
Deskripsi
“Para ilmuwan selalu berdebat, tentang pergi kemana jiwa manusia yang mati. Usai raganya terurai jadi karbon, nitrogen, dan hidrogen, lalu benarkah jiwa manusia ikut menguap? Atau musnah seiring leburnya otak di makan cacing-cacing rakus?”
Logika Rasa
69
1
13
Selesai
Kumpulan cerpen yang saya tulis sejak 2019-2021. Cerpen-cerpen ini beberapa pernah terpilih dalam kompetisi menulis.
1,030 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Cerpen
Selanjutnya
Perempuan dan Sebuah Mimpi Buruknya
5
0
“Menua lalu mati tak ada bedanya dengan membuka mata pertama kali. Aneh, asing. Waktu itu saya menangis, merengek-rengek, bukan sedih karena yang saya lihat kali pertama di dunia seorang makhluk jelek, melainkan saya syak hati. Apalagi ketika dia menyunggingkan senyum tidak ikhlas kepada saya, makhluk bergigi keropos itu bukanlah pemandangan lazim dan menyenangkan. Terus terang saya bingung dan panik. Ketidaktahuanlah yang membikin saya begitu. Kau mungkin sudah pernah dengar, kan? Orang kalau sudah kelewat bingung, cemas, dan panik pasti dia akan menangis. Tadi saya dari mana? Mereka siapa? Mungkinkah saya terjebak di tubuh ini? Pertanyaan itu menggumpal di kepala. Spontan saya menjerit dan bahasa aneh pun meluncur dari mulut saya. Oeeek.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
