Setelah melarikan diri dari kota yang membesarkannya, Iris Amaira kembali ke Jakarta. Bukan hanya memulai kehidupan baru, dia juga mulai terjebak akan perasaannya sendiri kepada sahabat baiknya, Rian.
Di antara kenangan-kenangan masa lalu, Iris kembali menyelami hatinya sendiri. Hingga suatu hari ia membuat keputusan agar tak terjebak dalam patah hati lagi. Patah hati begitu mengerikan, dia enggan merasakannya lagi.
Meski Rian menyambut baik perasaannya ... tetap teman saja sudah cukup.
Kalau bukan karena patah hati, aku nggak mungkin sampai di titik ini.
Kata orang-orang patah hati itu sakitnya cuma sementara. Atau memang ada orang-orang yang mengalami pengecualian sepertiku?
Menyebalkan! Sudah dua tahun berlalu dan aku masih saja merasakan luka akibat kegagalan hubungan yang dulu begituku banggakan. Aku ingin protes kepada orang-orang yang mengatakan sakitnya patah hati hanya sementara. Segala cara sudah kutempuh untuk menyembuhkan luka.
Betapa menyedihkannya.
Kupikir hatiku sudah kebas karena merasakan patah terlalu lama. Rasanya nggak ada perasaan yang lebih mati dibandingkan rasa dalam hatiku saat ini.
Aku mengambil proyek-proyek luar biasa dengan lembaga non profit kelas dunia. Tidak kunjung sembuh, aku melarikan diri dengan mengambil pascasarjana pada negara yang sama sekali nggak ada dalam pikiran.
Seoul.
Ya ampun! Dulu, aku hanya mendapatkan pelajaran bahasa korea saat SMA. Itu pun hanya satu tahun. Tapi berbekal keberanian-atau insting melarikan diri, aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah pascasarjanaku dengan beasiswa. Meski kesusahan dengan bahasa sehari-hari, setidaknya aku lebih menyukai pikiranku sibuk memikirkan masalah hidup di depan mata dibandingkan masalah hidup yang lalu-lalu.
Segalanya terasa begitu mudah.
Aku bisa melupakan patah hatiku karena kesusahanku menjalani kehidupan.
Sampai akhirnya aku menyimpulkan bahwa hatiku telah beku hingga seseorang berhasil mematahkan asumsiku pada tempat sampah begitu saja. Aku nggak pernah tahu bahwa aku bisa merasakan kembali kupu-kupu menjalari seluruh badanku hanya karena lirikan seseorang.
Entah aku harus berterima kasih atau menyesali apa yang kurasakan saat ini.
Semuanya berawal dari taruhan catur yang biasa kami lakukan, aku kalah dan membuat kami harus berlagak menjadi pasangan dua puluh empat jam penuh.
Bagiku, awalnya ... dua puluh empat jam itu hanya sebuah aktivitas membuang waktu. Hingga aku menyadari ada yang salah pada diriku setelahnya.
Aku mulai mencari-cari keberadaannya pada ponselku.
Aku mulai jatuh cinta lagi.
Dulu saat patah hati, aku berpikir cintaku selanjutnya akan benar-benar menjadi yang terakhir.
Sayangnya pikiran itu salah, karena orang yang telah membuatku jatuh cinta (kembali) ternyata akan menikah dengan pacarnya.
Patah hatiku sebelumnya akhirnya disembuhkan oleh patah hati yang lain.
Aku nggak menyangka hidup benar-benar semenakjubkan ini.
Jadi, apa yang paling susah saat menyukai temanmu sendiri?
Menahan-nahan supaya perasaan itu nggak ada.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
