
“Menua lalu mati tak ada bedanya dengan membuka mata pertama kali. Aneh, asing. Waktu itu saya menangis, merengek-rengek, bukan sedih karena yang saya lihat kali pertama di dunia seorang makhluk jelek, melainkan saya syak hati. Apalagi ketika dia menyunggingkan senyum tidak ikhlas kepada saya, makhluk bergigi keropos itu bukanlah pemandangan lazim dan menyenangkan. Terus terang saya bingung dan panik. Ketidaktahuanlah yang membikin saya begitu. Kau mungkin sudah pernah dengar, kan? Orang kalau sudah...
Logika Rasa
69
1
13
Selesai
Kumpulan cerpen yang saya tulis sejak 2019-2021. Cerpen-cerpen ini beberapa pernah terpilih dalam kompetisi menulis.
970 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Cerpen
Selanjutnya
Catatan Mei
5
0
Tanggal berapa ini? tanya pria muda dengan seragam mirip kosmonaut yang kini berdiri di teras rumahku. Dia muncul dari balik pohon beringin yang berantakan setelah diguncang angin deras, persis saat guntur hampir merobohkan gubuk kecilku.16 Juni 2020, kataku gugup. Aku ingin menawarkannya handuk buruk yang sudah kusulap jadi gorden di dapur, tapi ia segera melepas pakaian anehnya yang basah, dan dengan cepat kostum dikenakannya berubah menjadi seragam ketat, yang mengingatkanku pada karakter pahlawan super digigit laba-laba, Spiderman.Demi Nusantara! Aku rasa ini tahun yang benar, ucapnya agak menggigil, tapi raut wajahnya bersemangat. Seolah-olah dia itu Archimedes yang baru saja menemukan cara mengukur volume benda lalu ber-eureka kegirangan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
