
Arka dan Cakra adalah sepasang saudara kembar dan mereka saling membenci, bahkan jika dibolehkan membunuh, mereka berdua tak akan segan untuk saling membunuh. Semua itu dimulai sejak mereka mulai menggeluti pekerjaan sebagai penyanyi, tapi karena wajah mereka yang sama, maka hanya boleh ada satu orang yang bersinar dengan wajah itu.
UNDERGROUND IDOL #1
*****
Seorang asing pernah berkata: jika kamu ingin memiliki apa yang orang lain miliki sementara kamu tidak mampu mendapatkannya dengan usahamu sendiri, maka rebut sesuatu itu darinya bagaimana pun caranya, tidak peduli siapa pun orangnya.
Setidaknya, dia tidak pernah menyesali apa yang telah menjadi keputusannya.
Seperti hukum paradoksikal. Begitulah cara benda itu bekerja, kecuali tuan sebelumnya sudah menemukan tuan yang baru untuk benda terkutuk itu mengabdi.
"Hanya ada Cakra EXIST di dunia ini, dan itu adalah kamu."
Bara tersenyum tipis kala mengatakan kata-kata sederhana itu, kedua tangannya terlipat di atas meja kecil bundar di mana mereka saat ini tengah duduk lesehan saling berhadapan, sementara sepasang mata sipitnya tak luput memperhatikan sosok laki-laki di depannya yang sejak beberapa hari ini tampak uring-uringan.
"Kamu bisa membagi apa pun yang tengah membebani pikiranmu padaku."
Bara menarik telapak tangan Cakra dan menggenggamnya.
"Kita saling mempercayai satu sama lain, bukan?"
Cakra masih tetap bertahan dalam kebisuannya, tipikal orang keras kepala, Bara sudah sangat hafal, kekasihnya itu tidak akan membuka mulutnya ketika tengah marah dan hanya akan terus diam memendam rasa kesalnya seorang diri.
Biasanya Cakra akan lebih memilih tidur seharian untuk meredakan amarahnya dan ketika dia bangun nanti laki-laki itu sudah akan kembali pada kepribadiannya yang ceria, seakan-akan kemarin tidak pernah ada masalah, tetapi ini sudah hari keempat dan Cakra bukan tipe orang yang akan marah dalam kurung waktu selama itu.
"Baiklah."
Bara melepas genggaman tangannya.
"Aku tidak akan menyerah menaklukkan sifat keras kepalamu ini."
Pintu terbuka, Cakra dan Bara menoleh sekilas pada laki-laki yang saat ini tengah menutup pintunya kembali itu.
Ravi mengambil tempat duduk di antara kedua adiknya, dia mengusap tengkuknya dan mengernyit.
"Hawanya tidak enak sekali," gumamnya, "apa tempat ini angker? Apa tidak sebaiknya kita pindah restoran saja?"
"Bang, kita sudah memesan banyak makanan sebelum dipaksa diet oleh perusahaan demi kebutuhan comeback mendatang," balas Bara, "meski kita memiliki banyak uang, tetapi kita tidak bisa menghamburkannya begitu saja. Lalu kamu telah membuat 'sesuatu' yang membuat hawa ruangan ini mencekam menjadi tersinggung."
Bara terang-terangan melirik Cakra yang masih bergeming dengan wajah mendungnya itu.
"Semoga saja dia tidak mengamuk dan memakan kita, aku belum debut solo dan juga belum menikah. Yah, meski pun sepertinya aku akan menikah dengannya secara sembunyi-sembunyi, sih."
"Aku hanya berusaha mencairkan suasana, kalian berdua masih muda, tapi kaku sekali.” Ravi berusaha membela diri. "Cakra, Bara. Bagaimana menurut kalian tentang konsep kita kali ini? Aku begitu menyukai koreografinya! Ini akan menjadi comeback terakhir EXIST sebelum aku resmi hiatus tahun depan."
Ravi membuat mimik wajah murung untuk memancing adik-adiknya.
"Aku menyukai semua lagunya, terutama lagu utama kita, Mekar Dihatimu, terdengar manis, bunga-bunganya mengingatkanku pada seseorang yang begitu menggemari bunga," jawab Bara.
Bersamaan dengan beberapa orang pelayan yang datang mengantarkan pesanan mereka.
"Kita akan melakukan yang terbaik, 'kan?"
