. Negosiasi dengan wanita sialan ini?Mata tajam itu langung memandang Rere, memperhatikan tubuh wanita itu dari atas hingga ke bawah. Come to papa, baby bitch!Kaki jenjangnya langsung melangkah mendekati Rere dan mengangkat dengan begitu mudah tubuh wanita itu, seakan bobotnya tak lebih berat dari segenggam kapas.Uhuk! Suara Rere saat perutnya terhantam cukup keras dengan bahu Kenzo. Namun dia tetap tertidur. Bahkan membuka kelopak matanya barang sekejap saja tidak.*Maksudnya negosiasi apa, Mas?Raja mengangkat dagunya, melihat Suci yang baru masuk ke dalam kamar dan berdiri dengan tangan di pinggang, di hadapan Raja yang duduk di tepi ranjang.Pria itu langsung menghela napasnya pelan. Kamu tahu pasti apa maksudnya. Seperti pernikahan kontrak atau apapun itu, jawab Raja menunjukkan senyum lima jarinya yang semakin memperdalam keriput di sudut bibirnya.Rere. Itukan namanya? tanya Suci.Raja mengangguk mengiyakan.Rere! Dia perempuan, Mas. Mas bilang dia baik. Kalau setelah pernikahan ini dia malah dibuang sama Kenzo gimana? Wanita ini begitu geram dengan ucapan menjengkelkan suaminya tentang negosiasi.Aku tahu kalau itu terjadi, kamu pasti ada di pihak Rere. Ya, kan?Terserah!Suci wanita berusia empat puluh dua tahun itu langsung melipat tangannya di bawah dada dengan bibir mengerucut miring. Membuat sepasang bongkahan kenyal miliknya menyembul ke atas.Tak peduli tertutup gaun sederhana berwarna pastelnya. Dua benda itu tetap bisa membangkitkan bagian lain dari tubuh Raja yang berada di bawah perutnya.Kita datang ke pernikahan mereka? tanya wanita itu memandang ke arah jendela.“Ngga perlu. Untuk saat ini, biarkan Kenzo menyelesaikan masalahnya sendiri, jawab Raja membasahi bibirnya. Pandangannya belum beralih dari dada sang istri.Perasaan, Kenzo selalu menyelesaikan masalahnya sendiri deh! ujar wanita itu lalu mengalihkan pandangannya ke wajah sang suami. Tahu apa yang sedang suaminya perhatikan, wanita ini langsung mendesis. Laki-laki. Kalau ngga dada, ya pikirannya di selangkangan!Raja langsung mendongak memandang wajah cantik istrinya. Itu kamu tahu! tukasnya menarik tangan sang istri hingga dalam sekejapan sudah bergabung dengannya diatas ranjang.  Bab Tiga  Kenzo terus bolak-balik dengan gelisah seraya memandangi Rere sesekali. Sudah satu jam dia tiba di apartemennya dan selama itu—ditambah dengan waktu di perjalanan tentunya—Rere tak kunjung bangun. Aaah! Dia mengusap wajahnya kasar lalu menunduk dengan kedua tangan yang bertumpu di atas lutut menghadap Rere yang tak sadarkan diri di sofa. Napas pria itu sudah memburu lantaran tak sabar menunggu wanita itu bangun. Berbagai ide untuk membangunkan Rere sudah berputar seperti kunang-kunang di kepalanya. Seperti, haruskah dia melempar Rere ke lantai, atau menyiram Rere dengan air, atau memukul pipi wanita itu, atau berteriak sekencang-kencangnya, atau ... adakah cara yang lebih menyiksa?Bubuk cabe.Senyuman licik itu terbingkai mengerikan di bibirnya. Segera ia pergi ke meja makan, lalu menemukan bubuk cabe yang berjajar dengan garam dan saos. Diambilnya botol kecil berisi cabe itu lalu dibawa mendekati Rere. Nikmati makan soremu, Putri tidur.Diambil bubuk itu dari dalam botol menggunakan jari telunjuknya. Lalu dioleskan ke bibir merah Rere yang sama sekali tak menggoda gairahnya. Bahkan hingga sekarang dia masih mengumpat kesal jika mengingat dirinya yang pernah menjamah tubuh wanita sialan ini dengan begitu inti. Dia merasa harga dirinya jatuh melesak hingga ke inti bumi hanya karena sudah meniduri seorang Rere. Karyawan biasa dengan kecantikan standar dan amatiran. Sss .... eem! Hooh! Rere membuka matanya saat merasakan panas yang membakar di bibirnya. Dia langsung duduk mengibaskan tangan di depan bibir tipis itu. Lidahnya yang terasa kering dijulurkan berharap bisa memberi sensasi dingin untuk bibirnya, namun ternyata sia-sia. Dia semakin kepedasan.Pedaaas! pekiknya begitu nyaring lalu melihat ke kiri hingga ia menemukan sesosok mahluk asing yang memandangnya dengan pandangan aneh. Pedas kini bercampur bersama rasa kaget dan takut.Kamu siapa?! tanya Rere dengan mata memerah dan berair. Efek bubuk cabe mulai menjalar ke wajah dan matanya. Min—minum ... huaaah! Tangannya memukul-mukul pelan bibirnya. Pandangan mengiba meminta pertolongan sudah ia luncurkan sejak tadi, namun Kenzo si sosok asing malah mendengus apatis.Merasa tak digubris, Rere berdiri dan berjalan ke arah satu-satunya pintu yang ia lihat. Berlari kesetanan hingga akhirnya ia menemukan teko berisi air putih. Tanpa gelas, langsung ia tenggak setengah isi dari teko tersebut.Kenzo yang mengetahuinya langsung berdecih tak suka. Didekatinya Rere dan ditarik teko tersebut. Jorok! Satu kata meluncur sempurna menyadarkan Rere akan eksistensi Kenzo di sekitarnya.Kelopak wanita itu berkedip beberapa kali. Anda siapa? tanyanya lagi. *Sesekali mendesis karena rasa pedas dan perih di bibirnya. Rere memperhatikan Kenzo yang duduk di hadapannya dengan kaki kanan yang bertumpu di atas lutut kiri. Telapak kaki pria itu bergerak-gerak membuat Rere pusing dan takut.Anda tidak mengenal saya? tanya Kenzo menelisik. Merasa aneh jika setelah percintaan panjang mereka, Rere tak mengingat dirinya.Rere menggeleng. Sesekali dia menyipit agar bisa melihat jelas pria yang ada di hadapannya.Anda siapa? tanya wanita ini pelan, lalu menunduk. Dia bingung mengapa bisa berada di tempat ini. Tadi siang, pria tampan tiba-tiba membekapnya. Lalu sekarang ada pria yang jauh lebih tampan dan muda ada di hadapannya. Apa gara-gara udah ngga perawan, terus aura dalam tubuh aku keluar? Makanya dalam sehari diincar dua cowok ganteng. Mana mungkin?Saya adalah pria yang Anda tiduri malam itu! ujar Kenzo menekan setiap kata yang terucap.Rere melihat Kenzo seakan pria di hadapannya itu adalah setan. Bahkan dengan lancang, tubuhnya merinding ketakutan. Nidurin dia? Memangnya ada kasus yang begitu? Cewek nidurin cowok? Tahu Rere tak akan mengerti maksudnya. Kenzo menarik napas dalam sebelum menceritakan kronologi peristiwa malam itu. Walau mabuk, Kenzo bisa mengingat detail kejadian dengan begitu rinci. Rere menganga lalu membekap mulutnya. Dia menggeleng keras tak percaya dengan cerita Kenzo. Dia tak serendah itu, memulai semuanya dari awal dengan seorang pria. Apalagi menyentuh bagian intim milik seorang lelaki. Bahkan dalam mimpipun itu tak akan pernah terjadi. Aku ngga mungkin ngel—"Sudah saya katakan jika Anda terpengaruh obat perangsang dan Anda malah menggoda saya bukan lelaki yang sudah meracuni anda! Kenzo menunjuk Rere. Bibir wanita itu melengkung ke bawah. Benarkah dia yang memulai semuanya duluan? Benarkah dia melakukannya dengan pria ini? Dia bahkan sama sekali tak mengingatnya. Lalu kenapa kamu ngga nolak aja? Kamu kuung ke dalam kamar mandi, kek, ujar wanita ini terisak.Kenzo menggeleng dramatis. Mana dia tahu jika Rere seorang perawan yang belum berpengalaman. Dalam pikirannya waktu itu adalah dia digoda oleh seorang wanita. Di mana-mana wanita penggoda pastilah bukan wanita baik-baik hingga Kenzo tak memiliki alasan untuk berhenti. Walau dia terkejut saat merasakan kerapatan Rere yang berbeda dati wanita yang pernah ia tiduri. Tapi dia sudah tak bisa berhenti saat itu. Nafsu sudah berada di puncak kepala. Jadi dia harus menuntaskannya.Aku pikir kamu cuma wanita penggila one night stand. Makanya aku bawa kamu ke hotel.Kalau begini Rere tak bisa menyalahkan pria ini sepenuhnya. Dia yang paling bersalah karena begitu menurut dengan Laras. Sekarang bahkan tak sekalipun Laras menghubunginya untuk menanyakan dia yang hilang malam itu. Bahkan sampai hari ini Laras tak bertanya. Bodoh. Kenapa dia harus membantu wanita sialan itu?Lalu sekarang Rere mulai mengumpat. Hal yang jarang dan nyaris tak pernah ia lakukan.Kalau begitu saya tidak akan meminta pertanggungjawaban anda, putus Rere mendesah kecewa. Dia pikir dia bisa menuntut Kenzo untuk menikahinya.Bukan apa. Dia ingin Kenzo menikahinya—walau pasti pria itu menolak, dan tak masalah jika kemudian dia diceraikan. Karena setidaknya, dia akan menjadi janda tak perawan. Itu lebih baik daripada gadis tak perawan.Dia semakin takut menikah jika begitu. Bagaimana jika nanti suaminya tahu dia sudah tak perawan lagi, namun mengaku masih gadis? Dia tak mau itu terjadi. Dia tak mau dianggap berbohong. Tapi andai dia mengaku bukan perawan sebelum menikah, pasti dia akan dicap sebagai wanita nakal. Berbeda jika dia mengaku tak perawan karena dia adalah Janda. Posisi Janda jauh lebih aman untuknya.Kenzo tersenyum miring sementara hatinya memaki. Andai dia tak membutuhkan wanita ini. Dia pasti akan mengangguk senang degan keputusan Rere. Sayangnya dia harus menikahi wanita ini demi keamanannya. Saya akan menikahi anda.Seketika bibir Rere terbuka lebar. Matanya membulat lalu berkedip beberapa kali, menunjukkan perasaan tak percaya atas apa yang barusan dirinya dengar. Dengan syarat—"Apapun syaratnya tidak masalah. Asal Anda menikahi saya, serobot Rere cepat.Kenzo mulai jengah. Jangan potong ucapan saya. Mengerti?Cegluk!Menelan saliva saja terasa begitu berat saat mendengar ucapan Kenzo yang dilontarkan bersamaan dengan tatapan mengintimidasi. Kita hanya menikah sementara. Kita akan bercerai saat apa yang sudah saya inginkan terwujud. Tidak perlu bertanya apa.Kenzo langsung menutup kembali bibir Rere yang baru akan terbuka dengan ucapan cepat pria itu. Rere bungkam dengan hati kesal.Kita akan menikah besok. Ke KUA.Rere semakin tak percaya. Dia akan dinikahi secara resmi? Yang benar saja. Sungguh dia tak menyangka.Terpaksa nikah resmi. Aah!! Aku butuh buku nikah! Kenzo menjatuhkan kepalanya ke belakang. Dia ingin berteriak sekencang-kencangnya karena semua peristiwa naas yang menimpa dirinya ini.Seakan teringat dengan syarat lainnya. Kenzo kembali menatap Rere lurus-lurus. Setelah pernikahan, Anda akan tinggal di sini. Karena kamar di sini hanya ada satu. Jadi kamu tidur di depan TV. Di sofa. Kenzo memperjelas. Kamu di sini harus bekerja. Karena tidak ada yang gratis di dunia ini, Nona.Rere mengangguk pasrah. Memang di manapun, orang kaya itu kejam. Eem ... tapi saya tetap boleh bekerja, kan? Maksudnya bekerja di luar.Kenzo berpikir sejenak. Bibirnya ditekan hingga membentuk garis lurus. Jemarinya mengusap rahang yang mulai ditumbuhi bulu. Boleh. Asalkan jangan sampai ada yang tahu kalau kamu sudah menikah dengan saya, mengerti? Karena yang tahu, cukup aku dan kamu, Tuhan, lalu orangtuaku. Setidaknya aku bisa lepas dari Jessi.Mengerti, jawab Reremengangguk semangat .Baiklah! Kenzo menepuk pahanya lantas berdiri. Sopir saya akan menghantarkan Anda pulang untuk mengambil pakaian anda. Cukup pakaian saja, dan jangan terlalu banyak. Karena saya tidak menyediakan lemari untuk anda.Apa pakaian saya akan diletakan di depan TV?Tentu saja tidak. Di belakang, ada gudang. Letakan barang Anda di sana.Kalau begitu saya tidur di gudang saja, usul wanita ini melebarkan senyumnya.Kenzo menggeleng dengan mimik wajah tak setuju. Lalu barang saya akan diletakan di mana? Sudahlah. Sekarang Anda keluar, sopir saya sudah menunggu di depan pintu.Ngga masalah tidur di antara barang An—Rere memotong ucapan sendiri melihat delikan mengerikan Kenzo.Dia menunduk karena takut oleh sorot mata pria itu. Aku juga ngga akan gigitin barang dia, kok. Rere menggerutu pelan, namun hebatnya Kenzo masih bisa mendengarnya.Buruan!Rere mengangguk cepat, lalu segera beranjak pergi.