
Ini kali ke dua Clowy dibonceng oleh seorang wanita, entah kenapa perasaanya hampir sama.
"Aku mau sama kamu aja."
Pernyataan Anca membuat Sasi terlongo, untuk beberapa saat otaknya terasa kosong. Tidak ada kalimat yang bisa ia ucapkan selain kata, "Apah?"
"Kalo aku bilang gitu ke dia, kira-kira bakal diterima apa nggak?" Anca mengangkat alisnya saat bertanya.
Sasi tidak sadar kapan dia mulai menahan napas, setelah mengerjap beberapa kali, dadanya pun ia pukul sendiri sampai akhirnya bernapas lagi.
"Mas Anca bikin aku terkejut," omel Sasi dengan helaan napasnya yang berat. "Kirain Mas Anca nembak aku."
Anca berdecak sebal, tangannya terangkat ingin menoyor kepala Sasi, tapi gadis itu segera menghindarinya dan tertawa.
"Ada kalimat yang lebih romantis lagi nggak sih?" komentar Sasi atas ungkapan Anca tadi.
"Nggak ada, itu udah maksimal banget." Anca melengos dan melangkah ke arah meja untuk mengambil ponsel yang tergeletak di sana, pria itu terlihat menyalakannya.
Sasi turun dari meja rias yang dia duduki, lalu menghampiri saudara sepupunya. "Pake bunga nggak?" tanyanya.
Anca menoleh ke belakang, tempat Sasi berdiri mencondongkan kepala ke arahnya, lalu mengernyit saat bertanya, "Emang perlu?"
"Ya perlu lah," ucap Sasi dengan menegakkan tubuhnya, melangkah dan berhenti di hadapan pria itu. "Nembak cewek harus romantis, minimal pake bunga, gitu."
"Kalo dia nggak suka bunga?"
Dugaan itu membuat Sasi tertawa. "Kalo suka sama orang, Mas Anca harus tau lah apa kesukaannya." Sasi melipat lengan di depan dada. "Kalo kesukaan dia aja nggak tau, gimana Mas Anca bisa diterima," sindirnya.
"Diterima sukur, nggak yaudah." Anca berucap pasrah, memasukkan ponsel ke saku celana lalu melangkah keluar dari kamarnya.
Sasi mengejar pria itu. "Nggak boleh kalah sebelum berperang, harus semangat," hasutnya.
"Yaaa." Anca melangkah menuruni tangga.
Sasi tidak ikut turun, hanya berteriak memberi semangat pada pria itu untuk misinya. "Jangan lupa kalo diterima traktir aku."
Anca yang belum jauh kemudian berbalik. "Kalo aku ditolak, kamu yang traktir aku ya."
"Kok gitu?"
"Kan pria patah hati perlu dihibur." Setelah mengucapkan kalimat itu, Anca berbalik dan kembali menuruni tangga.
Sasi tidak menanggapi selain mecebikkan bibirnya sebelum pria itu berpaling. "Mas Anca yang patah hati kenapa aku yang repot," gerutunya.
***
Beberapa hari ini Clowy lebih banyak di rumah, selama masa pemulihan pada luka di perutnya pria itu tidak boleh kemana-mana oleh sang kakak. Clowy pun memutuskan untuk mengundur jadwal mengunjungi makam ayahnya.
"Aku udah bisa bawa motor, Kak Iza." Clowy meyakinkan kakak iparnya, dia bosan selalu diantar supir jika ingin kemana-mana.
"Belum boleh, Owi. Luka kamu masih belum sembuh," balas Yaiza.
"Udaah, yang rasain kan aku. Jadi aku yang tau."
"Jangan dulu." Yaiza merebut kunci motor yang sudah digenggam oleh sang adik, lalu menyuruhnya untuk duduk saja.
"Aku mau ke makam ayah," gumam Clowy lemah, setelah mendudukkan tubuhnya di sofa.
Yaiza yang berdiri lalu mendekat dan sedikit mencondongkan tubuhnya saat berkata. "Dianterin sama Pak supir ya."
Clowy tidak menjawab, malah menyandarkan punggungnya pada sofa, menunjukkan raut jengkel agar wanita itu tahu bahwa dia tidak suka.
"Mama, ada Kak Sasi." Suara Niura menggema di ruang keluarga, gadis remaja itu membawa Sasi masuk ke dalam rumah. Yaiza pun menyambutnya.