Setelah selesai meletakkan semua makanan di atas meja, mereka keluar. Bara dengan sengaja melempar kacang pada wajah Cakra, dan ketika Cakra menatapnya, dia pura-pura tidak melihat dan sibuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak penting.
"Iya," ucap Cakra untuk yang pertama kali sejak pagi ini.
Bara dan Ravi agak meringis kala mendengar nada bicara Cakra yang sangat berbeda, seperti pada tiap katanya penuh beban sehingga seperti dipaksa keluar dengan normal yang akhirnya malah terdengar aneh.
Selepas makan siang sembari membahas beberapa hal, mereka langsung bergegas menuju perusahaan agensi yang menaungi ketiganya, sebenarnya hanya Ravi dan Bara yang membahas comeback mereka, Cakra lebih banyak diam dan mendengarkan. Pikirannya masih terpaku pada pesan WhatsApp yang kakaknya kirimkan padanya beberapa hari lalu.
[Aku akan segera debut ╰😭╯]
Cakra duduk di kursi belakang seorang diri sementara Bara duduk disamping Ravi yang duduk di kursi kemudi. Dia memperhatikan jalanan kota Jakarta di siang hari yang agak lenggang lewat kaca mobil yang sedikit terbuka, membiarkan angin masuk menerpa wajahnya yang tanpa ekspresi.
[Selamat, Kak. 💛]
[Diagensi mana kamu akan debut? Lalu konsep seperti apa yang akan kamu tampilkan? Semoga kamu tidak membuat masalah dengan meniru konsep milik idol lain.]
[Aku akan selalu mendukungmu! 😊]
[Oh, ya. Mention saja namaku dalam promosimu agar kamu mendapatkan perhatian publik. Kamu juga bisa mencover lagu EXIST meski pun tidak akan sempurna, sebagai bentuk promosi. Ini debut yang sudah sangat lama kamu nantikan, lakukan yang terbaik, yaa.]
Pesan yang Cakra kirim pada sang kakak dua hari lalu itu sampai detik ini belum juga mendapatkan balasan.
Beberapa kali Bara memanggil-manggil nama Cakra, tetapi tidak disahuti, namun daripada tidak mau menjawab, Bara pikir kekasihnya itu memang sama sekali tidak mendengar apa yang sekitarnya katakan. Otaknya seperti sudah terblokir dari sekitarnya, dan hanya fokus pada apa yang mengganggu pikirannya. Sedikit banyak, dia begitu khawatir dengan Cakra.
Cakra bukanlah orang yang mudah, sejak pertama kali dia mengenalnya di ruang audisi, itu sekitar tujuh tahun lalu di mana untuk yang pertama kalinya mereka saling berbicara setelah sama-sama dinyatakan lulus audisi, sebenarnya hanya akan ada 1 orang yang lulus, katanya ketentuannya memang seperti itu, tetapi pihak agensi menyukai mereka berdua.
Waktu itu Bara tertawa puas sekali ketika menyadari tindakan berlebihan mereka yang makan di warung kecil karena mengira mereka akan segera berpisah, karena mengira hanya ada satu orang yang akan lulus. Tetapi akhirnya takdir mengatakan mereka harus selalu bersama.
"Bara apa kamu tahu bahwa kamu itu hebat sekali, meski kondisimu tidak sepenuhnya baik seperti yang lainnya, tetapi kamu dapat menyusul dengan cepat. Kamu sangat jenius!"
Kala itu Cakra mengacungkan kedua jempolnya untuk memberikan pujian pada sahabat pertamanya di EXIST dengan senyum yang memenuhi wajahnya.
Bara balas tertawa. "Kamu juga sangat hebat, dan kita akan menjadi hebat bersama-sama."
Keduanya hanya menjalani pelatihan sekitar empat bulan sebelum dinyatakan debut dengan kesepuluh anggota EXIST lainnya yang sudah menjalani pelatihan selama bertahun-tahun.
Sampai saat itu, Bara belum menyadari ada sesuatu yang aneh dengan Cakra, sesuatu yang kekasihnya itu sembunyikan dari semua orang.
Waktu itu adalah waktu yang menyebalkan ketika lagi-lagi anggota EXIST lainnya menjahili Nakula hingga membuat si bungsu itu mogok latihan, mogok berbicara dengan semua orang kecuali Bian, membuat manager bahkan agensi kualahan karena banyak jadwal yang tertunda.