*Pendaran matanya terlihat nanar. Gudang yang ada di sebelah dapur adalah sebuah kamar. Cukup besar sebenarnya, juga tak terdapat banyak barang. Tapi begini saja, Kenzo melarangnya untuk tidur di sini. Bibirnya mengerucut maju. Setelah meletakkan pakaiannya di sebuah meja yang sudah ia bersihkan. Rere kemudian keluar dan menemukan Kenzo sedang duduk santai di depan TV. Dadanya terasa begitu sesak. Demi mendapatkan status janda tak perawan, dia dia harus mengalami ini semua. Walau setelah dia pikir-pikir, untuk apa dia menikah jika tak boleh ada yang tahu soal pernikahan mereka? Sayangnya Rere sudah tak dapat mundur lagi. Terngiang ancaman Kenzo yang terus terulang seperti kaset rusak di memorinya. Dan jangan pernah berpikiran untuk mundur karena saya akan mencari Anda ke lubang neraka sekalipun! Ancaman itu diucapkan saat dia baru akan melangkah keluar untuk mengambil pakaiannya di apartemen kecilnya tadi.Krucuk!Rere melenguh. Dia kelaparan. Sekarang sudah jam delapan malam dan dia belum makan. Dengan langkah terseok dia mendekati Kenzo. Saya boleh makan, Tuan? Tuan. Sesuai kesepakatan yang baru saja dia tanda tangani tadi saat dia baru tiba kembali di apartemen mewah ini. Dia harus memanggil Kenzo dengan sebutan 'tuan'. Kecuali di hadapan seseorang yang baru akan dia beri tahu nanti setelah mereka menikah.Hem, jawab Kenzo hanya berupa deheman yang tak begitu keras. Rere lalu berjalan ke arah meja makan dengan muka masam. Dalam hati wanita ini berdoa agar dia segera terlepas dari lelaki sialan ini. Sekarang dia kembali mengumpat. Di mana Rere yang lemah lembut serta bertutur kata sopan? Baru sebentar dia kenal seorang Kenzo. Dia sudah dibuat sekesal ini. Bagaimana jika lebih dari sehari, dua hari, satu bulan atau satu tahun?Ya Allah. Lindungi hamba.  Bab Empat  Peraturan, oknum, dan hukum. Di depan TV Rere sedang memikirkan ketiga hal itu. Kemudian ia menggeleng pelan dengan bibir melengkung ke bawah. Semua itu bisa tunduk dengan mudah di bawah uang. Dipandangnya cincin emas polos yang melingkar di jari manis kanannya.Kembali dia membayangkan pernikahannya tadi. Dia menyiapkan semua berkas yang diminta. Begitu juga Kenzo yang berkasnya sudah disiapkan oleh pengacara pria itu sendiri. Lalu hanya memberikan semua berkas itu, dia langsung dinikahkan dan nama mereka tercatat sebagai suami istri yang sah di mata negara dan agama hanya dalam sekejapan saja.Sementara, diluar sana banyak yang harus mendaftarkan jauh-jauh hari terlebih dahulu jika ingin menikah. Mendadak juga, setidaknya satu minggu sebelum hari H. Tapi dia dan Kenzo? Uang ... uang ... uang. Semua urusan bisa selesai cepat kalau sudah diselipkan uang! Yaah ... koruptor aja masih bisa makan enak di penjara. Bisa berleha-leha di sana. Apalagi ini hanya soal nikah. Beeuuh! Sekali jentikan jari. Rere menjentikan jarinya. Semua selesai.Kamu ngomong apa? Rere gagap lantaran terkejut. Sepertinya dia harus membiasakan diri jika dia sekarang tidak tinggal sendiri.Kenzo yang sejak mereka resmi menjadi sepasang suami istri terhitung pagi tadi, langsung pergi dan baru pulang malam ini. Rere memutar kepalanya mencari jam. Dia bahkan tak tahu ini jam berapa. Saya nanya. Re-Re! tekan Kenzo membuat Rere langsung menggeleng. Dia lupa jika Kenzo tadi bertanya padanya.“Ngga ngomong apa-apa kok, Tu-An! jawab Rere juga menekan kata tuan. Membuat manik coklat milik Kenzo berputar jengah. Ini jam berapa? tanya wanita itu lalu berdiri. Kenapa? Mau menginterogasi saya, kenapa baru pulang jam segini? Entah mengapa Kenzo menjadi begitu sensitif jika sudah berhadapan dengan Rere.Rere mengerjap polos. Boleh saya nanyain gitu?Kenzo menggeram, mengepalkan tangannya gemas. Jam sembilan, dan jangan tanya apapun lagi. Cukup ke dapur dan masakan saya sesuatu. Kenzo langsung duduk menggantikan posisi Rere. Bibir atas wanita itu mengerucut miring. Balasan Kenzo selalu menjengkelkan. Masak apa? tanya Rere malas-malasan.Kenzo menatap Rere sinis. Melihat bagaimana sikap wanita itu, dia yakin Rere memiliki bibit pembangkang. Apa yang bisa kamu masak dan rasanya harus enak! Lalu dia gerakan dagunya memberi tanda pengusiran untuk Rere.Tak memiliki kemampuan untuk memaki. Rere langsung ke dapur. Dia pikir Kenzo sudah makan, jadi tadi dia hanya memasak nasi goreng saja yang paling mudah dan cepat untuk dirinya sendiri.Ingat, yang enak! teriak Kenzo membuat Rere semakin bersungut kesal.Tapi isi kulkas tinggal ini-ini aja. Rere diam menanti respon Kenzo. Tapi tidak ada jawaban dari pria itu membuat bahunya sedikit merosot. Wanita itu kemudian mengeluarkan daging sapi, buncis, wortel dan jamur. Sisa bahan makanan yang ada di dalam kulkas ia gunakan semua. Senyumnya kemudian mengembang lebar. Walau dia sudah makan, tapi melihat bahan makanan yang ada di depannya membuat ia lapar kembali. Okey! Mari masak. Rere bersemangat.Beberapa saat kemudian. Thin Sliced Beef Steak sudah Rere hidangkan di atas meja makan. Walau menggunakan bahan makanan yang tinggal sisa-sisa penghabisan. Rere yakin rasa masakannya tetap nikmat. Ia bagi ke dalam dua piring Thin Sliced Beef Steak. Satu untuknya dan yang satu lagi untuk Kenzo. Sudah masak? tanya Kenzo yang tertarik untuk beranjak dari ruang TV saat membaui aroma wangi. Segera ia mendekat ke meja makan, menghirup aroma masakan Rere yang begitu menggugah selera. Dia kemudian mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengagumi masakan Rere.Silahkan dimakan. Saya ke ruang TV lagi, ujar Rere membawa bagiannya ke ruang TV. Dia tak makan menggunakan nasi karena perutnya yang kecil itu tak akan mampu menampung banyak makanan.Usai menghabiskan makanannya hingga tandas tak bersisa, Rere segera meletakkan piring kotornya ke wastafel. Saat ia kembali ke ruang TV, dia tak menemukan Kenzo di ruang makan. Tak acuh dia lanjutkan langkahnya ke ruang TV. Bibirnya seketika maju memberengut. Kenzo sudah tiduran santai di sofanya sambil menonton film. Aku mau tidur, Tuan, katanya lirih. Dia sudah sangat mengantuk selepas makan.Masih jam sepuluh."Tapi besok saya harus kerja. Mesti udah tidur biar ngga bangun kesiangan. Apalagi jarak kantor dari sini jauuuh banget. Rere memasang puppy eyes-nya yang malah membuat Kenzo mual. Apalagi kacamata tebal yang membingkai di atas hidung wanita itu.“Ngga usah kayak anak SD yang mesti tidur cepet! Bahkan Kenzo sama sekali tak melirik Rere. Tangannya kemudian dikibaskan tanda ia tak mau diganggu lagi.Dengan bahu merosot, Rere menyeret langkahnya ke ruang tamu. Tiba di sana ia menguap lebar. Dibujurkan tubuhnya di atas sofa yang terasa nyaman dan empuk. Lumayan, bisiknya.Tak mendapati Rere di sekitarnya. Kenzo jadi curiga. Ia langsug berdiri mencari wanita itu dan tak menyangka Rere dengan beraninya tidur di ruang tamu. Kamu pikir ini apartemen kamu?! Kelopak mata itu langsung terbuka sempurna. Dia langsung bangun membenahi letak kacamatanya lalu memandang Kenzo nanar. Mengapa pria ini selalu mengganggunya?Jangan kotori sofa saya, tekan pria itu lalu menunjuk ke arah pintu pertanda Rere harus kembali ke tempatnya.Dengan wajah tertekuk, Rere masuk ke dalam menuju ruang TV. Ini salah. Itu salah. Semua salah. Ekhem!Rere menoleh dengan cengiran lebar ke arah Kenzo. Maaf, Tu-an, katanya hiperbolis. Melihat rahang Kenzo yang mengeras, Rere langsung berlari menjauhi pria itu. Setan! ujarnya begitu pelan.Ulangi lagi! teriak Kenzo yang nendengar umpatan Rere.Ngga! Rere langsung menyembunyikan tubuh ke dalam selimut. Takut jika Kenzo akan menghukumnya karena sudah mengatai pria itu setan.Rere memukul-mukul bibirinya sendiri. Jaga omongan, Re. Yang sop—aah!! Selimutnya disibakkan oleh Kenzo.Dia benar-benar seperti melihat setan sekarang. Setan? tanya pria itu.Rere langsung menggeleng. Bukan. Manusia. Ganteng. Dia gigit bibir bawahnya pelan. Maaf tuan, cicitnya kemudian.Kenzo mendengus, mendekatkan wajahnya pada wajah Rere. Wanita itu langsung tergagap. Tubuhnya bahkan sedikit gemetar karena menyadari kedekatannya dengan Kenzo. Bilang setan sekali lagi.Rere menggeleng pelan. Matanya tampak berkaca-kaca, karena bayangan Kenzo akan menyiksanya langsung terlintas begitu saja. Ngga, tuan. Suaranya bergetar. Kenzo jadi takut sendiri dengan respon Rere yang berlebihan.Pria itu memilih menarik diri. Sudah tidur sana!*Rere sudah menyiapkan sarapan pagi. Roti bakar sudah tersedia di atas meja makan. Sebelumnya dia bertugas membersihkan apartemen ini, juga nenyiapkan baju kerja untuk Kenzo. Itu pun berkali-kali ia kena gertak karena dibilang memiliki selera yang kuno. Tak bisa memadukan warna juga memilih dasi yang pas.Kalau memang selera pria itu lebih baik, mengapa harus memerintah Rere yang memang nol dalam hal fashion? Alasannya hanya satu yaitu Kenzo suka melihat raut kesal tertahan milik Rere.Pria itu bisa dengan cepat beradaptasi atas kehadiran Rere di apartemennya ternyata. Dia seperti memiliki pembantu baru yang memiliki double fungsi.Kamu kerja di mana? tanya Rere saat mereka tengah sarapan bersama. Kenzo meneguk kopi panasnya lalu diam sejenak untuk meresapi rasa nikmat dari kopi hitam itu. Lalu dia memandang Rere, menelisik penampilan wanita itu. Rambut dikepang ke kiri, kacamata bulat dan tebal yang bertengger di atas hidung, blouse lengan panjang berwarna baby blue, dan celana bahan hitam. Kesan pertama yang ia dapat adalah cupu.Bukan urusan kamu, jawab Kenzo singkat lalu beranjak pergi. Dasar penggaris besi. Datar, tajam, dingin, berbahaya. Di saat ada perumpamaan yang jauh lebih mengerikan dari sebuah penggaris besi. Rere malah menggunakan benda itu untuk mendeskripsikan seorang Kenzo.Pasalnya, dulu saat masih berada di bangku SMA. Teman sekolahnya membuat tiga kubu—kubu pintar, kubu eksis, dan kubu tak kasat mata—yang kemudian terjadi perselisihan antara kubu eksis dan kubu pintar.Perwakilan dua kubu itu berkelahi setelah jam pelajaran usai, di sebuah lapangan yang berada di belakang sekolahan. Tak ada senjata tajam seperti pisau yang digunakan. Atau pun balok kayu maupun batu. Kedua orang itu mengeluarkan penggaris besi dari dalam tas masing-masing. Benda yang jelas berbahaya itu bisa dibawa kemana saja oleh seorang anak SD sekalipun tanpa harus dicurigai.Rere yang berasal dari kubu tak kasat mata ikut menyaksikan duel sengit itu karena dipaksa oleh temannya. Saat perkelahian terjadi, tiba-tiba, salah satu penggaris besi terlempar ke arah Rere. Dengan cepat dia berbalik. Namun tak bisa lari, hingga mengakibatkan punggungnya tertancap ujung benda tersebut.Dia trauma dengan penggaris besi. Karena benda itu dia harus dirawat di rumah sakit dan jelas juga merasakan sakit yang luar biasa. Karena itu Kenzo dia sebut sebagai penggaris besi. Jauh lebih pas menurutnya, walau terdengar tak cukup elit. Tapi, hey! Di mana umpatan yang terdengar elit?!Rere berangkat ke tempat kerjanya menggunakan motor yang kemarin dia bawa ke apartemen ini. Tiba di kantor dia langsung bertemu Laras yang sama sekali tak memandangnya.Ingin dihancurkan muka wanita plastik itu, tapi sayangnya dia tak cukup sanggup melakukannya. Jadilah dia hanya diam dan memandang dingin siapapun.Katanya ada direktur baru. Anak Pak Raja.