Sejatinya setiap orang memiliki harapan untuk menjalani hidupnya di kolong langit ini. Bagaimana bumi yang ia pijaki disetiap langkahnya menimbulkan debar-debar indah yang bertalu bagai kejutan. Mereka pikir, selama mereka hidup lebih lama dan hidup lebih dulu. Mereka merasa tutur batinnya tak akan salah. Mereka ingin yang terbaik untuk anak semata wayangnya. Anak kesayangan yang sangat ia takutkan akan rapuh kelak jika ia tidak diberi ‘bohong putih’ pada perkara rumah tangganya.

Sebagai seorang yang merasa paling mengerti sang buah cintanya akan terpuruk jika ia mengetahui orang yang dicintai telah pergi menuju angkasa. Bagaimana ia sudah pernah berjanji pada dirinya sendiri bahwa sang jagoan yang sudah tumbuh dewasa harus tak boleh merasakan lara. Ia tidak mampu mendengar lagi cerita tragis kisah cinta sang putra.

Ia berani bertaruh dengan rencananya maka semua akan baik-baik saja. Ia menjamin bahwa anaknya akan mampu menerima semuanya perlahan cepat atau lambat. Perihal sosok sang dewi yang akan menyelimuti putranya setiap malam. Perihal seorang wanita yang ia pilih mampu menjalankan semua aksi yang ada dalam kepalanya, maka semua yang ia harapkan dalam hatinya akan terwujud.

Kedepannya jika suatu peringatan telah tiba. Sebagai manusia yang memiliki intuisi akan bergerak maju untuk menghempas segala belenggu yang tak bisa lagi dibendung oleh masing-masing insan. Bagaimana bisa semuanya terasa mudah ketika mereka saling menerima, seolah kekurangan masing-masing menjadi hal yang bisa menjadi saling melengkapi. Ketika itu pula rasa nyaman menyelimuti. Seolah-olah ia ingin menikmati hembusan nafas yang menyatu disetiap luka dan bahagianya.

Blue Wedding