Beberapa hari ini Sasi memang kerap berkunjung, perempuan itu bahkan sudah begitu akrab dengan para keponakannya. Sasi beralasan ingin membantu Clowy karena berhutang budi, meski Clowy selalu merasa gadis itu mengusik kenyamanan hidupnya.
"Selamat siang menjelang sore, Kak Yaiza. Aku bawa puding buat kalian."
"Ya ampun, apalagi sih, Sasi. Kamu selalu deh bawa sesuatu, kalo mau ke sini nggak usah bawa apa-apa." Yaiza mengeluhkan hal yang sama setiap perempuan itu datang ke rumah. "Ngrepotin tau. Makasih, Ya," imbuhnya.
Clowy kerap mengabaikan perempuan itu, meski tujuannya ke rumah ini ingin merawatnya sampai pulih. Clowy menolak keberadaannya tentu saja, tapi perasaan bersalah selalu datang saat Sasi tidak pernah marah ketika dia mengusir dan membentaknya.
"Clowy mau puding nggak? Itu aku yang motong-motongin buahnya lo, aku juga bantuin tante pas ngaduknya." Sasi duduk di sebelah pria yang masih memasang raut jengkel di wajahnya.
"Nggak usah."
"Ooh, ok." Terakhir saat Sasi memaksakan memberi sesuatu, Clowy marah. Mungkin karena hal itu kali ini Sasi tidak pernah memaksakan kehendaknya.
Sempat berpikir beberapa lama, Clowy akhirnya menemukan cara agar bisa keluar rumah dengan motornya. Dia bisa memanfaatkan Sasi dalam melancarkan rencananya.
"Lo bawa motor nggak?" tanya Clowy tiba-tiba.
Sasi terlihat antusias saat akhirnya Clowy mengajaknya berbicara. "Nggak bawa, tadi aku dianterin sama supirnya Tante Riska. Kenapa?"
Clowy menegakkan duduknya. "Lo bisa anterin gue ke suatu tempat, nggak? Tapi pake motor."
"Bisa bisa, Clowy mau kemana?" Sasi memiringkan duduknya. "Sasi siap anterin Clowy ke manapun."
Mengingat betapa bodoh dan cerobohnya gadis itu, Clowy memutuskan untuk tidak memberitahu rencananya dulu. Dia hanya meminta Sasi mengantarnya saja. Ketika Yaiza kembali dengan membawa sepiring potongan puding, Clowy lalu mengutarakan keinginannya.
"Emangnya Sasi bisa?" tanya Kak Yaiza Ragu.
"Bisa kok, Kak Yaiza." Sasi yang menjawab, gadis itu terlihat bersemangat saat Clowy meminta bantuannya.
Yaiza terlihat ragu, wanita itu sepertinya curiga bahwa Clowy hanya memanfaatkan Sasi saja.
"Kan Kak Iza yang bilang, aku nggak boleh pergi sendiri. Jadi aku ajak Sasi." Clowy meyakinkan lagi.
"Tapi kamu kan yang dibonceng sama Sasi?"
"Iyaa."
Meski tidak ada tanggapan lagi dari kakak iparnya itu, Clowy tahu bahwa Yaiza mengizinkannya. Pria itu terus meyakinkan bahwa mereka akan baik-baik saja, dan saat Clowy hendak beranjak mengambil salah satu koleksi helmnya di dalam kamar, Sasi menawarkan diri untuk mengambilnya.
"Nggak usah gue aja." Clowy menolak.
"Tapi kamu masih sakit, nggak baik naik turun tangga. Nanti kamu capek," bujuk Sasi.
"Yaudah, Owi. Biar Sasi aja yang ambil." Yaiza ikut menanggapi. "Mendingan kamu makan puding nih."
Clowy mau tidak mau membuka mulutnya saat sang kakak memaksa dengan menyodorkan satu sendok puding ke hadapannya.
Pria itu masih mengunyah saat Yaiza bertanya enak atau tidak, tanpa berpikir dia pun menjawab, "biasa aja," yang langsung mendapat cubitan di lengannya.
"Setidaknya kamu bisa sedikit menghargai orang yang memberikannya," omel Yaiza setengah berbisik.
"Iya, enak." Clowy meralat jawabannya.
Sasi sedikit tertawa, sepertinya gadis itu tahu dengan perdebatan kecil di antara mereka, dia lalu beranjak berdiri dan berkata akan mengambil helm di kamar Clowy.
"Yang warnah item ya," ucap Clowy saat Sasi mulai melangkah meninggalkan mereka.