“Ngga tahu sih orangnya yang gimana. Karena kan memang dia ngga pernah mamerin anaknya itu.Setahu aku anak Pak Raja umurnya 20 tahun deh. Udah jabat direktur? Waah muda banget.Kayaknya bukan deh. Kan Pak Raja punya anak dari istri pertama. Cuma memang ngga semua orang kenal sama dia. Cuma beberapa aja dan denger-denger orangnya nyeremin. Kenapa? Jelek? Tapi ngga mungkinlah. Orang Pak Rajanya ganteng gitu.Ssst ... dia udah datang katanya. Dia langsung ke lantai tiga dan mau ngadain rapat.Desas-desus itu terdengar hingga ke telinga Rere. Tapi karena tak biasa ikut bergabung dengan karyawan yang lainnya, Rere hanya diam di dalam kubikelnya mengerjakan pekerjaannya yang selama tiga hari ini tertunda.Padahal di bagian keuangan ada tiga orang admin. Tapi mereka tetap tak mau mengerjakan tugas Rere. Bukankah harusnya mereka bekerja sama? Sayangnya tidak begitu jika dengan Rere. Wanita itu seakan di anak tirikan di sini.Bos baru Re. Siap-siap akan mendapatkan peraturan baru. Agung yang ada di sebelah kubikel Rere melongokan kepala di atas pembatas kubikel yang tingginya hanya 1.5 meter.Pak Raja yang mana aja aku ngga pernah lihat. Apalagi anaknya. ngga tahu aku. Yang aku tahu cuma Alm. Pak Sasongko. Rere mengedikkanbahunya.Ya kan Pak Raja udah ngga kerja sejak tujuh tahun yang lalu, wajar kamu ngga tahu karena kamu baru kerja empat tahunan di sini. Sebelumnya jabatan Direktur dipegang sama adik dari istri keduanya yaitu Alm. Pak Sasongko. Cuma karena beliau meninggal setahun yang lalu, kosonglah jabatan itu dan hanya diserahkan sama Wakil Direktur yaitu Pak Danang, suami dari adiknya Pak Raja. Sekarang anak Pak Raja dari istri pertama alias mantan istrinya itu yang menggantikan posisi Alm. Pak Sasongko.Bingung ah Mas. Ribet. Aku tahunya cuma kerja di sini, jawab Rere apatis.Alis Agung menukik memperhatikan Rere seksama. Kamu dari tadi kok kayaknya cuek banget. Kenapa?Kerjaan banyak, Mas. Tiga hari ngga masuk.Ooh ... pasti ngga ada yang mau ngerjain bagian kamu, ya? Cari masalah memang temen kamu.Rere hanya tersenyum saja lalu kembali menginput data pemasukan yang diterima minggu ini. Setumpuk invoice bertengger manis di sebelah komputernya membuat ia merasa pusing dan mual. Sementara itu, di tempat lain. Kenzo yang baru tiba di perusahan ayahnya langsung masuk begitu saja ke ruang wakil direktur. Pria tua berperut buncit yang tengah bersantai di ruangannya langsung berdiri tegap saat melihat sosok Kenzo yang menatapnya dingin.Saya akan membuat peraturan baru. Jadi ... persiapkan diri anda. Kita melakukan rapat pagi ini, ujar pria itu tanpa tedeng aling-aling. Lalu dia keluar begitu saja dengan senyum dikulum. Bukankah hal seperti ini bisa ia titahkan kepada sekretarisnya? Masalahnya Kenzo ingin melihat ekspresi wakil direktur ayahnya yang sangat ia tahu adalah seorang penjilat. Andai Danang bukanlah pamannya sendiri. Dia sangat ingin menjatuhkan pria itu.Walau ia enggan masuk dalam perusahaan sang ayah, tapi Kenzo tetap tak bisa lepas tangan atas semua yang terjadi pada perusahaan ini. Gama Rainbow merupakan usaha warisan turun temurun yang menjadi kebanggaan sang ayah. Dia harus tetap memastikan kejayaan perusahaan cat dan pelapis yang menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia ini. Gama Rainbow melayani para konsumen dan pelaku industri secara global melalui produk - produk yang inovatif. Perusahaan yang sudah berdiri sekitar tiga puluh tahun ini adalah perusahaan yang dirintis oleh kakeknya. Sebagai cucu kebanggaan almarhum sang kakek, dia harus tetap memastikan kejayaan perusahaan ini tak peduli atas eksistensi perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama.Rere, lo yang wakilin kita yah? Bu Rahmi kan ngga masuk. Kalau aku atau Laras mah pasti kena tebas nanti. Pliiss kita ngga berani. Takutnya kinerja kita juga ikut dinilai. Bukan cuma laporan aja tapi juga kinerja sampai absen. Mati gue, Re, mohon Dian yang menggenggam tangan Rere.Wanita itu langsung menggeleng. Aku kan ngga masuk tiga hari ini. ngga ah. Aku juga ada di posisi rawan, tolak Rere untuk pertama kalinya. Dian langsung merengut. Kesal karena Rere menolak permohonannya. Kalau gue yang ikut rapat, bisa-bisa kita semua. Dian membuat gerakan menyembelih leher dengan tangannya.Rere mendesis. Kalau begini dia harus apa? Dia juga tak ingin kena imbas karena keteledoran Dian maupun Laras. Ya udah. Rere langsung berdiri mengambil berkas yang sudah Dian siapkan. Ini laporan bulan kemaren, kan?Dian langsung mengangguk semangat. Aku ke atas. Rere langsung meninggalkan kubikelnya dengan muka masam.*Di lantai tiga, di sebuah ruang panjang itu telah berkumpul beberapa orang yang akan mengikuti rapat mendadak. Rere yang masuk bersama perwakilan bagian distribusi, segera mengambil tempat duduk di salah satu kursi yang mendadak terasa panas.Semua merasa cemas. Semua merasakan takut yang sama. Suara berbisik mulai memenuhi ruangan sembari menanti sang pimpinan.Ssstt.... Desisan yang saling menyahut itu langsung terdengar saat mendapat informasi bahwa pimpinan baru akan segera masuk. Desisan yang merupakan instruksi agar semua diam dan tenang.Langkah berat yang terdengar nyaring itu langsung membuat siapapun yang ada di ruangan ini meremang takut. Mereka semua masih menunduk, dan saat terdengar suara decitan kursi ditarik. Beberapa mulai mendongak ke arah kepala meja panjang di mana pemimpin tengah duduk di kursi kebesarannya.Setelah menarik napasnya dalam dan menenangkan dirinya bahwa semua akan berjalan tanpa hambatan. Rere ikut menoleh dan saat itu juga ia merasa dunianya berhenti dan membalikannya hingga jatuh ke bawah. Oksigen di sekitarnya raib entah kemana. Rere tertegun dalam ketidakpercayaan.Hukuman apa ini ya Allah? Dia lagi. Dia lagi.  Bab Lima  Rere benci kolam. Memandangnya saja ia tak berani, apalagi masuk ke dalamnya. Begitu dengan laut juga aliran sungai. Saat melihat genangan air yang dalam, luas dan panjang, dia merasa dirinya ditenggelamkan hingga tak mampu meraih oksigen yang merupakan penyambung nyawanya juga nyawa semua orang. Sesak tak mampu bernapas membuatnya gila.Lalu begitulah dirinya sekarang. Memang tak sedang tenggelam, namun ia sangat ingin tangannya menggapai udara agar ada pasokan oksigen masuk melegakan paru-parunya, namun gagal. Dia sudah seperti ikan terdampar di daratan saat melihat Kenzo berada tak jauh darinya dengan seringai mematikan.Pria itu seperti siap menelan dirinya bulat-bulat. Tatapan itu seakan berkata 'Bersiap-siaplah menghadapi neraka selama 24 jam penuh'. Rere mulai berkeringat. Mengapa dia selalu bertemu dengan monster berwujud manusia tampan itu?Saya Kenzo yang akan memimpin perusahaan ini. Tidak akan ada pembahasan lain kecuali tentang apa yang bisa saya lihat dengan mata saya saat saya menginjakan kaki untuk pertama kalinya di perusahaan ini, tepatnya.... Kenzo mengangkat tangan kirinya dengan gerakan pelan, menghentikannya di depan mata. Tiga puluh menit yang lalu. Kenzo menurunkan tangannya, lalu dengan mata tajam yang siap membunuh para mangsanya itu mengedar. Saya belum bisa memutuskan apapun tentang keuangan, produksi, gudang, distribusi, pemasaran, dan beberapa hal lainnya karena belum sempat saya pelajari dan saya periksa. Jadi pada rapat pagi ini saya akan memprotes tentang ketidakdisiplinan kalian. Dua kata terakhir terdengar begitu mengerikan. Rere seperti menelan biji kedondong saat pandangan Kenzo berhenti padanya untuk yang kesekian kali. Anda bagian apa? tanyanya dingin.Ha? Wanita itu gemetar. Tangannya meremas laporan yang ada di atas meja dengan begitu erat seakan ingin mengoyakkan benda mati itu. Sa ... saya Admin Keuangan mewakili Bu Rahmi yang tidak bisa masuk hari ini kar—Absen di perusahaan ini begitu buruk. Sela Kenzo begitu cepat. Mata tajamnya beralih kepada pria yang duduk di sampingnya. Matanya menyempit dengan seringaian yang membuat siapapun seperti tertonjok perutnya. Wakil direkturku. Dua minggu yang lalu Anda baru pulang dari berlibur. Benar? tanyanya pelan namun penuh penindasan. Pria berperut buncit itu mengangguk takut. Dia tahu jika Kenzo adalah keponakannya. Tapi Kenzo adalah keponakan sekaligus pria muda yang ia takuti, mengingat kartu As-nya dipegang oleh pria itu. Sial! Andai Danang tak pergi ke hotel beberapa bulan yang lalu, pasti perselingkuhannya tak akan diketahui oleh Kenzo si otak cerdik dan licik.Berlibur selama satu minggu, padahal bulan lalu Anda melakukan hal yang sama. Berlibur. Kenzo mencondongkan tubuhnya ke arah Danang. Siapapun yang melihatnya pasti akan berdoa untuk tak pernah berada di posisi Danang. Rere mendesah di tempatnya. Membayangkan jika ia berada di posisi Danang. Pasti sudah memilih pingsan sedari tadi. Tapi ... mengapa ia harus takut berada di posisi Danang, jika posisinya saja jauh lebih mengerikan dibanding siapapun.Haah! Mengapa dia mau menikah dengan pria itu? Bolehkah dia menuntut cerai nanti setelah dia bertemu di apartemen? Tapi bagaimana jika pria itu menolaknya? Tuhan selamatkanlah dia yang begitu lemah.Sa ... saya melakukan—Tidak ada dinas apapun karena kita tak pernah melakukan kerja sama dengan negara Italia jika itu yang ingin Anda jadikan alasan.Danang langsung mencakup belakang lehernya yang terasa kaku juga merinding. Kenzo kembali mengedarkan pandangannya lalu berdiri membuat nyawa para karyawannya seakan dicabut dari ubun-ubun. Peraturan baru akan dicetak dan ditempel di setiap kubikel kalian masing-masing agar kalian bisa membacanya setiap saat. Baca dan resapi setiap konsekuensinya jika kalian melanggar peraturan yang sudah saya tetapkan berhubungan dengan kinerja dan absen kalian. Sepertinya selama ini Gama terlalu memberi loyalitas yang begitu tinggi untuk karyawannya, bukan? Tapi pada kenyataannya adalah kalianlah yang harus memberi hal itu kepada Gama Rainbow. Jadi berhati-hatilah jika tak ingin karier kalian di sini berhenti saat kalian melanggar sekali saja peraturan yang telah saya ciptakan.Kenzo langsung melangkah menjauhi singgasananya diikuti sekretaris wanitanya. Namun belum tiba di pintu, ia berbalik kepada para karyawan yang mengikuti rapat—yang masih diam terpaku. Bersiap-siaplah juga dengan perubahan posisi jika saya menemukan masalah dengan pekerjaan yang kalian tangani saat ini.Informasi yang paling mereka takutkan. Setelah Kenzo keluar, mereka mulai berbisik-bisik ketakutan. Mereka tak mau jika posisi mereka dipindah pada posisi yang jauh lebih rendah dari saat iniRere sendiri hanya diam. Dia cukup percaya diri dengan kinerjanya. Soal absen? Dia menarik napasnya dalam. Memang dia jarang bolos bekerja jika bukan karena hal yang begitu mendesak. Termasuk dengan tiga hari kemarin. Jika hal itu dipermasalahkan juga oleh Kenzo, dia siap menentang pria itu. Dia harus berani menghadapi si monster dingin penggaris besi itu.*Rere diam di depan TV dengan Kenzo duduk di sebelahnya. Harus ia akui jika Kenzo tak benar-benar kejam. Pria itu tak selalu membentaknya. Tak selalu memandangnya dengan tatapan mengintimidasi. Alih-alih menyakitinya, Kenzo akan menertawakan semua kekonyolan Rere.Ini sudah tiga hari sejak pertemuan mereka di kantor. Di apartemen, Kenzo tak akan membahas apapun soal pekerjaan dengan Rere. Begitu profesional yang menjengkelkan walau Rere sangat ingin membicarakan kebijakan Kenzo yang sangat tak masuk akal.Apa-apaan itu. Memotong gaji jika izin sakit tanpa surat dokter. Baiklah itu masih bisa ditoleransi. Tapi jika izin tanpa alasan tidak akan dibiarkan bolos oleh pria ini. Seperti sistem anak pelajar. Jika bolos tanpa keterangan, maka akan dihukum. Lalu hukuman mereka adalah pemotongan gaji, penurunan posisi, hingga pemecatan. Kenzo benar-benar menjengkelkan.Jadi ... jadi kamu anak Pak Raja? tanya Rere membuka suara. Raja yang mana saja dia tak mengetahuinya.Bukan urusan kamu.Tapi kan mertua aku.Rere langsung menggigit lidahnya saat mendapatkan tatapan tajam Kenzo. Dia langsung menyurutkan tubuhnya ke samping. Jadi kamu mau masuk ke dalam keluargaku? tanya pria itu membuat perut Rere seperti diaduk-aduk. Kenzo lebih mengerikan dari monster dingin maupun pengaris besi ternyata.Nadi Rere berdenyut-denyut mengerikan seiring tubuh Kenzo yang mendekatinya. Ng—nggak. Cuma ... Cuma mau kenal. Kenzo napas kamu, rintih Rere menimbulkan seringai licik Kenzo. Dia megap-megap karena Kenzo sudah ada di atasnya dengan bibir di dekat telinga. Kaki Rere yang menjuntai ke bawah bergerak gelisah. Apa maksud kamu merintih seperti itu? Mau membuat aku bergairah, menghamili kamu lalu menjadikan itu sebagai celah untuk masuk ke dalam keluargaku? Menjadi penjilat dengan memanfaatkan wajah polos sok naifmu itu?Aku tidak serendah itu! Emosi Rere merasa terhina. Matanya mengerjap merah tak kuasa menahan perih karena ucapan Kenzo yang menohok. Astaga ... Rere begitu lemah hatinya. Hingga baru seperti itu saja, dia sudah ingin menangis.Oh ya? Lalu mengapa mengatakan mereka adalah mertuamu?Karena memang itu kenyataannya! Kamu menikahi aku. Aku istri dan kam—Aku adalah bosmu. Tuanmu. Atasanmu. Kamu pembantu. Karyawan. Bawahan tidak penting menurutku.Napas Rere menggebu. Dia ingin mencakar wajah tampan namun menjengkelkan milik Kenzo. Emosi membuat napasnya terputus-putus. Penampilan kamu terlalu mengerikan. Beruntung kamu tidak di bagian pemasaran, kan? Apa kata orang jika mereka tahu aku memiliki karyawan mengerikan seperti kamu? Penampakanmu seperti seekor lalat. Singkirkan kacamata bulat ini. Tanpa itu kamu sudah mengerikan. Dengan itu, kamu semakin mengerikan.Dia sering mendapatkan hinaan seperti ini bahkan yang jauh lebih buruk lagi. Tapi mengapa saat Kenzo yang menghina, perasaannya jauh lebih hancur dari hinaan orang di luar sana. Terima kasih atas sarannya. Akan saya pikirkan, jawab wanita ini parau. Dia menahan diri untuk tak menangis. Jangan sampai Kenzo semakin kesenangan melihat dia yang melemah karena hinaan yang seperti ini.Pikirkan baik-baik. Kenzo menegapkan tubuhnya lalu berdiri di atas kaki kokohnya. Aku pergi. Mungkin tidak pul— Kenzo memotong ucapannya sendiri. Mengapa dia harus menjelaskan hal itu kepada Rere? Tidak penting.Kenzo meraih jaketnya yang tersampir di lengan sofa yang masih Rere duduki hingga saat ini. Kemudian pria itu pergi meninggalkan Rere yang diam tak mau peduli.Pergi dan jangan kembali.