
“Dua puluh menit kemudian saya sudah berdiri di rumah, tempat itu serupa kuburan. Papa terduduk di lantai, menyandarkan kepalanya ke dinding. Mama terisak-isak dipelukan Ariana. Satu-satunya yang menjelaskan semuanya adalah air mata mereka. Saya tidak menemukan Daniel. Meskipun saya tidak tahu apa-apa, tapi entah kenapa pikiran saya ikut gundah, tubuh saya limbung. Linglung. Tidak mungkin sebab itu, batin saya membantah.”
Logika Rasa
69
1
13
Selesai
Kumpulan cerpen yang saya tulis sejak 2019-2021. Cerpen-cerpen ini beberapa pernah terpilih dalam kompetisi menulis.
1,048 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Cerpen
Selanjutnya
Suplir Biru
5
0
“Pertanda itu ternyata benar-benar hadir. Sulit diyakini, suplir biru itu bersinar di kegelapan. Sontak aku berlari mengangkutnya menuju gubuk di seberang danau yang Ayah maksud. Gubuk itu amat misterius, jika kau melihatnya dari jauh maka yang terlihat hanya rumah papan dan pohon-pohon meranggas di sekitarnya. Sebelum ada wasiat, tidak sekalipun terlintas niat untuk mendekat ke sana, karena tempat itu mengingatkanku pada satu lukisan di dinding rumahku yang lama.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