Ketika semua orang tengah berusaha membujuk Nakula dari acara merajuknya itu. Bara satu-satunya yang sadar bahwa Cakra tidak ada diantara mereka berdua belas, tetapi akhirnya Bara dapat menemukan jejak Cakra dan berakhir dengan mengikutinya diam-diam.
Cakra pergi ke sebuah gang sempit bersama seorang anak laki-laki yang sepertinya seumuran dengan mereka, jarak tempat persembunyian Bara cukup jauh sehingga tak bisa mendengar apa yang tengah mereka bicarakan, namun dari gestur yang dilihatnya, keduanya tampak tengah bertengkar.
Tetapi sebelum keduanya berpisah dan benar-benar meninggalkan tempat itu, Bara dapat dengan jelas melihat bahwa di sana ada dua Cakra yang memiliki kepribadian saling bertolak belakang.
Bara mengejar orang yang sepertinya bukan Cakra—dilihat dari baju yang dikenakannya—menarik lengannya paksa begitu dia dapat mengejarnya, orang itu sadar bahwa Bara mengikutinya. Betapa terkejutnya Bara bahwa orang yang dilihatnya itu 100% memang memiliki wajah yang sama persis dengan Cakra.
Sejak saat itu, beberapa kali Bara memancing Cakra untuk mengungkapkan sosok kakaknya, tetapi dari semua anggota EXIST, Cakra adalah anggota yang paling menjaga privasi mengenai keluarganya.
Berkali-kali Bara memergoki Cakra diam-diam berbicara dengan kembarannya itu, Bara memang sempat berhenti memperhatikan Cakra selama beberapa bulan sejak publik mengetahui hubungannya dengan seorang idol senior di agensinya, dan sejak saat itu, Bara tak lagi melihat Cakra menemui sang kakak. Entah apa yang sebenarnya sudah terjadi diantara keduanya.
Tidak ada satu pun yang tahu bahwa Cakra memiliki seorang kembaran kecuali Bara, itu pun tanpa sepengetahuan kekasihnya tersebut.
Entah sampai kapan, Bara memilih menunggu Cakra untuk berkata jujur pada semua orang, atau setidaknya padanya. Tetapi hingga keduanya menjalin asmara, Cakra tetap bungkam.
"Cakra. Cakra. Cakra," Ravi membangunkan sang adik yang tertidur pulas dikursi belakang sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya pelan. "Kita sudah sampai."
Cakra menggeliat malas ketika mendengar suara pintu mobil yang tertutup, sementara pintu di depannya sudah dibuka oleh Ravi yang tengah menunggunya bangun. Sementara Bara sudah lebih dulu berjalan menuju gedung agensi tempat mereka bekerja.
***
Bruak!
Cakra, Bara, dan Ravi berdiri sejajar dengan wajah tertunduk ketika atasan mereka melempar tablet yang sebelumnya dia pegang ke tengah-tengah meja. Laki-laki setengah abad bertubuh gempal itu jelas marah besar pada salah satu personil boybandnya.
"Cakra," seru Sudjianto, "jelaskan tentang pria di dalam berita yang tengah merajai situs pencarian ini?"
Sudjianto menunjuk layar tablet yang masih menampilkan wajah seorang pria yang tersenyum cerah dalam sebuah artikel berita, di mana wajah pria tersebut begitu mirip dengan sang main vokalis tersebut.
"Kau bilang padaku waktu itu bahwa kau sudah membereskan kakak kembarmu agar tak melakukan debutnya?"
Sepasang mata tua Sudjianto mendelik pada Cakra, masih segar dalam ingatannya tentang kakak beradik kembar ini di mana dari keduanya hanya 1 yang lulus audisi dan debut dengan jangka waktu trainee yang begitu singkat.
Awalnya Sudjianto tak terlalu ambil pusing dengan itu semua, tetapi secara pribadi Cakra menemuinya dengan bantuan manager EXIST dan menyuruhnya melakukan sesuatu pada Arka; kakaknya.
Cakra sama sekali tak menjawab, dia hanya terus menduduk dengan mata memerah marah, pun dengan wajahnya yang terlihat siap meledak kapan saja.
"Aku akan menyelesaikannya hari ini," ucap Cakra tiba-tiba.
Ravi menyenggol lengan Bara dan mengajaknya berbicara melalui gerakan alis, dia sama sekali tidak mengerti ke mana arah pembicaraan rekan kerja dan atasan mereka ini. Tetapi berbeda dengan Ravi, Bara tahu apa yang mereka maksud, meski tidak terlalu yakin dan hanya menerka-nerka.