*Mendung menggantung di atas sana. Tetesan lembut pun satu persatu mulai berjatuhan membasahi tanah dan jalanan yang tadinya kering karena sengatan matahari yang masih begitu terik satu jam lalu. Begitu cepat perubahan cuaca. Sungguh tak mampu diprediksi.Rere mempercepat laju kendaraannya sebelum dia terlambat kembali ke kantor. Tadi dia baru dari kantor pos karena harus mengirim pesanan temannya yang tinggal di Kalimantan. Dia masih saja bersikap baik padahal tahu bahwa dirinya hanya dimanfaatkan saja.kendarannya melaju begitu mengerikan. Membelah kemacetan, mencari celah untuk bisa menyelip ke sana dan ke sini. Tak peduli beberapa kali ia harus dimaki karena menyerobot laju kendaraan lain.Lebih baik dimaki orang tak dikenal, daripada oleh atasannya. Dia pasti kena hukum jika terlambat datang. Dua menit lagi jam istirahat akan berakhir, beruntung wanita ini sudah masuk ke dalam gedung perusahaan.Dia membasahi kerongkongan keringnya dengan liur yang telah sekarat pula. Berdiri di depan lift, dia berharap cepat masuk ke dalam kubikelnya. Ting! Bunyi lift terbuka. Dia langsung masuk ke dalam. Di dalam lift, dia merapikan rambutnya yang berantakan. Sudah jarang dia menggunakan minyak kemiri semenjak malam sialan itu. Alhasil, sedikit mudah ia mengatur rambut berantakannya. Rambut coklat sebahu dan ikalnya ia gelung menjadi satu membentuk sarung tinju di belakang kepalanya. Membenahi letak lacamata besar dan blouse berwarna hijau juga celana bahan hingga mata kaki yang ia kenakan. Dia memang persis seekor lalat.Bisa kita bicara, Nona? Seorang wanita menghentikan langkahnya yang akan keluar dari dalam lift. Bodohnya dia tak tahu jika di belakangnya ada orang. Rere pikir dia sendirian dari tadi.Rere hanya diam melihat wanita yang menghentikan langkahnya. Wanita dengan rambut sebahu lurus itu jatuh lepas dengan indah bak sutra menggantung. Kaki jenjang yang dihiasi stiletto berwarna merah dan setelan gaun berwarna hitam dengan bahan broklat di punggung mengekspos kulit halusnya di sana. Seakan terhipnotis dengan keanggunan wanita itu. Rere hanya diam dibawa ke atap gedung setinggi dua belas lantai ini. Saat angin kencang menerpa kulit wajahnya, baru Rere tersadar di mana dirinya berada.Nama saya Suci, ujar wanita itu dengan senyum lembut menenangkan. Rere cemburu dengan senyuman itu. Dia tahu Suci pasti memiliki usia lebih tua dari dirinya. Tapi dia bisa membandingkan bahwa Suci jauh lebih nampak muda dari dia yang belum menembus usia kepala tiga.Suci menaikkan sepasang alisnya karena tangan yang terulur tak kunjung disambut oleh Rere. Wanita ini tersenyum geli melihat keluguan dari wajah wanita berkacamata itu. Dia turunkan tangannya lalu dilipat di depan dada. Rere? Benarkan?Ada urusan apa? Eem ... bagaimana Anda tahu nama saya? tanya Rere mengambil kesadarannya sendiri yang asyik mengagumi sosok yang ada di depannya.Saya ibu Kenzo.Ucapan Suci mengejutkan Rere. Bagaimana mungkin Suci yang semuda ini memiliki anak dengan usia yang mungkin nyaris sama dengannya?Ibu tiri lebih tepatnya. Tapi saya menyayangi dia, sama seperti saya menyayangi anak kandung saya. Suci segera memperjelas statusnya menjawab keterkejutan Rere.Ooh.... Sekarang Rere kembali terkejut dan kaku karena dia bingung harus bertindak seperti apa di hadapan Suci. Sudah tahukah wanita itu dengan statusnya sebagai istri Kenzo?Saya tahu hubungan kamu dengan Kenzo. Apa dia bersikap baik selama sebulan ini? tanya Suci menangkap kegelisahan Rere.Sekarang dia harus menjawab apa? Baik? Itu artinya berbohong. Tidak baik? Bagaimana jika Suci tersinggung atau malah menyalahkannya. Sebentar. Apa Suci tahu mengapa dia bisa menikah dengan Kenzo? Suci bisa mencapnya sebagai wanita murahan jika tahu semuanya.Em ... begitulah. Jawaban yang seperti itu tidak termasuk berbohongkan?Begitulah yang ... baik atau buruk? Suci berbalik menikmati hembusan angin yang memukul pelan wajahnya.Rere hanya diam tak ingin menjawab. Dia malah asyik memainkan debu yang ada di bawah sepatu flat hitamnya. Dia pikir hujan akan membasahi bumi. Ternyata Tuhan menundanya hingga Rere masih bisa bermain debu yang belum menggumpal menjadi satu karena basah oleh air. Dia lelaki bebas yang tidak mau terikat. Suci berbalik lalu tersenyum perih melihat kepolosan menantunya itu. Dia tahu Rere tersiksa bersama Kenzo. Tolong ikat dia. Buat dia tidak bisa lepas dari kamu.Aku bukan Tuhan yang bisa membolak-balikan perasaan. Rere mendongak. Sepertinya, Anda sudah tahu bagaimana hubungan saya dengan Kenzo, kan? Saya hanya akan bertahan setelah Kenzo melepaskan saya atau jika saya bisa lepas darinya.Maafkan anak itu. Dia memang bodoh dalam menilai wanita. Tapi dia anak yang baik.Baik dalam membentak maksudnya?Rere merengut mengingat kejadian seminggu yang lalu saat dia tak sengaja memasukan udang ke dalam nasi goreng Kenzo. Dia tak tahu jika pria itu alergi udang. Dia kemudian dimarahi habis-habisan karena wajah Kenzo yang memerah dan sekujur tubuhnya gatal.Ada udangnya?! pekik Kenzo menyentakan Rere yang asyik dengan sarapannya.Wanita itu mengangguk kaku. Kamu ngga suka? Tapi ngga banyak kok. Cum—Bren—aah! Kenzo menggaruk wajahnya yang mulai memerah. Dia sama sekali tak tahu jika ada udang di nasi gorengnya. Udang-udang itu dipotong kecil-kecil oleh Rere, hingga Kenzo tak berpikir jika itu adalah udang. Setelah dia menghabiskan sarapannya, dia langsung membaca koran dan tak lama mulai merasakan keanehan di wajah dan beberapa bagian di tubuhnya. Kenikmatan nasi goreng buatan Rere mengalihkan perhatiannya pada rasa udang yang harusnya ia rasakan sejak suapan pertama.  Kenzo langsung berdiri melempar kopinya ke lantai. Gue alergi, brengsek! maki Kenzo segera berjalan ke kamarnya mencari obat. Gatal yang begitu menyiksa membuatnya terus memaki.Rere yang merasa cemas, segera menyusul ke kamar pria itu. Namun yang didapatnya malah makian yang semakin menyakitkan. Sial ... sial ... sial!! Apa kamu ngga bisa melakukan satu tindakan yang ngga berdampak buruk buat aku, ha?!Aku ngga tau kalau kamu alergi, Tuan Kenzo. Bukan salah ak—Kenzo membanting deodoran yang paling dekat dengan tangannya ke lantai membuat Rere memeluk dirinya sendiri penuh ketakutan. Kamu salah! Semua yang ada di diri kamu itu salah! Kamu! Kenzo menunjuknya. Kamu adalah kesalahan terbesar dalam hidup aku! Sekarang pergi keluar! Rere hanya diam dan menurut saja. Dia tak tahu jika Kenzo akan semarah itu padanya. Itu hanya masalah udang. Mungkin memang itu bukan masalah ringan, tetapi haruskah Kenzo mengatakan hal yang begitu melukainya?Dia kesalahan terbesar pria itu. Kejam sekali tuduhan Kenzo kepadanya.Setelah kejadian itu, dia belum berbicara dengan Kenzo hingga detik ini kecuali di kantor jika dia harus menggantikan Rahmi atasannya menemui Kenzo. Mengingat kantor. Dia langsung teringat dengan pekerjaannya. Astaga ... Rere lupa jika dia harus bekerja. Matilah!Maaf. Mungkin kita bisa berbicara lain kali. Saya harus bekerja, ujar Rere gelisah. Dia langsung berbalik dan turun ke ruangannya.Suci baru membuka mulutnya untuk mencegah, tapi gerakan Rere begitu cepat dan gesit. Dia langsung berdecak lalu terkekeh. Sepertinya dia harus ikut turun dan menyusul Rere sebelum Kenzo dan kekuasaan pria itu membentaki Rere. Dia tahu betapa kerasnya lelaki itu.*Anda pikir Anda bekerja di mana? Seenaknya datang dan pergi sesuka Anda?! Kenzo memukul meja kerja Rere hingga komputernya bergetar, dan kopinya yang ada di dekat komputer mengguling dengan isi yang jatuh membasahi celana dan bajunya.Dia tak tahu jika Kenzo melakukan pemeriksaan dadakan. Setiap meja karyawan didatangi dan kemudian Kenzo berhenti di kubikelnya yang kosong. Saat dia tiba, dia langsung disambut wajah berang Kenzo. Masih ingat bagaimana bodohnya dia yang pura-pura tak bersalah dan malah melewati Kenzo dan duduk di kursinya.Maaf, lirihnya.Sepertinya Anda sangat ingin kehilangan pekerjaan ini.Rere mendongak memberanikan diri memandang kemarahan di mata Kenzo. Dia menggeleng cepat. Saya terlambat kar—Karena saya meminta tolong dia untuk mencarikan saya obat. Suci datang menginterupsi. Dia mendekati Kenzo dengan wajah cemberut. Jangan membentaki karyawan, Kenzo. Maag kakak tadi kambuh. Jadi minta tolong dia. Rere mengerutkan keningnya bingung karena Suci membahasakan dirinya dengan sebutan 'kakak' kepada Kenzo. Mata tajam pria itu langsung menatap tajam sorot lembut Suci. Lalu dia mengeluarkan napas panas dari mulutnya. Dia tahu bukan begitu kejadiannya. Pasti Suci hanya sedang melindungi Rere. Baiklah, jawabnya enggan memperpanjang masalah yang akan berujung nasihat panjang dari Suci yang tak akan cukup waktu sehari. Lanjutkan pekerjaan kamu, perintah Kenzo lalu berbalik melangkah menuju lift. Suci terkikik melihat Kenzo yang selalu mengalah padanya. Ganti baju dan celana—Tidak perlu. Ini bukan masalah, jawab Rere lalu berdiri dan meninggalkan Suci. Dia berjalan cepat menuju kamar mandi dan di depan wastafel dia membersihkan noda kopi yang sudah meresap hingga ke celana dalamnya.Tubuhnya bergetar karena isakannya meluncur lembut bersama air mata. Dia menangis bukan karena kemarahan Kenzo melainkan kebencian yang bisa dia lihat dari sorot mata Kenzo untuknya.Mengapa dia tak mau pria itu membenci dirinya? Mengapa dia selalu lemah dengan setiap bentakan pria itu? Mengapa Kenzo memperlakukannya begini? Mengapa dia seakan menjadikan Kenzo berarti di hidupnya, hingga selalu sedih dan merasa tersakiti dengan setiap tingkah dan ucapan suami yang tak mengakuinya itu?  