SABDA RASA

Sembilan belas tahun Adrianna Tunggadewi (Dri) menyimpan rasa pada satu orang yang sama. Tentu saja sembilan belas tahun bukan waktu yang singkat untuk dijalani. Akan tetapi, ia masih bersikeras menyimpannya hingga satu kesempatan muncul menyapa.

Kesempatan itu berbentuk Rajendra Tjokrohadikusumo, cinta pertama, cinta terpendam, cinta beratnya, yang pulang dalam kondisi patah. Lelaki itu butuh pelarian dan Dri begitu saja maju, bak pahlawan kesiangan yang menyodorkan diri untuk membantu lelaki itu berlari, ke mana saja yang Mas Jendra mau, Dri tak peduli seberapa lelahnya itu.

Dri hanya ingin Mas Jendra bersamanya. Awalnya begitu.

Hingga kemudian, Renjanu Tjokrohadikusumo (Janu) ikut campur di dalamnya. Memburamkan rencananya untuk berkorban demi bisa bersama Mas Jendra dengan tanya-tanya yang menyentil kesadaran,

"Apakah mencintai sebesar itu benar-benar perlu ia lakukan, padahal belum tentu Mas Jendra bisa melakukan hal serupa?"

"Apakah ia mau menjadi pelarian sepanjang hidupnya, mengorbankan sisa umurnya untuk dijadikan tempat bagi Mas Jendra bermain-main saja?"

Dan terakhir,

"Apakah ia akan tetap memilih Mas Jendra, ketika kemudian ia tahu, ada orang lain yang bisa melakukan hal lebih besar untuknya?"

Pada akhirnya, perjalanan itu membawa Dri pada satu tanya ; apakah bagi seorang wanita, mencintai akan lebih membahagiakan daripada dicinta? Mana yang lebih penting, hidup dengan orang yang kita mau, atau hidup dengan orang yang mau dengan kita?

Mana yang kalian pilih untuk dijalani sebagai wanita?

***