"Begitukah?" Terdapat nada sangsi serta meremehkan dalam ucapannya. "Bagaimana kalau ternyata kau gagal?"
Cakra mengangkat wajahnya. "Perpanjang kontrakku secara otomatis."
Bara melebarkan bola matanya, menatap Cakra tajam. Jika bukan karena Ravi yang menahan pundaknya, dia pasti sudah menghajar kekasihnya itu.
"Kau berharap aku akan menerima tawaranmu ini setelah apa yang terjadi? Kita harus menunda jadwal comeback EXIST hingga—"
"Aku pergi dulu," Cakra memotong ucapan Sudjianto dan langsung melenggang pergi dari ruang rapat tersebut.
Suara blam pintu yang tertutup menandakan kepergian Cakra, sepanjang jalannya menuju basemen, beberapa artis junior yang tak sengaja berpapasan mencoba menyapanya ramah, tetapi saat ini Cakra sedang tidak dalam mood untuk beramah-tamah.
Cakra sampai di basemen dengan masker dan jaket yang akan membuatnya sedikit tersamarkan dari mata dewa para penggemar, taksi online berwarna biru yang sebelumnya sudah dia pesan berhenti tepat di depannya.
Dia hanya berharap bahwa Jongdae belum pindah tempat tinggal, entah kapan terakhir kali keduanya saling mengunjungi, tetapi pikiran Cakra agaknya menjadi sedikit lebih ringan kala berpikir bahwa Arka tidak akan memiliki uang sebanyak itu hingga repot-repot pindah hunian.
"Antarkan aku menuju alamat ini—"
Tok! Tok! Tok!
Cakra yang sudah duduk manis di dalam taksi menoleh ketika kaca mobil disampingnya diketuk oleh seseorang dengan tak sabaran. Cakra menurunkan kacanya, mendapati Bara menunduk di luar mobil.
"Ke mana pun kamu pergi! Aku yang akan mengantarkanmu!"
***
Teriakan musik rock the beginning dari band One Ok Rock memekakkan telinga para tetangga, meski sudah beberapa kali dilabrak bahkan kepalanya pernah disiram air bekas cucian, pria yang menindik kedua telinganya itu sama sekali tak menggubris.
Peduli setan, sebentar lagi dia akan melakukan debut dan menjadi terkenal, memiliki banyak uang dan penggemar. Dia pastikan akan angkat kaki dari pemukiman kumuh yang telah menjadi tempat tinggalnya selama beberapa tahun ini sesegera mungkin.
Rumah kontrakan yang tersusun seperti dukuh (dusun) itu tak begitu memiliki banyak penerangan ketika Cakra dan Bara sampai sekitar pukul 7 malam waktu setempat. Beberapa warga dusun yang mendengar suara deru mobil halus mengintip penasaran melalui kaca jendela- sangat jarang ada mobil bagus yang berkunjung, biasanya hanya mobil-mobil jelek seperti mobil bak terbuka yang kesemuanya memiliki suara kasar- tetapi tidak begitu kenal siapa dua pria berpakaian serba tertutup yang menaiki Audi hitam itu.
Kecuali sang penghuni dilantai tiga dengan nomor 21, pria tersebut tahu betul postur tubuh milik siapa itu meski pun dari jarak 2 kilo meter. Dia tersenyum miring kala melihat saudara kembarnya itu menyuruh temannya menunggu di dalam mobil sementara dia sendiri yang akan menemuinya.
"Tamu tidak diundang sudah datang~♬ nanana~ ♬ nanana~ ♬ it's the love shit~♬.” Arka bersenandung kecil. Kedua tangannya bergerak untuk membersihkan beberapa kekacauan yang dia sebabkan ketika makan malam tadi-
Bruak! Bruak! Bruak!
Pintu rumahnya digedor dengan tidak manusiawi, tetapi siapa peduli? Arka berjalan santai dengan senyum mengembang sementara tangan kanannya memutar kunci. Detik pertama ketika dia baru saja membuka pintu, seseorang langsung mendorongnya hingga pinggang bagian belakangnya menabrak tepi meja.
"Apa maksudmu?!"
Cakra mendesis tertahan, tatapan matanya seakan mengatakan bahwa dia siap menelan bulat-bulat pria yang memiliki fisik serupa dirinya itu.
"Aku sudah memberimu banyak uang!"