Bab Enam  Kenzo melangkahkan kaki panjangnya memasuki ruang keluarga rumah sang ayah. Di sana sudah berkumpul tiga adiknya beserta Suci dan Raja. Berbarengan mereka berhenti tergelak saat mendengar langkah Kenzo yang sangat mereka hafal suaranya. Kakak! Gadis kecil berusia delapan tahun berlari ke arah Kenzo dan langsung melompat ke tubuh pria itu. Dengan sigap Kenzo menangkap tubuh mungil Yeza adiknya. Kamu berat, ucapnya meledek membuat Yeza cemberut. Dia kemudian mendekat ke arah dua adik lelakinya yang memberinya ruang di antara mereka.Kenapa? tanyanya begitu saja kepada kedua orangtuanya. Kedatangan Suci siang tadi adalah untuk meminta Kenzo datang ke rumah. Walau hal itu bisa dilakukan lewat telepon, tapi Kenzo sangat tahu jika Suci datang juga untuk melihat Rere.Dua minggu lagi ulang tahun Gama Rainbow. Kita adakan pesta di salah satu hotel. Suci yang akan menghubungi Event Organizer dan kamu cuk—Kenapa harus kita yang mengurusnya sementara ada yang siap melakukan itu di perusahaan. Sudahlah. Katakan intinya saja. Apa tujuan perayaan ulang tahun itu? ujar Kenzo masih dengan Yeza yang duduk di pangkuannya, bergelayut manja di leher.Bibir atas Raja berkedut karena Kenzo yang begitu sering menyela ucapannya. Karena kakak mau mengurusnya. Lagian capek di rumah terus, ujar Suci yang sama sekali tak menjawab pertanyaan Kenzo.Namun pria itu hanya diam saja tak merespon. Tahu jika putra pertama mereka tak mau berbasa-basi. Raja menarik napasnya lalu menghembuskannya ke atas membuat rambut di atas keningnya bergoyang. Umumkan tentang pernikahan kamu dan Re—Saya tahu kelicikan anda, Tuan Raja. Anda mau menguasai saya, bukan? Kenzo menurunkan adiknya yang kemudian menggerutu. Yeza main sama Kak Beni, ya? pinta pria itu lalu menoleh melihat adik lelakinya yang baru memasuki usia remaja itu.Walau sangat ingin ikut dalam pembicaraan keluarganya ini, namun Beni tak mampu menentang sang kakak. Dia langsung berdiri menggandeng Yeza dan membawa gadis kecil itu ke kamar tanpa sebuah penolakan dari sang adik.Kamu belajarlah, Ren. Setelah tamat, kamu yang akan menggantikan kakak, ujar Kenzo memerintahkan adiknya yang bernama Reno. Pria berusia dua puluh tahun itu mengangguk patuh. Kenzo bukan hanya kakak untuknya. Namun juga guru dan teman. Dia tak pernah membantah setiap perintah Kenzo. Setelah hanya mereka bertiga yang ada di ruangan keluarga, Kenzo memperhatikan Suci dan Raja bergantian.Anak kamu marah sama aku, Mas. Soalnya tadi siang aku nemuin Rere, ucap Suci menyembunyikan wajahnya di lengan Raja. Alih-alih ketakutan dia malah tertawa pelan di sana. Membuat Kenzo menggeram kesal.Hanya mama yang akan tahu pernikahan kami. ngga lebih. Kenzo menentang. Mama yang ia maksud adalah ibu kandungnya yang hingga kini belum kunjung pulang dari liburan bersama ayah tiri dan lima adik yang dilahirkan sang ibu dari pernikahan kedua.Ya ... itu saran papa, loh. Karena memang kayaknya kamu harus umumkan pernikahan itu. Raja mengusap jenggot tipis di sekitar dagunya.Aku masih ingat dengan negosiasi yang Anda sarankan itu, Tuanku. Jadi aku tetap pada keputusan awal. Aku cuma memanfaatkan Rere. Tidak lebih.Suci langsung memandang Kenzo sedih. Ingin pergi sebelum Suci melumpuhkannya dalam ketidakberdayaan, wanita itu sudah lebih dahulu menarik Kenzo dan membuatnya kembali duduk. Kini mereka duduk bersebelahan dengan tatapan memohon Suci. Keliatannya Rere itu baik. Kakak udah ngobrol sama dia dan kayaknya dia memang baik. Benar-benar wanita baik.Kalian mengatakan baik hanya karena kalian baru bertemu dengan dia beberapa kali saja. Kenzo berdiri melepas rangkulan sang ibu tiri. Datang dan lihatlah kelakuan aslinya. Dia jauh lebih buruk dari siapapun yang kalian pernah temui. Kepolosannya itu hanya topeng, ucap Kenzo menerawang agar tampak meyakinkan.Raja dan Suci langsung mengernyit. Benarkah begitu? Sepertinya susah untuk percaya. Aku pulang, pamit Kenzo.Tiba di depan rumah, Yeza sudah menghalangi jalannya. Gadis kecil itu melarang sang kakak agar tidak pergi. Dia merindukan Kenzo karena sudah tak pernah pulang. Setiap Yeza minta dijemput untuk main ke apartemen pria itu, Kenzo pasti menolak dengan alasan sibuk. Yeza pun merengek manja namun Kenzo terus merayunya dengan janji-janji yang tak pernah ditepati dan Yeza benci itu.Dengan tangisan yang terdengar menyakitkan. Yeza lari sembari berteriak marah kepada sang kakak. Yeza ngga mau temenan sama Kak Ken lagi! Yeza marah sama kakak. Kakak ngga sayang sama Yeza! pekik bocah itu disusul bunyi pintu tertutup yang begitu nyaring di telinga.Ini adalah hal yang biasa terjadi. Nanti jika dia kembali ke sini pun, Yeza pasti sudah lupa dengan kejadian hari ini. Gadis kecil itu begitu mudah marah namun juga mudah memaafkan.Aku boleh mengenalnya? Kayaknya dia memang wanita baik, Kak. Reno menghentikan Kenzo yang akan masuk ke dalam mobil.Fokus pada kuliahmu dan jangan urusi hal seperti ini. Ingat apa yang aku katakan. Jangan mendekati wanita sebelum waktunya. Berhati-hatilah karena mereka sangat berbisa.Reno mengedikkanbahunya lalu bersandar di ambang pintu dengan tangan terlipat di depan dada. Bunda dan Mama ngga gitu kok, katanya mengusik Kenzo.Itu beda! balasnya lalu masuk ke dalam mobil dan mengumpat habis-habisan. Penyesalan menikahi Rere kembali menyeruak. Mengapa ia harus mengambil tindakan gegabah sementara wanita itu saja siap jika dirinya tak bertanggung jawab—menikahi Rere.Dia harus segera pulang dan mengatakan bahwa Rere akan dirinya ceraikan tiga bulan lagi. Dia akan segera mengenalkan Rere kepada ibunya. Lalu ibunya tak ada alasan untuk menikahkan ia dengan Jessi dan setelah itu dia bisa bercerai.Sebelumnya dia harus membuat kontrak atau perjanjian dengan sang ibu agar kemudian tak ikut campur urusannya lagi. Dibandingkan Raja, Liandra memang jauh lebih menuntut.Kenzo benar-benar pusing menghadapi semua masalah tak penting namun begitu mempengaruhi kehidupannya ini. *Rere masih bergelung di depan TV dengan selimut menutupi sekujur tubuhnya dari kaki hingga kepala. Dari sejak pulang kerja hingga sekarang dia masih menangis dan dia heran apa yang dirinya tangisi.Dia biasa dibentak oleh atasan. Didiamkan oleh siapapun itu, namun dia tak terima jika Kenzo yang memperlakukannya begitu. Diamnya pria itu saja sudah membuat nyalinya ciut, apa lagi suaranya yang meninggi. Seminggu yang lalu dan kejadian tadi siang adalah amukan Kenzo hang terparah. Apakah dia akan mendapat amukan yang jauh lebih buruk lagi suatu saat nanti?Saat terdengar suara langkah memasuki ruangannya, dia mulai menghentikan isakan lirihnya. Memejamkan mata dan pura-pura tidur.Kenzo yang baru tiba, langsung menaikkan sepasang alis tebalnya saat mengetahui bahwa semua ruangan gelap. Dia berjalan perlahan dan tiba di ambang batas ruang TV, ia mendengar isakan pelan. Saat ia mendekat ke sumber suara, isakan itu menghilang. Mengetahui hal ini, menyadarkan dirinya akan kejadian seminggu yang lalu. Dia tau dia tak harus membentak Rere sebegitu kerasnya. Tapi masalahnya, dia harus menghadiri pertemuan penting dengan salah satu GM hotel yang akan menggunakan produk perusahaan untuk hotel tersebut. Dia harus mengikutinya karena ini termasuk salah satu proyek besar yang jika produknya digunakan oleh hotel tersebut, maka seluruh cabang hotel dari hotel tersebut juga akan menggunakan Cat Aliquam dari GamaRanbow.Tapi karena Rere, kondisinya mendadak berubah karena udang. Pihak hotel pun ingin pertemuan diundur karena memang mereka ingin bertemu pula dengan pemimpin baru dari Gama Rainbow.Lalu kejadian tadi siang. Masalahnya, begitulah ia kepada karyawannya. Tak pandang buluh, karena semua setara di matanya. Lagipula Rere memang bersalah. Wanita itu tidak izin dengan siapapun bahkan dengan satpam sekalipun. Dia pergi begitu saja dan datang terlambat. Jadi mengapa Rere harus menangis seperti ini?Sialnya mengapa dia harus peduli? Mengapa dia harus memikirkan alasan untuk merayu wanita ini? Astaga ... ingatkan dia jika Rere tak lebih dari seorang pembantu di matanya.Kenzo mengangguk lalu berbalik. Namun baru beberapa langkah, dia sudah berbalik dan kembali ke arah sofa Rere. Duduk di tepi sofa mengusik pura-pura tidurnya wanita itu.Aku ngga mencium aroma masakan, katanya membuat Rere mengumpat dalam hati. Bangun dan masak! titahnya dengan nada tinggi.Rere menghapus jejak air matanya yang tertingal di pipi. Setelah yakin tak ada bekasnya. Dia menyingkap selimut dan bangun. Mata tajam Kenzo adalah yang pertama kali dirinya temukan saat dia membuka mata. Awas, Tu-An! katanya menekuk kakinya untuk turun dari sofa. Namun kedua lengan kokoh Kenzo menghalangi dia yang kemudian terkungkung dalam tubuh besar pria itu.Kamu membentak? tanya pria itu tak suka.Tenggorokan Rere bergerak-gerak. Bola matanya juga mulai aktif, tak fokus. Dia menggeleng pelan tanpa mau melihat manik Kenzo. Kamu marah? Jelaskan marah karena apa? tanya pria itu membuat Rere mengerjap.Jantungnya memompa darah dengan kecepatan yang terkira sepertinya. Napasnya mulai tersengal saat mendapati tubuh Kenzo sudah menindih tubuhnya. Katakan.Rere menutup matanya sejenak. Mengumpulkan keberaniannya lalu menarik napasnya dalam. Kamu terus membentaki aku, katanya seraya membuka mata Mata Kenzo menyempit. Seringainya tampil menyaksikan semburat merah di pipi Rere. Merah itu mulai merambat hingga ke leher dan telinga. Kamu pantas mendapatkan itu, kan?Rere menggeleng ragu. Walau dia tahu kejadian tadi siang adalah salahnya, tapi kejadian udang seminggu yang lalu bukanlah kesalahannya. Dia tidak tahu jika Kenzo alergi. Alis Rere bertaut lalu melihat Kenzo dengan pandangan ngeri. Kenzo ... aw—awas, pintanya mendorong pelan bahu pria itu.Kenapa?Rere kesusahan menelan salivanya. Pandangannya turun berusaha melihat sesuatu yang keras yang menekan pahanya. Kenzo.... panggilnya lagi dengan suara bergetar.Entah sejak kapan Kenzo tak melarang Rere memanggil namanya. Dia merasa suara itu begitu indah saat menyelusup ke rongga telinganya lalu menyampaikan namanya. Seks kita malam itu adalah yang pertama untuk kamu, kan? tanya Kenzo membuat Rere semakin malu. Dia sungguh ingin melupakan kejadian malam itu. Walau dia sendiri lupa dengan rasanya karena efek perangsang dan alkohol yang mengendalikannya.Re.... panggil pria itu menciutkan nyali Rere. Kamu masih ingat rasanya?Rere langsung memalingkan wajahnya ke arah TV. Dia ingin semua ini berakhir. Walau dia bingung mengapa mereka bisa berbicara hal yang begitu intim seperti ini?Kamu berteriak meminta aku terus melakukannya dengan keras. Kamu ing—Plis ... berhenti. Ak—aku mau masak. Kenzo ... Kenzo awas, pinta Rere tak ingin mendengar kelanjutan cerita Kenzo yang membuat seluruh tubuhnya memanas.Bukannya berhenti dan iba dengan wajah memohon Rere. Kenzo malah memainkan jemarinya di wajah wanita itu. Menyentuh bibir atas tipis Rere namun berisi pada bibir bawahnya.Dia ingin merasakan benda kenyal itu lagi, yang mendesah dan membalas lumatannya dengan begitu kaku. Jemari Kenzo bergerak turun membuat detak jantung Rere berhenti sedetik, namun kemudian berdentum begitu cepat dan kuat. Semakin kuat dan siap meledak saat jemari itu turun semakin ke bawah dan berhenti di atas gundukan kecilnya.Terlalu kecil memang di tangan Kenzo yang biasa merasakan payudara yang jauh lebih besar dari ini. Tapi dia suka meremas milik Rere. Menurutnya pas dan sangat kenyal. Produk asli tanpa tambahan apapun. Kenzo ... jangan.Aku menyukainya.Ah! Rere menahan tangan Kenzo agar tidak menekan benda kecil yang sudah menegang akibat sentuhan sialan Kenzo. Jauhkan tangan kamu, titah Kenzo pelan.“Ngga mau. Rere menggeleng semakin menjauhkan jemari Kenzo namun Kenzo menekannya semakin dalam hingga tangan mereka bergetar saling tarik satu sama lain.Lepas Re.... Mata Kenzo memerah tersulut gairah. Penolakan Rere seperti sebuah tantangan untuknya.“Ngga mau. Rere menggeleng.Rere....“Ngga mau."Re-re, tekan Kenzo seakan kesabarannya telah habis. Kenyataannya dia suka melihat raut malu dan takut milik Rere.Kenzo jangan....Lepaskan tangan kamu.“Ngga mau."Lepas.“Ngga."Re—Kenzo jangan. Sakit.Kamu harus turuti suami kamu, mengerti?Tapi di perjanjiannya ngga ada aku harus ngelayani kamu, kan?Apa tertulis juga bahwa kita dilarang melakukan hubungan intim?Rere mencebik dengan pandangan nanar ketika dia mengingat rentetan isi surat perjajian yang telah ia tandatangani. Tidak ada yang menyinggung tentang hal itu di perjanjian mereka. Sial.Lep—Dering telepon menyela ucapan Kenzo. Rere menahan desahan leganya sementara Kenzo harus berdecak kesal. Permainan terpaksa ia hentikan dulu. Kamu selamat, katanya lalu berdiri menjawab telepon.  