"Dengan meminta Sasi buat nganterin kamu pergi, kamu pasti punya rencana, 'kan?" tuding Yaiza.
Clowy tidak mengerti kenapa wanita itu mudah sekali menebak situasi. "Rencana apa si, nggak ada," sangkalnya.
"Awas aja kalo kamu tinggalin Sasi di pinggir jalan dan kabur sendiri sama motor kamu."
"Yaampun, Kak Iza. Kriminal banget otaknya." Clowy balik mengomel, dia bahkan belum sampai kepikiran untuk meninggalkan gadis itu di pinggir jalan. Tapi ide tersebut ternyata boleh juga.
"Pokoknya kamu berangkat dibonceng Sasi, pulang juga harus dibonceng Sasi," ancam Yaiza lagi.
"Iya." Clowy menyanggupi, "lagian dia juga pake helm aku, mana mungkin aku tinggalin di pinggir jalan," imbuhnya, yang kemudian teringat dengan sesuatu.
Helm Marisa ia letakan juga di kamar berderet dengan dua helmnya yang lain. Jika melihatnya, Sasi mungkin akan mengenalinya. "Aku ke kamar dulu," ucapnya dengan beranjak berdiri dan langsung berlari pergi.
"Eh! Clowy hati-hati lukanya!" Yaiza terdengar mengomel.
Clowy sampai di ujung tangga, bersamaan dengan Sasi yang bersiap membuka pintu kamarnya. Gadis itu belum menyadari kehadirannya.
"Sasi!" Clowy ikut mesuk ke dalam kamar, menarik lengan Sasi dan menghimpitnya ke tembok sebelah pintu, dia berdiri tepat di hadapan gadis itu, berniat menghalangi pandangannya dari helm Marisa yang ia letakan di atas rak.
Sasi mengerjap gugup, terlihat terkejut dengan tindakan pria itu. Dia hanya membuka mulut tanpa mengatakan sesuatu.
Berada sedekat ini menyadarkan Clowy dengan betapa cantiknya gadis itu, bulu matanya yang lentik bergerak ragu, semburat merah di kedua pipi Sasi menyadarkan Clowy bahwa dia harus melakukan sesuatu.
"Gue aja yang ngambil helmnya," ucap Clowy cepat setelah melepaskan lengan gadis itu.
"Kenapa?" tanya Sasi dengan kedua sorot matanya yang terlihat begitu polos.
"Nggak apa-apa. Lo tunggu di luar aja." Clowy mendorong tubuh Sasi ke arah pintu, lalu menutupnya setelah mengeluarkan gadis itu.
Clowy menghela napas lega, dia lalu menghampiri rak helm dan mengambil salah satu di sana. Sebelum pergi dia kembali menatap helm Marisa.
Pada Sasi, Clowy pernah bertanya mengenai Marisa, dia tidak ingin Sasi tahu bahwa Clowy menyimpan helm itu dan menyukai pemiliknya.
.
Clowy mengenakan helm di kepalanya sendiri. Dia sudah berdiri di sebelah motor dengan mendapat perhatian penuh dari sang kakak, yang ingin memastikan bahwa Sasi yang akan membawa kendaraan itu.
"Jangan ngebut ya, Sasi. Clowy masih sakit jadi pelan-pelan aja jalannya." Yaiza memberi pesan saat Sasi sudah naik ke atas motor.
"Udah, masuk sana," usir Clowy. Dia memang berniat ingin mengambil alih kendaraan itu, tapi sang kakak malah terus mengekorinya.
"Yaudah kamu naik dulu," pinta Yaiza.
Dengan terpaksa Clowy pun naik ke jok penumpang. Ini adalah kali ke dua dia diboceng oleh seorang wanita, entah kenapa perasaannya hampir sama.
Kali ini juga Clowy bingung harus berpegangan ke mana, pinggang ramping Sasi seperti pernah dia lihat sebelumnya, bahu Sasi bahkan sama persis seperti bahu ... Marisa.
"Ati-ati, ya!"
Suara Kak Yaiza menyadarkan Clowy dari lamunannya. Bersamaan dengan kendaraan yang melaju, Clowy sedikit tersentak dan reflek berpegangan pada tangki motor di depan gadis itu.
Sasi menoleh sekilas pada Clowy saat mereka sudah berada cukup jauh dari rumah, lalu menutup kaca helm yang dikenakan pria itu.
Entah kenapa Clowy tidak asing dengan tindakan tersebut, pada malam itu Marisa bahkan melakukan hal yang sama. Dia...
"Sasi, berhenti!"
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