Arka membenarkan kausnya yang menjadi berantakan karena ulah saudaranya.
"Yang ingin menjadi sukses dan meraih cita-citanya di sini bukan hanya kamu, Kakakku." Arka melipat tangannya, menatap Cakra remeh. "Biarkan aku juga memiliki kesempatan yang sama—"
"Sejak awal tidak ada kesempatan lagi untukmu, Kak!" Cakra berteriak hingga suaranya serak. "Ketika kamu ditolak oleh agensi ketika kita sama-sama mendaftar beberapa tahun silam, kesempatan bagimu sudah berakhir!"
Arka mengepalkan kedua tangannya, sebisa mungkin untuk mengontrol emosinya yang siap meledak kapan pun.
"Kenapa bersikukuh sekali, sih? Kamu takut bahwa posisimu akan tergeser olehku? Tahu tidak pepatah yang mengatakan bahwa 'usaha tidak akan mengkhianati hasil'? Aku adalah orang yang seperti itu—"
"Omong kosong!"
Cakra meraih botol soju di sampingnya dan melemparkannya pada lengan Arka. Bunyi pecahan beling tak terhindarkan hingga membuat beberapa tetangga yang dekat dengan kamar Arka keluar rumah; memeriksa.
Darah segar perlahan-lahan keluar dari lengan Arka, warna darahnya yang merah segar menetes mengotori lantai kayu tersebut. Aliran pembuluh darah Arka meningkat, wajahnya kini masam bukan main, otot-otot disekitar wajah, leher, juga lengannya timbul tenggelam.
"Jika aku gagal debut besok, maka itu adalah salahmu," Arka berbisik lirih, "pria di luar yang mengantarkanmu tadi, aku tahu betul apa hubungan yang kalian jalani selama ini." Dia menyeringai. "Indonesia bukan negara yang ramah bagi makhluk seperti kalian. Jika publik sampai tahu, tamat riwayat kalian berdua—"
Cakra memegang kerah baju Arka dan mendorongnya. Mulutnya terbuka lebar dengan sorot amarah yang kentara jelas, tetapi tak ada kalimat apa pun yang keluar dari bibirnya.
Arka tertawa pelan sementara kedua tangannya berusaha melepaskan cengkeraman Cakra. "Jangan menjadi egois, hanya karena kamu lebih unggul di semua bidang daripada aku, tetapi aku ini tetap saudaramu. Bukankah sesama saudara harus saling mendukung?"
Arka tidak perlu lagi mengungkit apa saja yang sudah Cakra lakukan selama ini padanya, dia tahu semuanya, tentang agensi-agensi yang menolaknya dengan berbagai alasan tak masuk akal hingga pernah ditahan dengan diiming-imingi debut tetapi semua itu hanya bualan semata untuk menyembunyikannya di ruang bawah tanah. Cakra dan kekuatan relasi yang Sudjianto miliki begitu mengerikan.
"Ketika kamu menikmati debutmu, disaat yang sama aku ditolak oleh beberapa agensi dan menderita kepercayaan diri."
Arka menatap manik mata Cakra, seakan menantangnya.
"Sejak kapan kita menjadi jauh begini, Cakra?" Arka memiringkan kepalanya. "Ah, ya. Sejak 2014 ketika aku mulai mengabaikan semua pesanmu dan fokus latihan otodidak, sementara saat itu grupmu tengah mendapatkan banyak guncangan dari berbagai sisi karena 2 anggota keluar dan 1 terciduk dating."
Arka menarik tangan Cakra dari lehernya.
"Singkirkan tanganmu."
Arka mengambil ponselnya yang tergeletak di meja dan berjalan menuju pintu keluar.
"Aku harap kamu tidak lupa bahwa kita adalah saudara kembar, terlebih kita adalah yatim piatu."
Cakra memikirkan perkataan Arka, bahkan setelah laki-laki itu sudah cukup lama pergi meninggalkannya sendiri.
"Munafik."
Jadwal comeback EXIST dan debut solo Arka hanya berjarak dua hari, keduanya sama-sama menjalankan promosi di tempat yang sama. Meski sudah diredam oleh kedua belah pihak agensi bahwa Arka dan Cakra adalah kakak-beradik kembar, tetapi publik masih sibuk membuat teori sendiri, terutama perkataan Cakra di masa lalu yang mengatakan bahwa dia memiliki seorang kakak yang lebih tua 3 tahun darinya. Para netizen itu berpendapat bahwa Cakra tidak ingin mengakui Arka sebagai kakaknya.