Bab Tujuh  Dua hari setelah kejadian malam itu, Kenzo dan Rere tidak berkomunikasi kembali. Kenzo selalu pulang lewat tengah malam dan Rere tak tahu apa yang dikerjakan pria itu hingga pulang begitu larut. Mungkin saja Kenzo menghabiskan malam dengan wanita lain? Setiap pemikiran itu terlintas di benaknya. Rere menjadi gelisah.Dia tahu jika pernikahan ini tidak begitu penting, baik bagi Kenzo maupun dirinya. Tapi walau begitu, bisakah Kenzo menahan diri untuk tidak mendekati wanita lain selama mereka masih menjalin hubungan pernikahan? Dia tak mau pria itu berselingkuh. Dia tak rela jika pernikahan yang tak begitu ia inginkan ini dibumbui dengan adanya pihak ketiga. Itu menyakitkan.Di meja makan, Rere mengerjakan laporan pemasukan dan pengeluaran yang belum ia rampungkan. Menginput data dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Dilirik jam yang menggantung di dinding ruang tamu yang bisa ia lihat dari tempatnya duduk.Sudah pukul satu malam tapi Kenzo belum pulang dan dia juga belum mengantuk. Disimpan pekerjaannya lalu mengetukan jemari di permukaan meja. Mengapa dia gelisah begini? Di mana pria itu?Ya ... besok gue ke sana.Suara dari ruang tamu menariknya dari lamunan. Dilihatnya Kenzo yang baru memasukan ponsel ke dalam kantong jaket yang dikenakan pria itu. Kamu belum tidur? tanya Kenzo mendekati Rere. Dia duduk di sebelah wanita itu yang langsung menggeser duduk dengan ekspresi takut. Melihat wajah Kenzo akan mengingatkan kejadian dua hari yang lalu. Rasa malu mulai menggerogotinya.Kenzo sangat ingin tertawa melihat ekspresi lucu Rere. Kamu nunggu aku? tanyanya tanpa nada menggoda karena dia tak tega melakukan itu walaupun sangat ingin. Karena ekspresi takut Rere adalah kebahagiaan tak berbentuk bagi Kenzo.“Ngga. Aku baru ngerjain laporan. Rere menunjuk laptopnya. Pria itu kemudian mengangguk dan melihat meja yang terdapat ayam dengan bumbu kecap. Aah ya ... aku mungkin bakal sibuk untuk seminggu ke depan. Jadi ngga perlu masak untuk aku. Kenzo memberitahu lalu memandang Rere.Mengapa mereka sekarang seperti pasangan suami istri pada umumnya? Pria itu mengedip beberapa kali lalu berdiri. Sana pergi. Aku mau tidur. Dia tak mau hubungan mereka membaik.Kamu sibuk apa? tanya Rere penasaran.Urusan aku dan kamu ngga perlu tahu, ujar Kenzo kembali dingin.Rere langsung cemberut. Namun kemudian dia sadar diri siapa dia bagi Kenzo. Mereka tak boleh ikut campur urusan satu sama lain. Aku butuh daftar apa aja yang kamu suka dan kamu ngga suka. Termasuk yang kamu ngga boleh makan. Rere menyodorkan selembar kertas beserta pulpen kepada Kenzo sebelum pria itu masuk ke dalam kamar dan akan mengamuk jika diganggu.Besok saja, tolak Kenzo langsung berjalan ke kamarnya.Nanti kalau salah lagi, aku yang diamuk-amuk, gerutu Rere cukup Kenzo dengar. Pria itu berhenti lalu melihat Rere yang menggunakan kaos bergambar lebah dan berlengan panjang. Di bagian bawahnya, wanita itu menggunakan celana sepanjang mata kaki. Rambutnya digelung ke atas menampilkan lehernya yang putih san jenjang.Senyum Kenzo terukir saat melihat tak ada garis bra di balik kaos berwarna putih itu. Wanita itu pasti tak mengenakannya. Sial. mengapa dia ingin mendekati wanita itu dan menggoda Rere? Tak pedulikan larangan hatinya. Dia kemudian berjalan kembali ke arah Rere dan saat itu Rere merasa bahwa pantatnya tak menyentuh kerasnya kursi kayu lagi.Aah! Kenzo—"Kamu menggerutu. Itu salah satu hal yang aku tidak suka. Kenzo membekukan Rere.Wanita itu kemudian hanya diam tak memberontak. Bukan karena pasrah, namun dia takut jika dia memberontak, maka Kenzo akan membanting tubuhnya ke bawah. Apa Kenzo juga biasa menyiksa seorang wanita?Bruk!Kenzo membanting tubuh Rere di sofa. Beruntung tempat itu empuk sehingga tak menyakiti Rere. Belum sempat wanita itu duduk untuk mengelak serangan Kenzo. Pria itu langsung menindih tubuh kecilnya. Kenzo mau ngapain?! Memeriksa apa yang ada di balik baju kamu.Rere langsung melotot ngeri. Disilangkan tangannya di depan dada. Jangan bilang jika kejadian malam itu akan terulang lagi. Dua hari yang lalu dia lolos. Tapi malam ini? Tidak. Dia tak ingin Kenzo melakukan itu lagi padanya. Dia belum siap dan tak akan mau melakukan itu tanpa perasaan. Dia tak mau jika mereka hanya melakukannya karena nafsu.Kenzo sudah menduduki paha Rere tanpa menekannya. Tangan besar pria itu langsung membuka lebar tangan Rere. Dan meletakannya di lengan sofa. Biar aku periksa.Kenzo aku mohon jangan.Pria itu menyeringai. Kamu takut?Rere mengangguk. Matanya sudah memerah dengan genangan air mata di sana. Wanita ini begitu polos. Hal itu yang sangat disukai Kenzo. Terlalu jujur dan tak mengada-ada. Berbeda dengan banyak wanita yang ia kenal di luar sana. Semuanya penjilat.Hanya memeriksanya saja, oke?Wanita itu menggeleng. Kenzo.... Dia mulai merintih dengan air mata yang sudah mengalir.Kenzo tak betah melihat wanita manja yang begitu suka mengandalkan air mata. Tapi yang dia tahu, Rere menangis karena takut padanya. Bukan karena manja. Kamu terus membentaki aku. Ucapan Rere malam itu masih terngiang hingga sekarang. Rere tak suka dibentak. Walau nyatanya ia sering melihat Rere dimarah dengan atasan langsung wanita ini dan sikap Rere sama sekali tak seperti jika Kenzo yang membentaknya. Aah ... mengapa dia begitu suka rela jika dirinya diminta untuk memanjakan wanita ini?Oh Tuhan. Hentikan itu Kenzo. Jangan memberi wanita ini peluang yang besar untuk memperdaya dirimu. Aku belum melakukan apapun, oke?!Tapi aku ngga mau diginiin. Aku bukan pelacur kamu angkat ke sofa terus kamu tindih kayak gini.Pelacur? Shit! Kenzo benci istilah itu disematkan untuk Rere. Pura-pura, pria ini tak mengindahkan ucapan Rere walau dalam hatinya ia mengumpat habis-habisan. Tak mau melihat sorot terluka Rere. Kenzo menempelkan bibir di leher wanita itu dan menghirup aroma bayi Rere. Aku menyukainya. Dan entah sejak kapan aku menggilainya.Ini bau minyak telon. Nanti kamu pakai aja di badan kamu sendiri. Rere tengah melakukan diskusi kepada pria yang tengah menahan gairahnya mati-matian. Entah akan berhasil atau tidak, namun Rere tepat mencobanya.Kenzo menggeleng dan itu membuat Rere menjadi putus asa. Harusnya dia tahu jika pria ini adalah pria yang keras kepala. Berbeda. Di sini baunya lebih wangi. Kenzo risih. Dia menggeliat mencoba menyingkirkan bibir Kenzo. Sentuhan pria ini berdampak buruk untuk tubuh dan jantungnya. Ah tidak. Berdampak buruk untuk seluruh tubuh hingga semua organnya.Tak ada tanggapan. Pria itu hanya diam. Terpaksa Rere pun diam tak mau membuat pergerakan. Napas panas Kenzo di lehernya sangat membuatnya gelisah walau tak ia pungkiri ada rasa nyaman di dalamnya. Tak ingin larut dalam kenyamanan yang hanya bersifat semu ini, Rere mencari cara agar lepas dari cengkeraman Kenzo, walau bingung bagaimana caranya.Kamu bisa merasakan yang di bawah sana? bisik pria itu mulai menjilat leher Rere. Sialan Kenzo! Harusnya kamu hindari ini! Andai Kenzo bisa menarik dirinya saat ini. Dia sangat ingin lepas dari cengkeraman daya tarik Rere.Napas wanita itu tersengal. Dia merasakan kerasnya Kenzo sejak tadi di bawah sana. Dia terlalu cepat bereaksi setiap di dekat kamu. Kamu tahu apa artinya?Kenzo jangan. Aku ngga mau kita ngelakuin itu lagi.Kenapa? Setiap hari aku tersiksa, kamu tahu itu? Tengah malam aku harus mandi karena tidak bisa memuaskannya.Setiap malam kamu pergi, kan? Kamu pasti memuaskan itu dengan wanita lain.Pegangan Kenzo di pergelangan tangan Rere mengendur lalu berpindah melingkari pundak wanita itu. Tidak ada hubungan dengan pihak ketiga selama kita masih terikat dengan pernikahan ini. Tidak peduli kita akan bercerai. Aku tidak mau melibatkan orang lain dalam rumah tangga sialan ini. Jadi satu-satunya cara untuk memuaskannya adalah mandi.Ucapan pria itu seperti hembusan angin di panas terik. Menyejukan Rere yang bersyukur karena dugaannya salah. Berarti selama mereka menikah, Kenzo tidak pernah tidur dengan wanita lain. Itu artinya Kenzo harus tersiksa jika benar pria ini mandi tengah malam untuk menyurutkan nafsunya. Mengapa Rere jadi merasa iba? Tidak. Rere tak mau luluh.Jadi kapan kamu siap? tanya pria itu membuat Rere mengerjap tak percaya. Kenzo bertanya hal itu yang artinya pria ini akan menunggunya?Aku pikir kamu mau maksa aku.Aku bukan pemerkosa. Tidak ada nikmatnya melakukan dengan paksaan.Pria searogan Kenzo berbicara seperti itu? Dia tak percaya.Kapan?Kapan kamu menyukai aku.Jadi ... suka sama suka? Rere mengangguk.Terus kalau kamu yang ngga suka?Aku suka kalau kamu suka.Aku menyukai kamu. Kita lakukan itu sekarang? Senyum menjengkelkan Kenzo seketika tercipta.Rere langsung berdecak membuat senyum pria itu berubah menjadi tawa. Dia segera bangkit dari tubuh Rere. Menurunkan kaki wanita itu ke bawah lalu duduk bersebelahan. Apa tujuan kamu menerima pernikahan ini?Rere membenahi posisi duduknya lalu bersandar seperti Kenzo, memandang layar hitam TV yang tak menyala. Janda yang tidak perawan kan jauh lebih diterima, lirih Rere. Siapa bilang? Di luar sana banyak single yang sudah tidak perawan. Lelaki tidak peduli dengan hal seperti itu, jelas Kenzo menggoyangkan telapak kakinya yang lurus ke depan.Ya ... dengan syarat, perempuan itu cantik dan kaya. Rere menarik napasnya dalam. Dia tak cantik dan kaya. Jadi yang dia miliki hanya harga diri yang tak boleh tercoreng.Kenzo memandang wajah Rere yang menampakan bagian samping. Jadi maksud kamu aku menikahi wanita yang tidak cantik?Ha? Rere melihat Kenzo. Kan ngga nikah untuk selamanya. Jadi kamu ngga usah khawatir.Apa belum pernah ada yang ngajakin kamu pacaran?Rere menggeleng. Aku dulu sibuk belajar. Tamat SMA langsung kerja untuk bantu biaya operasional panti asuhan. Sampai sekarang aku mesti kerja dan ngga kepikiran buat pacaran.Tapi malam itu kamu pasti berpikir untuk mencari pacar, kan?Rere tersenyum malu karena Kenzo bisa menebaknya.Cari pacar di tempat yang benar. Bukan di pub, diskotik atau club.Dia cemberut karena seorang player seperti Kenzo menasehatinya dalam mencari kekasih. Dia saja tak yakin jika Kenzo pernah mendapatkan wanita yang benar.Lagian ... kamu terlalu lemah.Rere tak suka dikatakan lemah. Wajahnya langsung berubah cemberut namun Kenzo tak memerhatikannya.Pria itu malah memainkan jarinya di sekitar bibir. Lalu berucap, seperti malam itu. Begitu mudah laki-laki brengsek itu memberikan kamu minuman yang sudah diberi obat perangsang. Kenzo melihat Rere. Apa yang membuat kamu pergi ke club waktu itu?Nemenin Laras. Dia mau ketemu sama temennya, jelas Rere tidak menutupi apapun.Laras? Si payudara implan? Ck! Mereka—orang kantor—suka memanfaatkan kamu. Kamu tahu itu?Tahu.Tapi kamu tetap mau membantunya?Aku harus membantu siapapun yang meminta pertolongan.Sesekali menolak. Jangan diam saat tahu kamu dimanfaatkan. Saat mereka menghina kamu, balas dengan hinaan juga. Dunia itu kejam, Nona. Mereka mendorong. Maka kita juga mendorong. Terlihat sekali jika Kenzo adalah seorang pendendam, bukan?Rere terdiam memikirkan ucapan Kenzo. Dia menunduk dengan bibir mengerucut maju. Jadi aku harus membalas setiap perbuatan buruk orang-orang sama aku? Kenzo mengangguk lalu berdecak. Sudahlah. Semoga kamu mengerti apa yang aku katakan. Oke! Ini udah malam dan tuanmu ini butuh istirahat. Kenzo berdiri dengan tangan yang disurukan ke kantong celananya. Selamat malam. Dia beranjak pergi.Rere memutar tubuhnya beberapa derajat. Siapkan daftar yang aku minta tadi.Kenzo mengangkat tangannya sebagai jawaban. Selamat malam. Baru kemudian Rere membalas