Nayla, remaja 15 tahun, adalah sosok idola di mata teman-teman sekolahnya dan selebritas media sosial yang gemerlap. Di balik senyum menawan dan sorot lampu flash yang selalu menyertainya, tersimpan jiwa kosong yang jarang disentuh doa. Azan kini sekadar bisikan samar di telinganya, tak mampu menggugah hatinya yang terlena oleh dunia. Hidupnya bak drama yang tiada akhir: panggungnya penuh tawa dan pujian, namun hatinya jauh dari keheningan sujud yang tulus.

Suatu malam, tragedi datang tanpa ampun. Kehangatan keluarganya terhempas oleh kabar duka, membuat dinding hatinya retak seketika. Dunia yang dulunya terlalu terang mendadak gulita; segalanya beriak memukul keseimbangan jiwanya. Nayla dipaksa menatap kepedihan yang memacu getaran tersendiri dalam dadanya, membuat suara hatinya mulai berani menjerit.

Dalam kegelapan itu, hati Nayla bergolak. Ia merasakan pergulatan batin antara penyesalan dan harapan. Setiap langkahnya kini dibayang-bayangi kenangan saat dirinya cuek terhadap doa dan sholat. Namun pelan-pelan, secercah cahaya iman mulai menyusup di relung jiwanya. Doa pertamanya yang terucap dalam hening membawa kelegaan yang tak pernah ia tahu sebelumnya.

Di antara lukanya, hadir kisah cinta yang menenangkan. Di matanya, sosok baru mengisi ruang hati yang kosong—seseorang yang tulus menuntunnya menuju ketulusan cinta dan makna. Kasih itu tumbuh perlahan di sela ujian hidup, menjadi alunan lembut di saat dunia Nayla masih bergetar gelap. Cinta dan iman kini berkelindan, meneguhkan setiap langkahnya melalui badai emosi.

Ketika doa kembali bergema di relung hati Nayla, pembaca diajak bertanya: akankah ia mampu membangun kembali dirinya yang dulu rapuh? Inilah cerita tentang kelamnya penyesalan dan indahnya pertobatan, tentang perjalanan seorang gadis menemukan kembali makna azan dalam jiwanya. Mari menyusuri tiap bab penuh luka, ujian, dan harapan yang memikat—dan saksikan bagaimana Nayla melepaskan dunia lamanya untuk menemukan cahaya sejati.

KETIKA AZAN TAK LAGI MENGGETARKAN