"Arka! Melangkah Lebih Tinggi!"
Cakra tersenyum kecut kala lagi-lagi lagu mereka, Mekar Dihatimu, kalah dengan lagu debut bergenre rock, Melangkah Lebih Tinggi, milik Arka.
Semua orang terutama para penggemar melihatnya, dengan terpaksa Cakra pura-pura memberikan selamat pada Arka yang telah memenangkan penghargaan musik mingguan itu.
Namun, beda di depan kamera dengan di belakang kamera. Cakra membanting pintu ruang ganti miliknya hingga membuat kegaduhan karena pintunya sampai rusak. Sebuah catatan PR bagi agensi untuk menutupi sifat buruk Cakra dari penggemar.
Beberapa hari selepas masa promosi EXIST berakhir, Bara dan Bian mencari salah satu anggotanya, Cakra, yang tak pulang ke asrama EXIST sejak beberapa hari terakhir. Terlebih Cakra juga sama sekali tak dapat dihubungi, dia seperti sengaja menghilang ditelan bumi.
Anggota pertama yang mengetahui tentang keberadaan Cakra adalah Nakula yang melihat postingan penggemar yang melihat Cakra berada disekitar gedung, beberapa saat setelah postingan itu, kabar resmi diluncurkan oleh agensi yang mengatakan bahwa Cakra akan melakukan debut solonya dengan lagu utama bertajuk 'Perpisahan Yang Indah'.
"Jadi kakakku ini ingin melawan musik rock dengan musik balad, ya?"
Arka mencium bandul bintang yang tersemat dikalungnya dengan sepotong sandwich ditangan kanannya yang ujungnya telah dia gigit.
"Orang-orang kadang buta bahwa yang original akan selalu menang dari tiruan."
***
Cakra tidak pernah menyesali semua keputusan yang pernah diambilnya, begitu pula dengan Bara. Mungkin itu sebabnya keduanya berakhir dengan saling menjalin hubungan asmara? Tidak, bukan itu. Ada hal lain yang mempengaruhi hubungan keduanya. Cinta sejati? Omong kosong! Semuanya adalah karena benda itu!
Benda ajaib pemberian seseorang yang tak sengaja memergoki Cakra dan Arka pada saat tengah bertengkar beberapa tahun silam, sebuah benda kecil yang mengubah hidup kakak-beradik itu 180° derajat.
Sebuah benda terkutuk!
Yang dapat mengabulkan satu permintaan tuannya.
Lalu menghancurkan pemiliknya!
Praaang!
Arka melemparkan piring berisi sandwich dan bandul bintang berwarna hitam itu hingga hancur berkeping-keping menghantam kaca besar di ruangan tempatnya berlatih menari, napasnya tersengal-sengal karena teramat marah, bulir-bulir keringat sebesar biji jagung meluncur dari pelipisnya.
Tak lama setelah Arka melemparkan roti isi sayuran yang telah diolesinya madu itu, kawanan semut kecil datang mengerumuninya, Arka menginjak semut-semut itu.
“Jadi kau ingin melawanku dengan melakukan debut solomu lebih cepat dari yang seharusnya, ya?” Arka menghela napas panjang dan dalam, berusaha mengontrol emosinya sendiri.
Itu terjadi ketika dia tadi akhirnya menyalakan ponselnya setelah seharian latihan, tapi alih-alih menghilangkan stres, dia justru langsung disuguhi berita bahwa Cakra akan melakukan debut solonya awal bulan April ini? Hampir bertepatan dengan perilisan lagu OST-nya!
“Sialan!”
Katanya Cakra akan menyanyikan lagu bergenre balada yang memiliki lirik menyentuh, mini album berjudul Perpisahan Terindah itu berjumlah enam lagu dengan salah satunya yang berjudul Bunga adalah ciptaan Cakra sendiri.
Dia akan menyanyikan langsung lagu-lagu itu dalam promosi unik yang diberi nama 'ngamen' di sana Cakra juga akan mengajak beberapa teman musisi dan produsernya.
“Rock song versus balad song.”
Arka kembali menyalakan musiknya dan bersiap-siap berlatih koreo lagu miliknya yang berjudul 'Melompat Lebih Tinggi'.
“Akan aku buktikan bahwa rock adalah yang terbaik dan kamu akan segera menerima karma!”
BERSAMBUNG....
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