salam pria itu. Perlahan dia merosotkan tubuhnya dan memejamkan mata. Dia aneh, kan? Kadang baik, kadang jahat. *Bunyi cicitan burung dari ponsel Rere membangunkan wanita itu dari tidur lelapnya. Dia menggeliat sesaat namun kemudian malah menutup sekujur tubuh dengan selimut. Kondisi di luar memang masih gelap. Matahari belum muncul menunjukan dirinya. Ditambah dengan suasana dingin yang semakin mendukung tubuh Rere untuk diam tak bergerak.Suara dengkurannya yang begitu halus, terdengar samar di ruangan TV. Kenzo yang baru saja bangun untuk mengambil segelas air minum langsung tertarik mendekati Rere.Disingkap perlahan selimut tebal yang membungkus Rere seperti kepongpong. Wajah polos seperti bayi tanpa dosa tercetak di wajah lelap wanita itu yang nampak berkali lipat lebih cantik tanpa kacamata.Hidung kecil namun mancung milik Rere begitu pas membingkai wajah ovalnya. Bibir merah yang begitu menggoda dengan kulit putih terang. Pujilah dia terus menerus dan siapkan diri untuk terikat dengan wanita ini. Kenzo mengejek dirinya sendiri. Dia berusaha abai akan Rere. Menghindari wanita ini dan begitu sering membentaki Rere dengan harapan semua daya tarik wanita ini tak menghalangi niatannya yang hanya sekedar ingin memanfaatkan Rere.Mengapa semua kemarahannya kepada Rere karena one night stand yang mereka lakukan dan berujung dengan pernikahan sialan ini semakin lama semakin terkikis dengan semua kepolosan wanita ini. Apa Rere memang tercipta untuk mematahkan yang kuat, memperhalus yang kasar, meluluhkan kemarahan?Eegh.... Rere melenguh saat terpaan AC yang dingin menyapu kulit wajahnya yang tak tertutupi. Bangun Cinderella. Kenzo menjetikan jari di depan wajah Rere.Ibu tirimu akan berteriak? Kalau dalam hitungan tiga detik kamu belum bangun.Kenzo menyeringai saat yang diterima adalah geraman tak ingin diganggu dari Rere.Satu ... dua ... tiga.Kenzo diam sejenak hingga hitungan masuk ke angka enam puluh. Tak mau menunggu lagi, dia langsung menunduk untuk mengangkat tubuh Rere.Seakan diterbangkan ke angkasa. Rere malah semakin terlelap. Ini diakibatkan dia yang tidur terlalu malam, padahal dia tak pernah seperti ini. Melihat bibir Rere yang terbuka lebar dengan kepala mendongak. Membuat perasaan ingin mengerjai wanita ini lebih menggebu-gebu. Di dalam kamar mandi. Perlahan ia turunkan tubuh Rere di dalam ember yang berisi penuh air yang pasti begitu dingin karena didiamkan semalaman.Aaah! Rere langsung tersentak bangun dan bangkit dengan tubuh menggigil. Kamu susah dibangunin. Kenzo memiringkan kepalanya lalu berbalik mengabaikan sorotan marah dari Rere. Tapi merasa tak ada jawaban maupun suara isakan seperti biasa. Kenzo berbalik dan menemukan Rere yang melihatnya dingin. Pria itu langsung mengusap belakang lehernya saat dirasa dia memang sudah kelewatan. Baiklah aku minta maaf. Aku bercanda, oke?Rere mengabaikan permintaan maaf yang tak serius itu. Ia hentakan kakinya lalu keluar melewati Kenzo. Dia marah lagi. Kenzo hanya tersenyum miring saja untuk menaggapi kemarahan wanita itu.Kemudian dia menunduk untuk mencelupkan tangannya ke dalam ember untuk merasai dinginnya. Lalu dia terkekeh karena air tersebut sangat dingin ternyata.Byur!Astaga! Kenzo memekik lalu berbalik memandang Rere yang membawa ember kecil. Kam— Dia tak sanggup melanjutkan ucapannya karena giginya bergemelatuk akibat air es yang baru saja Rere siramkan ke tubuhnya. Rere kemudian meringis antara simpati dan bahagia karena berhasil membalas Kenzo. Dilemparnya ember ke sembarang tempat lalu ia memilin tangannya saat bibir Kenzo berusaha mengatup dan menonjolkan rahang pria itu yang keras. Aku baru mempraktekan apa nasihat kamu semalam. Maaf, cicitnya lalu perlahan mundur ke belakang dan berlari kencang.Dia tahu jika Kenzo akan mengejarnya saat pria itu mengabaikan semua rasa dingin hanya demi mencengkeram tubuhnya dan menenggelamkannya ke dalam ember berisi air es tanpa rasa belas asih sedikit pun.Tapi sepertinya tidak begitu karena Kenzo berjalan tertatih keluar dari dalam kamar mandi dengan menggenggam bongkahan es yang ia pungut dari lantai kamar mandi. Dia akan melakukan pembalasan dengan wanita itu, namun sebelumnya dia akan meralat semua nasihat yang sudah ia berikan kepada Rere.Wanita itu. Tak hanya bisa membuatnya gelisah dan sakit karena nenahan gairah yang meletup-letup. Tapi ternyata tindakannya juga sangat mengesalkan. Rere.Kenzo maaf! teriak Rere dari dalam kamar yang berada dekat dapur. Dia terdengar ketakutan walau terselip nada jahil di sana.Aku emosi! katanya lagi yang pasti tak akan Kenzo pedulikan.Walau begitu, dia merasa puas. Dia tak pernah melukai atau menyakiti orang lain. Namun melakukan itu kepada Kenzo malah menyulut kebahagiaannya yang sekarang meletup-letup memenuhi rongga dada.  Bab Delapan  Kenzo membasuh tubuh menggigilnya dengan air hangat di kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Lalu ia memilih untuk kembali merebahkan tubuh dan mengurut pangkal hidungnya saat rasa pusing yang entah karena apa menjalar hingga ke belakang kepalanya.Pria ini memikirkan hubungannya dengan Rere. Mengingat kapan ia membawa Rere masuk ke dalam kehidupannya dan betapa cepatnya dia menerima wanita itu.Dia bukan lelaki yang mudah tergoda. Tak ada satu pun wanita yang mampu membuatnya gelisah seperti ini. Kemudian rasa takut menyergapnya. Dia rasa dia sudah terlalu baik dengan wanita itu. Dia rasa dia terlalu dekat dengan wanita polos namun mematikan itu. Sementara dia hanya harus mengabaikan Rere saja selama pernikahan hingga kemudian tujuannya terwujud dan dia lepaskan wanita itu tanpa tuntutan apapun.Tapi mengapa setiap rencana indah yang telah dirinya rancang langsung lenyap menguap entah kemana saat dirinya bersirobok pada sepasang mata bulat Rere. Dia tak bisa membentaki wanita itu jika tak ada masalah di antara mereka dan dia tidak gila, membentaki Rere yang jelas tak bersalah, kecuali jika Kenzo sedang kesal.Jadi sekarang dia harus mencari masalah agar dia bisa membentaki wanita itu agar dirinya tak diperlakukan seperti ini lagi? Rere seolah menganggapnya teman walau ia senang namun hati piciknya melarang.Rere bukan teman melainkan boneka yang akan ia gunakan untuk menghalangi Jessi dan ibunya. Jadi harusnya dia menjaga jarak, bukannya malah berbicara panjang lebar seperti semalam.Sialan!! Harusnya dia menyiksa wanita itu. Andai Rere tak hadir malam itu. Pasti sekarang dia masih bebas dari cengkeraman ayahnya yang ingin memanfaatkan dia untuk Gama Rainbow. Tapi jika tak ada Rere, sama saja mengumpankan diri kepada rajukan sang ibu yang tak pernah bisa ia hindari.Jadi sekarang dia harus bersyukur atau memaki? Kenzo pun bingung. Tapi yang jelas dia harus menghentikan kedekatannya dengan Rere agar setelah mereka berpisah, mereka bisa menjadi orang asing kembali. Tapi ... bukankah dia menginginkan tubuh mungil Rere? Oh Tuhan ... dia sangat ingin menenggelamkan tubuhnya ke dalam Rere. Tapi kapan? Dia bukan lelaki bejat yang harus memaksa wanita itu agar sudi melakukan seks dengannya. Tapi jika harus menunggu rasa suka timbul dalam dirinya. Dia kira itu mustahil.Wanita sekelas Ariana Grande saja tak mungkin bisa membuatnya bertekuk lutut dan membuatnya mengatakan suka begitu saja. Apalagi untuk Rere yang walau ia akui bahwa gadis itu cantik, namun ... namun penampilan wanita itu begitu hancur. Lalu bagaimana caranya dia menyukai Rere? Mendadani wanita itu?Sial! Mengapa sekarang dia malah mencari cara agar menyukai wanita itu sementara di sisi lain dia harus terus menyakiti Rere agar tak ada satupun dari dirinya yang bisa dibanggakan dari wanita lugu itu. Dia berharap dengan begitu, dia bisa bercerai dalam damai. Menjadi dua orang asing tak saling kenal. Tak perlu terikat dengan yang namanya perasaan. Dia maupun Rere. Tak boleh di antara mereka jatuh dalam kubangan saling mengagumi yang kemudian membuatnya terikat.Dia benci terikat. Dia tak ingin menikah. Cita-citanya adalah menjadi pria bebas yang akan menjelajah dunia tanpa seorang wanita yang menggandengnya dan menghambat langkahnya.Dia benci diperhatikan oleh wanita walau dia menyukai surga yang ada di tubuh wanita. Baginya. Sekali memberi wanita perhatian. Maka itu dianggap sebuah pintu harapan untuk para wanita. Harapan untuk mendapatkannya lalu mengekangngnya. Dan bukti nyata telah ada di depan mata.Kebaikannya semalam mungkin telah di salah artikan oleh Rere. Wanita itu mengajaknya bermain-main, menjebaknya dalam tawa dan lambat laun dia akan diikat kencang dan musnah sudah impiannya untuk menjadi pria bebas.Kenzo bangkit, menyandarkan tubuhnya ke belakang. Badan tak tertutupi itu nampak begitu keras sekeras dirinya yang tengah memikirkan cara untuk menjauhkan Rere. Dia telengkan kepala ke samping. Namun jika dia membuat Rere tak betah sekarang, bukankah itu akan jauh lebih bahaya? Misalnya Rere kabur sebelum urusanya selesai. Astaga Kenzo! Sikap naluriahmu semalam sangat membantu! Kenzo menjentikan jarinya. Saat ini memang itu yang harus dia lakukan. Jangan menganggap Rere sebagai musuh atau ancaman. Wanita polos itu harus dia bahagiakan namun jangan berlebihan. Tapi jika begitu sama saja dia menggantung sebuah harapan di depan mata wanita itu, bukan? Kenzo mengacak rambutnya frustrasi. Mengapa dia bisa sebingung ini? Masalah yang ia pikirkan sejak tadi hanya berputar pada satu titik saja. Tak ada solusi dan tak ada perkembangan.Ditariknya napas yang dalam. Dia rasa paru-parunya begitu lega saat perlahan dia berhembus dari mulutnya. Mungkin andaikan sikap baiknya disalah artikan oleh Rere. Itu tak jadi masalah untuknya selama bukan dia yang jatuh dalam pesona menjijikan Rere. Lalu sekarang ia menjadi bangsat sejati. Tapi itu salah siapa? Dia tak bisa membentaki wanita itu dan membuatnya kabur. Jika dia bersikap baik dengan Rere seperti yang ia lakukan semalam. Wanita itu akan tetap di sini sampai kemudian ia bisa memanfaatkan eksistensi Rere hingga dia mendapatkan apa yang dia cari selama ini. Hanya saja, option kedua memiliki resiko besar. Yaitu Rere bisa saja menyukainya. Jika hal itu terjadi, apa yang harus ia lakukan?Apalagi jika membiarkan Rere dengan perasaannya yang tak akan mungkin bisa Kenzo balas. Oke, terserah jika ingin menganggap pria tampan itu begitu percaya diri, namun kenyataannya memang tak ada wanita yang bisa menolak pesonanya. Termasuk Rere.Lagipula, bukan hanya sekali ia mematahkan hati para wanita. Maka tak ada salahnya jika ia melakukan lagi kepada Rere. Juga mungkin saja dengan begitu ia bisa mendapatkan tubuh Rere.Astaga ... liciknya pria ini.Setelah bergelut dengan pemikirannya sendiri. Kenzo turun dari ranjang, mengenakan pakaiannya lalu ia melangkah keluar dan mendapati Rere yang tengah berkutat di dapur.Disilangkan tangan di depan dada. Ia mendekati wanita itu, dengan tubuh kemudian disandarkan di konter dapur. Merasa menang? ujarnya mengagetkan Rere yang lalu menoleh melihatnya.Sejenak wanita ini terpaku dengan penampilan kasual Kenzo. Dipegang perutnya yang mendadak bergejolak aneh. Mengapa dia begitu suka mengagumi ketampanan pria ini?Kalau aku sakit, gimana? tanyanya lagi dengan alis berkerut karena Rere tak merespon ucapannya.Rere, panggilnya baru kemudian wanita itu mengerjap lalu tersenyum lebar. Maaf. Bercanda, ujar wanita ini lalu memfokuskan diri pada apa yang tengah ia kerjakan. Kehadiran Kenzo mendadak mengganggu konsentrasinya. Dia bahkan bingung, bumbu apa yang harus ia masukan setelah ini. Sadar bahwa dirinya membuyarkan fokus Rere. Kenzo memilih pergi untuk membaca koran pagi di balkon kamarnya.Hembusan lega keluar dari bibir Rere. Bahunya sedikit terangkat setelah konsentrasinya kembali. Ia pikir Kenzo akan membentaknya atau memberi pembalasan yang lebih mengerikan. Tapi ternyata dugaannya salah. Dia selamat namun kemudian hatinya menasehati agar dia tak mengulangi kejahilan tadi pagi. Walau dia sangat senang mengerjai Kenzo, tapi dia rasa dia tak harus memperlakukan pria itu seperti tadi. Wanita ini kemudian berpindah fokus dengan meraba perutnya. Mengapa sejak tadi perutnya terasa sakit? Dia menggeleng mengabaikan rasa sakit yang seperti diremas itu.