
Deskripsi
"Aish, Mas. Mau saya pagi atau kesiangan, gaji kita sama saja, kan. Saya pun datang pagi sengaja mencari waktu untuk berpikir," jawabnya santai. Namun, terdengar keseriusan di balik kalimat-kalimat itu.
"Sudah lama aku lupa cara berpikir," balasku polos. "Bangsa ini tidak peduli pada orang-orang seperti kita."
"Kitalah yang menentukan nasib kita sendiri, Mas. Sepuluh tahun atau dua puluh tahun lagi itu hasil keputusan-keputusan kita. Kalau kita bungkam, maka tak ada perubahan apa-apa di masa mendatang."...
Logika Rasa
69
1
13
Selesai
Kumpulan cerpen yang saya tulis sejak 2019-2021. Cerpen-cerpen ini beberapa pernah terpilih dalam kompetisi menulis.
1,008 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Cerpen
Selanjutnya
Detik dan Detak
5
1
“Sesudah mengenakan kebaya putih sepanjang pinggulmu, kau tersenyum puas. Kamu tidak pernah menyangka, setelah sekian lamanya tangis, duka, dan pedih yang menghimpit tubuhmu, tetapi pesonamu tetap terpancar dari refleksi cermin itu. Betapa pun, masa gadismu yang pilu harus segera dilepaskan. Cukuplah semua kalimat-kalimat pedih yang membuatmu lelah dan menderita, dan sekarang telah tiba waktunya kamu menikmati kegembiraan demi menyongsong hari esok yang lebih baik.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