*Mendung menggantung di atas sana. Rintik hujan telah turun bersamaan dengan hembusan angin dan guntur yang tak begitu besar namun cukup untuk membuat Kenzo mundur dan masuk ke dalam kamar. Sepertinya hujan akan turun deras di minggu pagi. Sungguh tak tepat waktu karena hari ini dia harusnya pergi bertemu Bastian sahabatnya yang mengelola perusahaan baru miliknya. Ada beberapa hal yang harus dirinya urus di salah satu lokasi proyek pembangunan salah satu unit perumahan yang perusahaannya bangun.Permasalahan memang selalu datang dan dia harus segera menyelesaikan urusan tersebut mengingat mereka tak bisa mengundur waktu penyelesaian bangunan. Walau sebenarnya, mau tak mau proses pembangunan pasti lah lambat mengingat hujan yang begitu rajin turun di bulan April.Pria ini langsung melangkah keluar kamar dan disambut oleh aroma makanan yang membangunkan raja cacing di dalam perutnya agar segera menghampiri meja makan.Cuaca dingin di luar sana semakin mendukung kelezatan sup ayam asparagus yang telah disajikan oleh Rere di atas meja makan. Pria ini menaikkan sebelah bibirnya ke atas lalu mengangguk senang.Dia memang tak salah memilih pembantu—ooops—maksudnya istri sampingan untuk mengurusi makan sehari-hari. Rere wanita mandiri yang begitu pandai meracik makanan lezat dari jemarinya yang lentik nan panjang.Daftar yang aku minta udah kamu buat? tanya wanita itu meletakkan segelas kopi di depan Kenzo. Minuman wajib bagi pria itu dan Rere sudah hafal betul takarannya. Dua sendok kopi dengan satu sendok gula tanpa creamer. Harus dilarutkan dengan air yang benar-benar mendidih—baru turun dari kompor—karena Kenzo tahu perbedaan rasanya jika air yang digunakan untuk membuat kopinya adalah air yang dimasak menggunakan dispenser. Jika itu terjadi, maka dia tak sudi untuk meminumnya.Nanti aku BBM aja. Pria itu tak acuh dan memilih menikmati supnya yang masih panas.Bibir atas Rere berkedut penuh kekesalan. Kenzo menunda-nunda apa yang dirinya minta, tapi nanti pasti akan mengamuk jika dia salah lagi. Astaga ... mengapa emosinya akhir-akhir ini sungguh berlebihan.Selain terlalu lemah di hadapan Kenzo dengan rajinnya dia menangis dan tersinggung. Rere juga merasa emosinya tak stabil sementara dia dikenal sebagai orang yang tenang tak peduli disakiti oleh teman yang bahkan meminta pertolongannya.Ini hari Minggu. Apa kamu juga sibuk? tanya Rere memandang muak ke arah sop miliknya. Tadi dia begitu antusias memasaknya. Namun setelah siap disantap, dia malah merasa perutnya diaduk-aduk seolah meminta semua isi di perutnya segera dikeluarkan.Iya. Nanti kalau hujannya ngga deres, aku pergi setelah sarapan. Tapi kalau hujannya deres, ya nunggu hujan reda. Kenzo menjawab sambil mengunyah. Seolah dirinya ikut makan apa yang Kenzo makan. Rahang Rere bergerak seakan ada makanan di dalam mulutnya. Mengapa sup yang dimakan pria itu terlihat lezat, sementara yang ada di mangkoknya terlihat memuakan?Kamu ngga mau pergi jalan-jalan? tanya pria itu lalu mengelap bibirnya dengan tisu yang ia ambil dari kotak tisu di dekatnya. Gerakannya begitu rapi dan terdidik. Rere menutupi bibir atas dengan bibir bawahnya. Pria itu nampak begitu berkelas, berbeda jika dia yang melakukannya. Nampak menjijjkan.Jemari lentik namun kokoh milik Kenzo meraih gagang gelas berwarna putih. Dia hirup aroma kopinya, kemudian ia cicip sebentar seolah menimbang rasanya, baru setelah itu ia meneguk kopi tersebut seteleh sepasang alisnya naik ke atas dengan bibir bawah maju ke depan dan kepala mengangguk sekali.Rere bahkan begitu hafal dengan gerakan yang sudah menjadi kebiasaan Kenzo. Tanpa harus melihatnya Rere bisa mengeja ritual apa saja yang akan Kenzo lakukan sebelum meneguk kopi. Semua seakan sudah memiliki prosedurnya sendiri. Begitu juga gerakan pria ini yang begitu suka meregangkan telapak tangan kirinya. Diregangkan hingga lima jarinya terbuka lebar lalu ditutupnya dengan cepat. Dia sering melihat hal itu saat Kenzo sedang diam atau melamun. Seolah gerakan itu terjadi tanpa kesadaran Kenzo. Nanti mau ke apartemen ambil beberapa barang. Rere meneguk segelas susunya lalu kembali melihat Kenzo. Diamati pria itu dari ujung rambut hingga ke dagu.Aku mau tanya, kita menikah sampai berapa bulan? tanya wanita itu setelah ia berpikir tentang menariknya bibir Kenzo dan seberapa kenyalnya jika berada di atas bibirnya. Dia harus segera menghentikan imajinasi konyolnya ini sebelum jatuh ke dalam pesona Kenzo, lalu ia harus merasakan sakitnya terjatuh karena Kenzo pasti tak sudi menerima dirinya.Dia cukup sadar diri untuk tak mencoba menyukai atau bahkan sampai mencintai Kenzo. Dia tak mau seperti pungguk yang merindukan bulan. Jelas saja mustahil karena dia bukanlah siapa-siapa jika dibandingkan wanita golongan prestisius di luar sana yang jelas kelasnya di atas Rere. Sangat di atasnya.Kenzo tak cocok dengannya. Jika harus mengimbangi seorang Kenzo juga dia tak akan mungkin bisa. Barang mahal akan menjadi murah jika dia yang mengenakannya.Satu bulan lagi. Kenzo terdiam sambil mengusap bibirnya. Gerakan lain yang juga dihafal oleh Rere jika pria itu sedang berpikir. Atau mungkin seminggu lagi.Melihat sikap santai Kenzo, mengapa sangat melukainya? Rere merasa sakit saat Kenzo begitu tenang mengatakan kapan ia akan diceraikan. Tapi mengapa dia harus sakit? Dia tak mencintai Kenzo dan mungkin juga belum menyukai pria ini. Rere menggigit bibir bawah bagian dalam. Tangannya kembali mengusap bagian bawah perut yang tiba-tiba terasa nyeri kembali. Sudah satu minggu dia seperti ini dan mungkin dia harus memeriksakan diri. Apalagi sedikit ada masalah dengan tamu bulanannya yang biasanya lancar. Namun bulan ini sempat telat seminggu dan saat keluar, yang keluar hanya bercak merah. Sudah tiga hari seperti ini.Memangnya kenapa?Pertanyaannya membuat sepasang alis Kenzo naik ke atas. Tahu ada arti tak ikhlas dari pertanyaannya, Rere segera meralat. Maksudnya, kalau aku tujuannya nikah sama kamu biar status aku jelas. Janda ngga perawan. Kalau kamu? Kenapa kamu nikah sama aku dan apa yang kamu cari sebelum kita resmi bercerai. Kamu ngga mungkin nikah sama aku karena kasihan, kan? Kenzo menyeringai. Pertanyaan yang pintar. Tumben otak kamu jalan.Rere memberengut diejek seperti itu. Padahal jelas dia selama ini adalah orang yang cukup pintar, mengumpulkan pundi-pundi kekayaan dengan mengandalkan otak—walau uang yang terkumpul jelas tak banyak. Jika tidak ada otak, mana mungkin dia yang lulusan SMA bisa bekerja di perusahaan Gama Rainbow sementara saingannya kala ia melamar kerja adalah para lulusan S1 dan D3. Waktu itu yang ia pikirkan adalah kemampuannya tak kalah oleh orang yang kuliah sekalipun.Namun tak ingin menyangkal ejekan lembut namun menyakitkan itu. Rere diam menanti lanjutan keterangan Kenzo. Tahu jika Rere menunggu dengan dagu bertopang di punggung tangannya. Kenzo menarik napasnya dalam lalu memandang Rere serius. Kita sama-sama memiliki tujuan, oke? Jadi tujuan aku menikahi kamu karena aku menolak perjodohan yang mama rencanakan. Selain itu juga aku harus bebas dari kekangan mama.Kenapa harus nikah? Kenapa ngga pura-pura aja?Kenzo mengangguk setuju dengan ucapan Rere namun masalahnya cara itu pernah ia lakukan dan hasilnya gagal. Mama tahu kalau aku berbohong. Selain itu juga, wanita yang pernah aku bayar untuk melakukan itu malah meminta aku serius menikahinya. Aku malah dijadikan bank berjalan dan nama serta wajahku dijadikan kebanggaan. Lagian mama bukan orang bodoh, Re. Dia minta bukti kalau aku memang menikah. Karena itu pernikahan kita resmi di mata agama maupun negara karena aku butuh buku nikah. Kalau pun mama mau ngecek, aku ngga perlu takut ketahuan bohong karena jelas nama kita sudah tercatat sebagai suami istri.Kalau ibu kamu tetap keukeuh buat nyuruh kamu nikah sama si ... siapa?Jessi.Ah ya Jessi, gimana?Kenzo menggeleng dengan senyum lebar mengembang. Dia seolah sudah bisa melihat kemenangan di depan mata. Mama tidak akan mau menjadi pengganggu rumah tangga orang, walaupun itu anaknya sendiri. Dia menghargai komitmen, yang dilakukan terpaksa maupun tidak terpaksa.Rere diam. Jika benar ibu Kenzo menghargai komitmen, lalu mengapa dia bercerai dari Raja dan menikah dengan orang lain?Dan aku tahu apa yang kamu pikirkan, tebak Kenzo.Rere lalu mengerjap dengan senyuman tipis. Mama dan papa bercerai karena memang mereka tak bisa dipersatukan. Mereka dipaksa menikah demi bersatunya dua perusahaan. Padahal jelas, Mama mencintai lelaki lain dan papa memang tidak mencintai mama.Orangtua Kenzo sudah berusaha untuk saling mencintai namun gagal. Liandra tak bisa melupakan cintanya terdahulu sementara Raja merasa berdosa jika dia memaksakan diri untuk mencintai Liandra.Liandra wanita yang baik dan dia tak ingin menghancurkan cinta wanita itu walau dia tahu bahwa dia adalah suami Liandra. Hingga kemudian ia memilih melepaskan Liandra dengan banyak kesepakatan. Tidak ada beban di hati Raja saat menceraikan Liandra karena selama sepuluh tahun dirinya menikah, tak sekalipun dia merasakan cinta kepada Liandra selain rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Walau kini mereka terlihat tak akur. Namun percayalah jika persaingan di antara Liandra dan Raja hanya semacam persaingan antara kakak dan adik.“Ngga cinta kok bisa ada kamu? Rere berpikir mungkin Raja dan Liandra bisa melakukan seks tanpa cinta.Karena aku harus lahir. Kakek dan nenek ingin segera memiliki penerus. Kenzo langsung memasang wajah tak suka saat melihat wajah iba Rere. Jangan memberikan pandangan iba karena aku bahagia memiliki dua keluarga dan akur. Lebih bahagia karena mama tidak salah mencintai seseorang. Suaminya adalah lelaki yang ia cintai sejak dulu. Dia menerima mama dan tetap mencintai mama hingga sekarang. Papa juga bertemu dengan Kak Suci dan aku senang. Jadi tidak perlu mengasihani aku karena aku bukan anak yang hidup dalam keluarga broken home.Rere langsung tersenyum lebar merubah ekspresi ibanya. Ia pikir Kenzo sedih karena orangtuanya bercerai dan lahir bukan karena cinta melainkan tuntutan. Nyatanya Kenzo tak bersedih melainkan terharu. Pria itu bangga dengan kedua orangtuanya yang tetap memiliki kasih. Bangga karena orangtuanya begitu mencintai keluarga mereka. Bangga karena dia diterima oleh keluarga baru orangtuanya dan kebahagiaannya berkali lipat karena bisa melihat senyum dan cinta di mata ayah tirinya untuk sang ibu begitu pula cinta ibu tirinya untuk sang ayah.Tapi melihat orangtuanya bahagia dengan pernikahan, mengapa dia menolak menikah? Ini tidak ada alasannya dengan perceraian orangtuanya melainkan dia yang tak mau menjadi seperti Raja maupun ayah tirinya. Hidup kedua lelaki itu seperti terikat begitu erat. Sudah tak bebas lagi.Sementara Kenzo tak akan siap menikah. Huh! Terikat dengan seorang wanita adalah pilihan paling akhir dalam hidupnya. Itu juga baru akan terjadi jika dia sudah depresi berat hingga berpotensial untuk menjadi gila.Oke! Kayaknya hujan sudah reda. Aku pergi," pamit pria itu kemudian pergi.Bahkan Rere belum selesai bertanya tentang mengapa Kenzo malah memilihnya. Apa karena kejadian one night stand waktu itu, atau karena memang Kenzo tahu bahwa dia mudah dimanfaatkan? Sepertinya jawaban kedua adalah jawaban paling mungkin. Yang sok nasehatin semalem. Ternyata sama aja kayak yang lain.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan